Seorang lelaki berwajah manis berlesung pipi, tampak menyanyikan, mengalunkan lirik dalam nada yang tertera di selembar kertas dihadapannya. Musik yang mengalun di earphonenya membuatnya semakin menghayati. Sampai akhirnya nada itu pun berakhir dan ia melepaskan earphonenya, dan melihat orang-orang di luar ruangan yang terhubung dengan kaca bening mengacungkan jempol padanya.
“Bagus sekali Rion,” sahutan pertama yang diterimanya sesaat setelah keluar dari ruang rekaman. Mata kuyunya tak bisa membohongi kalau ia sangat lelah saat ini, jadawalnya begitu penuh hampir sebulan ini untuk mempersiapkan single terbarunya.
“Seperti biasa gak mengecewakan, good job Rion,” puji produsernya yang sedari tadi terpukau dengan alunan indah dari pemuda itu, ia yakin single kali ini pasti tidak akan kalah lakunya dengan single-single sebelumnya.
“Terima kasih Om, semoga single kali ini banyak disukai,” ujar pemuda itu lalu menghampiri asistennya yang sedang sibuk mengotak-atik gadget seperti biasa mengatur jadwal jadwalnya yang menumpuk setiap harinya.
“Ri besok jadwal terakhir kamu ya, sehabis itu bebas deh kamu mau istirahat kek apa kek, terserah yang pasti kamu-,” ucapan wanita yang sudah berumur kepala tiga itu terhenti saat melihat artis yang diurusnya tampak tertidur bersandarkan sandaran sofa. Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya, kasihan juga pada pemuda yang sudah dianggapnya seperti adiknya sendiri itu, ia pasti lelah.
***
Cukup lama artis muda itu tertidur, saat bangun hari sudah benar-benar larut, ia melihat para kru dan rekan rekannya yang sedang menyantap makanan cepat saji yang berlambang kakek berjanggut itu. Sedikit pusing mendera kepalanya, ia akui ia kurang istirahat hampir sebulan ini.
“Makan dulu Ri,” dengan perlahan pria itu bangun dari tidurnya dan mendekati para kru dan rekannya melihat makanan cepat saji itu ia jadi teringat kekasihnya, dulu tempat makanan cepat saji itu menadi saksi di setiap kencan mereka. Gadis itu sangat menyukai ayam goreng, dan slalu mengeluh ayahnya yang akan mengomelinya karena makanan itu. Apa kalian tahu siapa gadis itu? Dialah Gifyta Dewi gadis cuek, judes, ketus, memiliki tatapan datar yang menyebalkan, kadang tak berperikemanusiaan, pemalas, tapi mandiri, baik, jujur, apa adanya, peduli dan pehatian. Dialah salah satu alasan yang membuat seorang Dafrion berada di tempat ini, dialah salah satu alasan yang membuat Dafrion ingin bangkit dan menjadi seorang yang dapat dibanggakan dan diandalkan oleh seorang Gifyta Dewi.
Kalian tahu? Lelaki culun ini pertama kali bertemu dengan seorang Gifyta Dewi saat umurnya belum genap delapan tahun. Rion adalah anak bungsu dari dua bersaudara menjadi anak bungsu menjadikannya sangat dimanja dan sangat dekat dengan keuarganya. Ia adalah tipe orang tertutup yang tak mudah nyaman berbaur dengan orang-orang apalagi orang asing. Maka dari itu lingkungan sekolah adalah hal terburuk baginya. Tahun lalu ia sudah mencoba untuk mengenyam bangku sekolah umum teapi gagal karena ia yang tak mampu menyesuaikan diri, sampai pada saat itu saat ada seorang gadis kecil berwajah datar namun tidak meninggalkan kesan imut di wjahnya tiba-tiba saja menjadi teman sebangkunya.
Sejak perkenalan mereka saat berbagi bekal makanan waktu itu mereka menjadi dekat dan menjadi sahabat. Pertemanan mereka ternyata sangatlah awet, dan entah mengapa takdir tak memisahkan mereka, mereka slalu saja menjadi teman sekelas yang pada akhirya mereka pun menjadi teman sebangku sampai hari kelulusan sekolah dasar.
Tidak hanya sampai itu, takdir kembali memepertemukan mereka di bangku sekolah menengah pertama, namun sayangnya mereka tak lagi berada dalam satu kelas, namun pada setiap kesempatan mereka slalu tampak bersama, bahkan mungkin beberapa orang berpikiran mereka adalah sepasang kekasih.
