Read More >>"> In Love With the Librarian (18. Putus!) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - In Love With the Librarian
MENU
About Us  

Awal Desember yang berawan, siang itu angin dingin menyapu kota Jakarta dan mengingatkan warganya untuk tidak lupa membawa payung. Sebastian turun dari Mustang merahnya ketika hujan rintik-rintik mulai turun. Ia mengantar Lyn ke bandara untuk menjemput mom and dad kemudian langsung pergi lagi ke kampus untuk bertemu Anne, ia sudah merindukannya. Bas segera berlari ke kantin Biru tempat teman-temannya menunggu, tidak lama kemudian hujan turun.

"Woi man! Selamat ya akhirnya jadian juga sama Anne. Aku ingatkan, jangan main-main dengannya atau kita putus hubungan. Kau mau kopi Bas?" Liam mengancam Bas, Bas terkekeh. Ada rasa lega dalam dirinya bahwa Anne sudah menjadi pacarnya.

Bas mengangguk, "aku tidak pernah bermaksud bermain-main dengannya koq. Aku serius Liam, benar-benar serius." Bas duduk didepan Liam dan Dru. "Aku senang Anne gak naksir padamu. Kau lawan yang berat, Liam." Bas tertawa diikuti Liam dan Dru.

Dru kemudian menatap teman-temannya penuh antusias, "setelah pertandingan Jumat ini kalian mau kemana? Masih satu bulan sebelum semester kedua mulai. Aku si belum ada plan, kontak aku kapan saja kalau mau jalan. Atau kalian akan menemukanku mati bosan di rumah." Liam tergelak sementara Bas hanya tersenyum datar. 

"Mom and dad hari ini mendarat di Jakarta. Aku sudah pasti harus berada disini membantu mengurusi perceraian mereka ke persidangan." Jawab Bas sambil mengaduk kopi seduhnya yang baru datang dan menyeruputnya perlahan.

Dru menatap Bas dan penasaran, "kau akan memberitahukan mom and dad-mu tentang Anne? Atau kau akan merahasiakannya?"

"Aku belum tau, Dru. Kurasa sebaiknya Anne tidak dilibatkan, kami juga baru pacaran. Aku tidak mau mom and dad bicara kasar padanya karena latar belakang keluarga Anne."

"Yeah man, kau benar. Itu yang terbaik. Kalau kau butuh bantuanku kabari saja." Liam memajukan tubuhnya dan menepuk pundak Bas memberi semangat.

Bas melirik kiri dan kanannya, merasa heran dengan beberapa orang yang mengambil foto mereka. "Dru, Liam, kalian berasa gak orang-orang sekitar kita mengambil foto kita diam-diam."

"Kau baru tau? Foto kita hari ini dipajang di aula Fakultas Desain untuk daya tarik mahasiswa baru." Liam terkekeh. "Kita terkenal, Bas."

"Baguskah?"

Dru dan Liam saling menatap dan terkekeh bersamaan. "Foto kita si keren saja, tetapi fotomu dan Anne, sensual." Jawab Dru sambil tangannya meraba-raba tubuhnya sendiri. Liam menonjok lengan Dru, merasa jijik dengan tingkah temannya. 

"Oya?" Bas merona. Baru kali ini rasanya ia merona. "Aku mau lihat ah! Bye!"

Aula Fakultas Desain itu luas dan mewah, lantainya dilapisi marmer dengan langit-langit tinggi dan lampu sorot untuk efek dramatis. Pencahayaannya yang menggunakan lampu berwana kuning membuat suasana interiornya terasa hangat. Disana sudah terpajang karya-karya mahasiswa Fakultas Desain dari Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Fashion Desain, sampai ke Desain Produk. Pengunjung yang datang cukup banyak mengingat sekarang sudah masuk masa liburan dan siswa kelas akhir sudah mulai berburu kampus. Bas melihat sekilas sekelilingnya dan segera menuju ke pameran DKV. Melihat Bas datang, Anak-anak DKV yang menjaga pameran menyambutnya dengan senang, mereka mengarahkan Bas ke lorong dimana Anne berada.