Mungkin ada dari kalian yang bertanya sejak kapan hati lelaki ini berubah terhadap gadis itu, mungkin pertama kali lelaki itu muai menyadari perasaannya saat menjelang kelulusan, di bawah terik matahari saat wanita itu tanpa kata membantunya yang di jebak teman-temannya di tengah lapangan dan ia baru memiliki keberanian mengungkapkan perasaannya saat sekolah mengengah atas, di bawah pohon rindang di tepi lapangan, tempat pertama ia menyadari perasaannya.
Ngomongn-gomong tentang Gify sepertinya ada yang terlupa, oh tidak sudah seminggu lebih ia tidak menghubungi kekasihnya itu, sungguh ia benar-benar sibuk sampai tak teringat untuk memberi kabar dan lagi ia sedang tidak memegang ponsel pribadinya, belakangan ini ia hanya memegang ponsel khusus pekerjaan, bagaimana ini? Bagaimana kabar gadis itu? Apa ia sedang marah?
***
Rion hanya tersenyum tipis melihat gadis yang berkuncir ranbut sedang tertawa melewati lorong bersama teman sekelasnya, sepertinya mereka akan ke ruangan anak mading, karena mereka adalah anggota yang mengurus publikasi mading sekolah tiap bulannya.
Tidak terasa sudah hampir sepuluh tahun mereka menjadi teman, selalu bersekolah di tempat yang sama, pulang dan pergi bersama karena arah jalan pulang yang searah. Dan seiring berjalannya waktu perasaan di hati pemuda itu pun berubah ada yang berbeda saat bersama gadis mungil itu. Ada rasa yang membuncah saat melihat senyumnya, ada debaran tak biasa saat menyapanya, ada resah yang membingungkan saat gadis itu dikabarkan dekat dengan lelaki lain.
Entah sejak kapan perasaan ini berubah mungkin sejak menjelang kelulusan sekolah menengah pertama. Tapi pemuda itu belum memiliki rencana untuk menjadikan gadis itu miliknya atau sekadar menyatakan perasaannya. Akan sangat aneh rasanya yang sedari dulu bersahabat tiba-tiba ada perasaan diantara mereka, sungguh itu akan sangat aneh rasanya. Biarlah semua berjalan seperti biasa dahulu sampai waktunya tiba untuk mengungkapkan perasaan.
***
“Lo baru jadian lagi Han?” sedang lelaki dengan rambut berantakan namun tetap terlihat keren itu hanya tersenyum menyeringai.
“Biasalah Dav kaya ga tau aja lo ah,” Davin lelaki yang banyak dibilang mirip oppa-oppa korea itu hanya menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya ini.
“Mau lo kemanain cewek yang lo tembak kemarin lusa, sama Tiara yang lo tembak sebulan lalu aja belum lo putusin,”
“Udah putus kok, lo aja ga tau. Lo kapan Ri punya pacar? Gitu-gitu si Davin udah punya satu mantan walau dia yang ditembak dia juga yang diputusin” kelakar Farhan, yang sontak saja mengundang jitakan sadis dari Davin kepada Farhan. Rion hanya terawa melihat kelakuan kedua sahabatnya ini, syukurlah ia bertemu dengan dua orang aneh ini yang menjadi teman satu kelompoknya saat masa orientasi sekolah, walau saat itu, Rion lah yang harus pusing tujuh keliling saat keduanya tak berhenti bertengkar tapi siapa yang tahu Farhan si playboy, Davin si kaku, dan Rion yang pemalu dapat menjadi sahabat yang akrab. Walau mereka sering digosipkan sebagai sekelompok orang aneh tapi mereka tak peduli toh mereka tak bergantung hidup pada para pencibir itu, ‘mereka hanya iri pada ketampanan kita’ celetuk Farhan setiap Rion mulai mengeluhkan cibiran orang-orang itu.
“Ri jujur sama diri lo sendiri, seneng ga kalo ketemu dia? Deg-degan ga kalo nyapa dia? Panas ga kalo dia sama cowok lain?” Rion hanya diam mendengar rentetan pertanyaaan dari bibir sahabatnya yang terkenal sebagai penakluk wanita itu. Farhan tahu Rion terlalu tertutup mengenai pearasaannya walau mereka sudah menjadi sahabat sekali pun sepertinya Rion tak akan semudah itu mengungkapkan segalanya.