Berdiri diujung lorong, Bas tersenyum sendiri melihat Anne sedang serius menekuri foto-foto itu satu persatu. Ia bergerak perlahan agar Anne tidak tau Bas berada di belakangnya. "Bagus ya?" Bas terkekeh melihat ekspresi Anne yang terkejut dan menoleh kearahnya dengan cemberut. 

"Bas~ waktu kejadian kemarin--ketika dosen fotografi itu mengeluarkan foto-foto kita--aku meminta foto ini padanya. Aku ingin kau melihatnya, kau tampak... luar biasa disini." Anne berkata perlahan. Bas mau tak mau terkagum-kagum dengan dirinya sendiri mendengar pujian Anne.

Bas menatap pada foto yang ditunjukkan Anne. Foto itu bukan foto berpose mereka tetapi foto candid dari sudut yang tidak biasa, Bas sedang memakaikan jasnya pada Anne yang kedinginan. Tatapan Bas terekam disana dan Anne bisa melihat jelas perasaan Bas padanya yang selama ini dia coba abaikan.

Bas tersenyum pada Anne. "Kau sudah memilikiku Anne, tidak ada lagi gunanya foto itu." Bas memeluk pundak Anne dari belakang. Bas menyadari apapun yang dilakukannya dengan Anne menarik anak DKV untuk mendokumentasikannya dalam kamera. Biarlah.

HP Bas berbunyi, "ya Lyn. Oh, okay. Aku segera pulang." Bas memasukkan lagi HP-nya ke dalam jeansnya. "Anne, aku harus pulang, mom and dad sudah di rumah. Suasana akan berantakan sepertinya. Mungkin aku gak bisa jemput."

"Ya Bas, tidak masalah. Hati-hati di jalan ya." Anne memberikan senyumnya. Bas mencium pucuk rambut Anne sebelum pergi. Baru kali ini ia berharap urusan mom and dad-nya cepat selesai dan keduanya bisa secepatnya pergi kemanapun mereka mau.

Kondisi jalanan yang sangat macet akibat hujan membuat Bas sampai dirumah satu setengah jam kemudian. Begitu membuka pintu, ia mendapati sedang ada pesta di rumahnya. Bas terheran-heran, pesta apa ini?

"Gus, mana Lyn?" Bas mencegat salah satu pelayannya dan ia menunjukkan Lyn ada diatas. Bas buru-buru menyelinap naik dan masuk kamar Lyn yang letaknya dekat tangga.

Lyn terkesiap menatap adiknya masuk tiba-tiba. "Oh Bas~ kau mengagetkanku. Mom and dad mencarimu. Kau sudah bertemu mereka?" Lyn berhenti menggulung rambutnya. Bas menutup pintu dibelakang mereka.

"Pesta apa dibawah Lyn? Kau tidak menyebutkan pesta di telepon tadi." Bas mendekati Lyn dan duduk disamping ranjang.

"Aku tidak bisa, kau tidak akan mau pulang jika aku mengatakannya. Bas, itu pesta pertunanganmu dengan Filia--anak salah satu donatur UMUNUS. Kau ingat teman masa kecilmu? Aku sih tidak pernah menyukainya." Lyn melanjutkan menggulung rambutnya.

"Sejak kapan aku ditunangkan tanpa sepengetahuanku?"

"Sejak kau bayi katanya. Otomatis kau tidak tau. Aku baru tau tadi, mom bilang kau dan Filia dilahirkan selisih satu hari di RS yang sama, sehingga mereka bercanda dengan orang tua Filia bahwa kau bisa ditunangkan dengan Filia dan tak disangka orang tua Filia juga tertarik. Begitulah kira-kira cerita dari mom."

Bas menggeram, "Persetan dengan mom and dad, aku tidak bisa menyetujuinya."

"Filia ada dibawah jika kau mau bertemu." Informasi dari Lyn membuat Bas keluar dari kamarnya dan mencari Filia. Mungkin gadis itu bisa diajak bekerja sama menggagalkan pertunangan ini.

Filia dan Bas berteman waktu kecil semata-mata karena kedekatan orang tua mereka. Filia Halim adalah anak tunggal dari keluarga Halim--seorang pemilik bank dengan jaringan terluas di Indonesia. Orang tua mereka bertemu di Gala Dinner alumnus UMUNUS 25 tahun lalu yang mengundang para donatur UMUNUS dan sejak itu pertemanan antara kedua konglomerat itu berlanjut. 

"Sebastian Lingga. Wah, ganteng dan tinggi benar anakmu To!" Bas tertangkap basah dibawah tangga oleh ayah Filia--Lukito Halim yang menyeretnya kedepan ayahnya. Diremas-remasnya bahu dan lengan Bas, "basket?"

"Ya Om," Bas tersenyum dengan lesung pipit. Bicara mengenai basket, Bas lupa akan tujuannya turun ke lantai bawah sampai Ibu Sebastian datang dan mengecup pipi Bas, sebuah kecupan formal. 

"Bas, Apa kabarmu sayang?"

Sambil tersenyum, Bas berbisik ditelinga ibunya. "Lebih baik sebelum kalian pulang," Ibunya pintar sekali mempertahankan raut wajahnya, atau memang ia tidak peduli akan jawaban Bas.

Ibu Filia datang menyusul bersama Filia, "sayangku, kenalkan ini calon suamimu. Mom tidak salah pilih kan? Kalau mom seusiamu, mom akan bersaing denganmu untuk mendapatkan dia." Ibu Filia tertawa diikuti ibu Bas, kemudian mereka berdua pergi meninggalkan Bas dan Filia.

"Hai Sebastian, ingat aku?" Filia menyapanya dan berjalan mendekatinya, jarak mereka terlalu dekat. Filia gadis yang cantik, seorang perempuan yang anggun dan tidak terlihat nakal seperti pacar Bas sebelumnya. Pakaiannya juga sopan dan suaranya merdu.

"Hai. Jujur aku tidak ingat." Wajah Filia datar dan tidak menampakkan emosi apapun ketika Bas mengatakan itu. Bas merasa sedikit aneh. "Kau lulusan mana?"

"Hmm... aku belum lulus. Tahun depan tahun terakhirku di Berkley University, USA. IPK-ku cukup bagus walaupun tidak mencapai cum-laude seperti ibumu. Aku mengambil jurusan bisnis. Kau?"

"Wow!" Bas terkesima dengan prestasi Filia, walaupun menurutnya gadis itu terlalu pamer. "Tahun depan tahun keempatku di Fakultas Teknik Mesin, aku tidak tau bisa lulus atau tidak karena IPK-ku kurang bagus." Bas tertawa sendiri mendengar kondisi terbalikan dirinya dan Filia dalam studi.

"Jangan khawatir Bas, ayahku dan ayahmu donatur terbesar di UMUNUS, kau pasti diluluskan. Mom and dad mau aku bertemu kau untuk mengatur pernikahan tahun depan, ketika aku lulus kuliah. Kapan kau ada waktu?" Bas terkesima lagi dengan cara Filia berpikir, sangat efisien dan logis.

"Kurasa tidak bisa Fil. Aku sudah punya pacar. Menurutmu apakah ada cara menggagalkan pertunangan kita?" Bas berharap ada tanda-tanda persetujuan dari Filia, tetapi ia bahkan tidak menemukan ekspresi apapun di wajah Filia yang menatap Bas datar. 

"Bas, kuberitahu kau. Kau bisa putuskan dia, atau simpan pacarmu itu sampai pernikahan kita selesai. Setelah itu terserah kau." Filia menatap Bas tajam, kemudian dengan santai ia melenggang meninggalkan Bas yang menatap tempat kosong yang ditinggalkan Filia. Bas tak percaya pada pendengarannya.

Pesta selesai hampir menjelang tengah malam. Bas langsung menyerbu ke kamar Lyn dan menceritakan semuanya. "Sudah kubilang perempuan itu aneh, aku tidak menyukainya dari dulu. Kurasa dia cyborg." Lyn dan Bas tertawa. Bas sangat setuju dengan pendapat Lyn.

"Lyn, menurutmu apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa menikah dengan cyborg, aku kan bukan terminator. Kau bisa bayangkan, aku akan menjalani hidup seperti mom and dad." Bas menghempaskan tubuhnya di ranjang Lyn dengan posisi melintang. "Lebih baik mati rasanya."

Lyn menyayangi adik satu-satunya yang dia miliki, ia membelai sayang rambut Bas. "Kau bisa katakan sebenarnya pada mom or dad, kita lihat reaksi mereka. Perjodohan itu menurutku tidak cocok untuk jaman sekarang. Sifat manusia berubah, dan itu tidak dapat dipaksakan."

"Baiklah, aku akan mengikuti saran dari psikolog paling pintar se-Indonesia. "Bas bangun dari ranjang Lyn dan berdiri. "Lyn, jika itu tidak berhasil, aku akan kawin lari dengan Anne."

"Bas, jangan kau lakukan itu." Lyn terkesiap. Ia bangun dan segera menghampiri Bas. "Jangan ya Bas... aku tidak bisa kehilanganmu juga." Mata Lyn berkaca-kaca. Bas tidak bisa menjanjikan apa-apa pada Lyn, ia mencium kening Lyn dan keluar.

Bas turun ke lantai bawah, ayah dan ibunya berada di ruang keluarga sedang meributkan mengenai rencana pesta pernikahan Bas yang masih satu tahun lagi. Melihat Bas datang, ibunya langsung menghampirinya, "menurutmu acaranya bagus dimana Bas? Mulia atau Ritz Carlton?" Sambil menatap ayahnya sinis.

Bas menarik nafas dalam-dalam sebelum berkata, "Mom, dad, aku tidak mau menikahi Filia."

"Apa?! Tidak bisa Bas! Ini demi masa depanmu. Kau sudah dijodohkan dengan Filia sejak lahir dan mereka keluarga terpandang. Kami tau silsilah keluarga mereka dari kakek neneknya."

Ayah Bas menyela pembicaraan yang mulai kaku itu, "Evelyn, berilah Bas kesempatan bicara mengenai alasannya."

"Tidak ada alasan, To. Tidak boleh ada alasan lagi. Filia cantik, pintar, ..."

"Dingin, tidak berperasaan. Mom, aku tidak mencintainya, aku mencintai orang lain. Aku mencintai Anne-Marie." Ayah dan ibunya menatap Bas terkejut. Nah, Bas sudah memuntahkan rahasianya pada ayah dan ibu yang hampir tidak dikenalnya.

"Cinta? Umur berapa kau bicara mengenai cinta? Kau bahkan tidak tau itu apa?! Putuskan gadis itu, atau dia akan sengsara dan menyesal masuk ke keluarga ini." Ayahnya diam mendengar kemarahan istrinya. Ancaman ibunya membuat Bas semakin gusar.

"Kau yang tidak tau apa itu cinta mom! Kau meninggalkan kami dari kecil. Kau tidak tau rasanya tidak dicintai keluargamu sendiri. Kau tidak pernah ada untuk mengaturku menjadi orang yang baik, sekarang kau kembali seakan-akan kau seorang ibu yang teladan; dan kau mau mengatur hidupku? Kau bahkan bukan seorang Ibu. Aku benci padamu. Aku benci pada kalian!!!"

Lyn yang baru sampai di ruang keluarga, membeku mendengar kata-kata Bas, begitu pula dengan mom and dad. Mata Bas berkilat-kilat memancarkan rasa marah dan sedih bersamaan, perasaan yang sudah lama dipendamnya. Ia lari keatas dan berkemas.

"Bas! Sebastian! Sebastian Lingga!!!" Lyn berteriak namanya, namun Bas tidak mendengarnya. Dengan langkah panjang Bas keluar dan membanting pintu. Ia melemparkan tasnya ke jok belakang, suara Mustangnya menggeram keras lalu melesat ke kegelapan malam menuju kampus.

 

 

Bas menelpon Anne diperjalanan dan memintanya menunggu di gerbang kampus, ia juga meminta Anne berkemas. Anne menunggu Bas di gerbang, namun ia tidak membawa apa-apa. "Ada apa Bas?" Tanya Anne setelah ia masuk ke mobil. Bas tidak menjawab pertanyaannya, ia dapat merasakan aura kemarahan Bas. Anne diam, membiarkan Bas membawanya kemanapun yang diinginkan.

Mustang merah itu berhenti di sebuah hotel agak jauh dari kampus. Bas dengan sembarang memarkirkan kendaraannya, masuk ke lobby dan menarik Anne ke kamar. Setelah pintu ditutup, Anne terkejut Bas mendorongnya ke dinding, menciumnya kasar, memeluknya dan berusaha membuka kancing-kancing Anne.

"Bas! Sebastian! Apa yang kau lakukan?!" Anne mendorong Bas dan mencubitnya agar lelaki itu sadar. Sebastian berteriak dan menepis tangan Anne yang mencubitnya.

"Anne, menikahlah denganku. Sekarang. Atau kita bisa melakukan 'itu' dulu, membuatmu hamil, lalu minta orang tuaku menikahi kita." Pinta Bas putus asa. Tamparan keras mendarat di pipi Bas.

"Kau pikir aku salah satu dari pacar-pacarmu dulu Bas?" Mata Anne penuh kemarahan karena harga dirinya tercoreng. "Kupikir kau berubah, kupikir aku bisa mempercayaimu."

Bas menggertakkan rahangnya, ia merasa frustasi dengan kondisinya. Ia menarik Anne ke ranjang double dan mereka terduduk disana beberapa waktu. Ketika Bas menatapnya lagi, tatapan Bas memancarkan keputus-asaan, "Anne, jika tidak, mom and dad akan menikahkan aku paksa dengan seorang gadis kaya. Aku tidak mau kehilanganmu. Aku..." Bas menceritakan semuanya ke Anne--mengenai perjodohannya, mengenai pernikahannya, mengenai respon orang tuanya ketika ia mengakui telah berpacaran dengan Anne.

"Kau lihat Anne, mereka akan menghancurkan kita. Mereka akan menghancurkanmu sekarang setelah mereka tau kau pacarku. Satu-satunya cara adalah kita menikah, tidak masalah jika aku harus keluar dari rumah itu. Kita bisa pindah ke kotamu." Bas membayangkan semuanya, rasanya ide itu menyenangkan. "Bagaimana menurutmu Anne?"

Air mata menetes satu persatu di wajah Anne. Bas menunggu kata-kata dari Anne. Ketika Anne memberanikan diri menarap Bas, ia berkata "Bas, kita putus saja." Anne memaksakan senyum, bibirnya bergetar.

"Tidak! Aku tidak mau, Anne. Aku bisa melepaskan apapun, tapi aku tidak akan melepaskanmu." Bas bangun dan menyisir rambutnya dengan frustasi. Ia mondar mandir di kamar yang seakan-akan sempit dengan keberadaan Bas. Anne hanya bisa menatapnya, menunggu Bas tenang. Menunggu dirinya tenang.

30 menit kemudian Bas terduduk di kursi disamping jendela hotel sambil menatap keluar jendela, ia merasa sangat lelah. Anne menghampirinya dan duduk di pangkuan Bas. "Bas, jika kau diberi pilihan memutuskanku atau menyimpanku sampai kau menikah... yang mana yang akan kau pilih?"

Bas mengalihkan perhatiannya perlahan ke wajah Anne, mempelajarinya. "Memutuskanmu." Jawabnya datar kemudian Bas berpaling lagi menatap keluar jendela. Anne bisa melihat buku-buku jari Bas memutih dan ia menangkupkan telapaknya pada kepalan Bas.

"Itu yang terbaik Bas untuk kita. Saat ini." Ketika Bas menatap Anne lagi, Anne tidak bisa menahan tangisnya dan menangis tersedu-sedu di dada Sebastian. Malam itu mereka tidak pulang. Hari terakhir Bas menjadi pacar Anne,  besok dia akan terbangun dan bertemu Anne sebagai orang asing.

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • YUYU

    @deborahana hugs... terima kasih Deb

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
  • siboratukangtulis

    Lanjutttt!

    Comment on chapter 21. Semester Baru Bersama Anne
Similar Tags
Abay Dirgantara
5968      1368     1     
Romance
Sebenarnya ini sama sekali bukan kehidupan yang Abay inginkan. Tapi, sepertinya memang semesta sudah menggariskan seperti ini. Mau bagaimana lagi? Bukankah laki-laki sejati harus mau menjalani kehidupan yang sudah ditentukan? Bukannya malah lari kan? Kalau Abay benar, berarti Abay laki-laki sejati.
Sampai Nanti
466      250     1     
Short Story
Ada dua alasan insan dipertemukan, membersamai atau hanya memberikan materi
P.E.R.M.A.T.A
1683      859     2     
Romance
P.E.R.M.A.T.A ( pertemuan yang hanya semata ) Tulisan ini menceritakan tentang seseorang yang mendapatkan cinta sejatinya namun ketika ia sedang dalam kebahagiaan kekasihnya pergi meninggalkan dia untuk selamanya dan meninggalkan semua kenangan yang dia dan wanita itu pernah ukir bersama salah satunya buku ini .
kekasihku bukan milikku
1280      645     3     
Romance
pendiam dan periang
207      172     0     
Romance
Dimana hari penyendiriku menghilang, saat dia ingin sekali mengajakku menjadi sahabatnya
Strawberry Doughnuts
638      426     1     
Romance
[Update tiap tengah malam] [Pending] Nadya gak seksi, tinggi juga kurang. Tapi kalo liat matanya bikin deg-degan. Aku menyukainya tapi ternyata dia udah ada yang punya. Gak lama, aku gak sengaja ketemu cewek lain di sosmed. Ternyata dia teman satu kelas Nadya, namanya Ntik. Kita sering bertukar pesan.Walaupun begitu kita sulit sekali untuk bertemu. Awalnya aku gak terlalu merhatiin dia...
IMAGINATIVE GIRL
2378      1223     2     
Romance
Rose Sri Ningsih, perempuan keturunan Indonesia Jerman ini merupakan perempuan yang memiliki kebiasaan ber-imajinasi setiap saat. Ia selalu ber-imajinasi jika ia akan menikahi seorang pangeran tampan yang selalu ada di imajinasinya itu. Tapi apa mungkin ia akan menikah dengan pangeran imajinasinya itu? Atau dia akan menemukan pangeran di kehidupan nyatanya?
Infatuated
740      496     0     
Romance
Bagi Ritsuka, cinta pertamanya adalah Hajime Shirokami. Bagi Hajime, jatuh cinta adalah fase yang mati-matian dia hindari. Karena cinta adalah pintu pertama menuju kedewasaan. "Salah ya, kalau aku mau semuanya tetap sama?"
Mamihlapinatapai
5820      1592     6     
Romance
Aku sudah pernah patah karna tulus mencintai, aku pernah hancur karna jujur tentang perasaanku sendiri. Jadi kali ini biarkan lah aku tetap memendam perasaan ini, walaupun ku tahu nantinya aku akan tersakiti, tapi setidaknya aku merasakan setitik kebahagian bersama mu walau hanya menjabat sebagai 'teman'.
Reminisensi Senja Milik Aziza
801      416     1     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?