“Udah takdirnya cowok yang bergerak Ri, kalau lo ga mau tiba-tiba aja akun sosmed Gify berubah status jadi ‘in relationship with someone’, walau sebenarnya ga salah sih kalau cewek duluan yang maju,” Davin yang kembali merasa tersindir kembali berdebat dengan sang penakluk hati wanita itu agar tidak memengaruhi otak Rion yang masih suci dari dosa berbeda dengan Farhan yang memang udah karatan dosa, entah sampai kapan kedua orang iu akan berhenti berdebat.
Tanpa sengaja Rion melihat Gify yang sepertinya mencari seseorang di depan pintu kantin, sedang kedua temannya yang kini sedang berdebat di meja pojok kantin. Rion tersenyum saat matanya beretemu dengan mata gadis itu, gadis iu juga memberikan senyumannya untuk Rion seolah lega telah menemukan yang dicarinya sedari tadi.
“Senyum-senyum aja mulu sampai gigi kering, samperin sono,” melihat sahabatnya yang hanya terbengong menatapnya dengan wajah polos bak pantat bayi itu membuat seorang Farhan yang seorang penakluk wanita menjadi gemas bagaimana bisa ia melewatkan sahabatnya ini sehingga jadi ikutan kaku tentang cinta seperti Davin begini.
“Kasian tu cewek bening gitu lo suruh nyamperin sarang penyamun di sini, lo ga mau kan tu cewek gue ganggu? Lo ga mau kan dibilang cowok berjiwa cewek karena harus disamperin dulu, jangan jadi pengikut Davin lo,” ceramah panjang lebar pemuda dihadapnnya ini membuat Rion terburu-buru bangkit dan menghampiri Gify yang hanya memandang heran pada meja yang diduduki sahabat kecilnya itu, kalau dulu Rion slalu mendapatkan teman yang hanya memanfaatkannya, kini Rion sepertinya mendapatkan teman yang memiliki sifat aneh, anak yang malang.
***
“Kamu harus ikut kompetisi ini Rion, ini cocok buat kamu,” mungkin sudah belasan kali kalimat ini keluar dari bibir mungil Gify untuk meyakinkan Rion yang kini hanya meringis seolah poster mengenai kompetisi yang dibawa Gify itu bisa mencekiknya kapan saja.
Entah apa yang ditakutkan pemuda itu, suara pemuda itu bagus, ditambah pemuda itu jago bermain musik dan menciptakan lagu tak banyak yang tahu mungkin hanya Gify dan sahabat-sahabat aneh Rion serta keluargany yang tahu. Gify rasanya sudah kehilangan akal untuk membujuknya, berbagai kelebihan Rion dibidang ini telah disbutkan namun tak juga membangkitkan hasrat pemuda itu untuk berpartisipasi di kompetisi tahunan antar SMA ini.
“Aku tuh cuman hobi, aku cuman punya ketertarikan lebih sama musik, tapi ga berarti aku bisa Fy,”
“Seseorang itu ga akan bisa menilai dirinya sendiri secara adil, kamu butuh orang lain untuk itu, dan aku udah mengenal kamu hampir sepuluh tahun, dan aku tahu kemampuan kamu, kamu bisa Rion,” Gify tahu sedikit kata-katanya mulai merasuki hati pemuda di hadapannya walau keraguan jelas masih terlihat di matanya yang terlapisi kaca mata itu, sedikit lagi.
“Ini saatnya kamu tunjukkan ke dunia kamu bukan hanya sekadar Rion pemalu yang kadang ga dianggap, kamu seorang Dafrion Adrian,” Rion sedikit tercenung dengan kalimat yang barusan keluar dari Gify, gadis itu mengunkapkannya dengan penuh penghayatan tak pernah dia melihat sahabatnya ini berekspresi demikin kebanyakan hanya ekspresi datar dan seolah tak peduli. Setelah menghela napas akhirnya Rion mengangguk yang mengundang sorakan gembira gadis dihadapannnya. Rion hanya mampu tersenyum melihat gadis yang sangat berpengaruh dihidupnya tampak bahagia.
‘Asal kamu bahagia Fy, I’ll do anything’
@aryalfaro terima kasih sudah mampir
Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu