Suasana ramai sedang bersemayam di kediaman rumah Ara, mengingat 2 hari yang lalu adalah hari dimana papa Ara di sebagai kapten. Keluarga Ara mengadakan syukuran kecil-kecilan, yang di undang juga hanya tetangga setempat dan beberapa kerabat terdekat. Acaranya akan diselenggarakan besok tepat pukul jam 10 pagi, rencananya akan ada yasinan. Ara dan keluarga tengah sibuk-sibuk menyiapkan acara esok.
Mama Ara yang sedari pagi kesana-kemari mengintai setiap sudut, adakah yang kurang atau justru kurang pas di tempatnya.
"Raa" Panggil mama nya saat berpapasan dengan Ara yang sedang membawa kue.
"Iya mah"
"Kamu bisa pergi ke pasar nak ?" Tanya Ibunya yang tak begitu fokus pada Ara.
"Disitu mang, enggak ke kiri dikit"
"Ara sendiri mah ?" Tanya Ara berharap mama nya sepihak dengan pemikirannya saat ini.
"Kang, kang udin bisa nemenin Ara ke pasar ?" Tanya Mama Ara ad kang Udin yang lewat dihadapan mereka seraya membawa beberapa peralatan.
"Ini bu, dekor yang di depan belum selesai" Kang Udin mengangkat barang bawaannya itu. Ara menghela napas lega, sebab bukan kang Udin yang Ara inginkan namun Jimy.
"Jimy aja mah" Saran Ara langusng ke point nya, karna sayangnya pemikiran ia dan mama nya tak sepihak.
"Oh yasudah, kamu aja dia aja" Ucap mama nya.
"Mama yang bilang, kalo Ara yang bilang dia pasti uring-uringan" Jelas Ara.
"Ya, kamu siap-siap. Mama telpon ibu nya Jimy" Ucap Mamah Ara membuatnya begitu sumringah. Dan lekas pergi mengganti pakaiannya.
***
"Oh iya bu, enggak. Enggak usah sungkan. Nanti saya yang suruh."
"Maaf ya bu kalo ngerepotin" Ucap mamah Ara di bilik handphonenya.
"Iya makasih ya bu" Mamah Ara menutup telponnya.
Segera ibu Jimy menghampiri kamarnya. Mengetuk pintu kamar Jimy.
"Nak" Panggil ibunya.
Jimy membuka pintu kamarnya "Iya bu"
"Mamanya Ara minta tolong, kamu suruh nemenin Ara ke pasar. Sana gih salin" Ucap ibunya yang sangat mendukung hubungan Jimy dan Ara.
"Ah bu, kenapa di iyain. Bilang aja mau kuliah" Ucap Jimy uring-uringan di kasurnya.
"Ibu udah terlanjur bilang iya, udah sana buruan"
Dengan berat hati Jimy mengganti pakaiannya dan menemani Ara berbelanja di pasar.
***
Sepanjang perjalanan Tisa tak henti-hentinya tertawa terbahak-bahak. Sesekali dia memegang perutnya tak tahan menahan geli mendengar leluconan dari Tofan kawannya bekerja.
"Iya sa, temen ku ada yang pelupa banget kaya gitu. Ya aku mau pipis di pom bensin malah dia tinggal. Ngapain coba dia disana" Tofan bercerita dengan mimik wajah yang kesal. Sementara Tisa masih dengan tawanya yang begitu pecah.
"Kalo yang namanya kopi sa, aduh bisa-bisa semua kopi orang di minum dia"
"Parah pokoknya" Tofan tersenyum tipis melihat Tisa yang pecah dengan tawanya. Seolah tak ada beban yang dia pikul.
Tofan mengendarai motor dengan kecepatan yang sedang, melaju menuju pasar untuk membeli beberapa makanan karna malamnya mereka mengadakan acara makan-makan.
10 menit kemudian sampailah mereka di pasar. Belum bertarung di pasar, ia sudah lemah tak berdaya karna leluconannya Tofan.
"Beli apa dulu ya fan ?" Tanya Tisa seraya turun dari motor.
"Masuk dulu aja kali sa, haha" Ledek Tofan.
"Hmm hmm hmm" Tisa berdeham, sambil menatap tajam temannya itu.
Sampainya di dalam pasar, Tisa memilah-milih sayur yang segar dan bagus. Mencari bahan masakan yang lainnya juga.
"Beli ini juga gak apa-apa kali ya"Tunjuk Tisa pada semangka yang terlihat segar itu.
"Atur sesuka kita aja sa, kan kita yang di suruh" Timbal Tifan menunjukkan gigi yang tertata rapi itu.
"Ini yang aku suka, kita itu memang sejoli banget dah" Ucap Tisa, memuji sahabatnya itu.
"Bu, semangka nya 2 ya" Pinta Tisa seraya mengeluarkan dompetnya.
Tofan membawa barang bawaan yang mereka beli, satu pun tak diperbolehkan Tisa memegangnya. Pria yang bertanggungjawab. Saat mereka mencari kerupuk pelengkap terahir yang akan mereka sajikan nanti malam, Tisa melihat seseorang yang tak asing baginya.
"Haaa" Tisa menutup wajahnya dengan seikat kangkung yang ada di depannya.
"Kenapa kamu sa" Wajahnya terlihat begitu terkejut.
"Sssttt" Tisa menyuruh Tofan untuk diam. Wajah Tofan terheran-heran dengan Tisa seraya mencari penyebab Tisa bertingkah demikian.
"Ayoo... " Tisa mengajak Tofan pergi seraya menutup wajah nya dengan kangukung.
"Oh iya" Tisa mengeluarkan dompetnya
"Ini bu, sayurnya saya beli. Makasih bu" Keheranan Tofan meningkat lebih heran.
"Heehh, ngapain kamu" Kangkung yang menutupi wajah Tisa ditarik oleh Tofan.
"Aah, sstt" Lagi-lagi Tisa hanya menyuruhnya diam tanpa menjelaskan apapun.
"Ikutin aku aja" ajaknya.
Tisa menatap lekat-lekat dua orang yang tengah asik berbelanja sayuran itu dari kejauhan, mengikuti mereka dari belakang.
"Kemaren makan berdua, sekarang beli sayur berdua juga" Gerutu Tisa terlihat kesal
"Kenapa sa ?" Tanya Tofan seraya melihat apa yang sedang Tisa lihat.
"Ayo... Ayo...fan, kit ikutin dua orang itu" Tunjuk Tisa
"Emang mereka siapa ?" Tofan menundukkan kepalanya juga setara dengan Tisa.
"Nah itu dia kau juga gak tau siapa mereka" Ucap Tisa dengan polosnya. Seketika Tofan menjitak kepala Tisa. "Aduhh" Keluh Tisa
"Buat apa kita ngikutin mereka kalo kamu enggak tau mereka Tisa" Omel Tofan. "Mending kita selesaikan urusan kita biar beres, terus pulang" Jelasnya.
"Bentar aja, please. Ini bakaln jadi hot news" Dengan wajah jelasnya dia berhasil meluluhkan hati Tofan.
"Tuh kan, mereka hilang"
"Kamu si ngajak ngobrol terus dari tadi" Protes Tisa kesal
"Ayo lah, cari lagi"
"Tadi masih d sit-uuu" Tunjuk Tofan pada jejak mereka tadi.
Tisa dan Tofan mencari jejak dua orang yang menjadi mata-mata Tisa. Entahlah sampai sekarang Tofan belum mengerti maksud dan tujuan Tisa.
Tisa menyingkirkan kangkung yang ia pakai untuk menutupi wajahnya itu. "Gara-gara kamu kan" Tisa membalikkan tubuhnya mengarah pada Tofan yang di belakangnya.
"Ya mana aku tau sa mereka mau pergi, ya lagian kamu kan gak kenal sama mereka, ya buat apa di ikutin" Jelas Tofan yang sedikit membela dirinya.
"Aku itu penasaran sama mere-kaaaa" Tisa membalikkan lagi tubuhnya ke depan, dan saat ia berbalik ia menemukan sosok yang sedari tadi ia cari. Mata membelanya, ia salah tingkah. Fikirannya buyar "mati gue" ucapnya dalam hati. Lalu Tisa menarik napasnya panjang.
"Loh kamu" Sapa Jimy pada Tisa
"Hehe, ketemu lagi" Tisa tertawa aneh
"Belanja juga ?" Tanya Jimy.
Tisa menganggukkan kepalanya.
"Ini sa yang kamu cari tadi ? Dengan begonya Tofan berkata demikian. Wajah Tisa mengembang, matanya membulat, ia menggertakan giginya, hidungnya kembang-kempis, serasa ingin membunuh Tofan detik itu juga.
"Maksudnya ?"Tanya ayu ada di samping Jimy"
Haa... " Tisa terlihat gugup
"Kurang belanjaan apa fan ?" Tingkah Tisa benar-benar menunjukkan kegugupan.
"Buah-buahan kali ya" Ucap Tofan, yang jelas-jelas sudah ada di keranjang belanjaannya. Sontak Jimy dan Ayu melirik ke arah buah itu. Jimy tersenyum tipis melihat kegugupan Tisa yang sudah jelas kepergok mengikutinya sedari tadi.
"Duluan ya"
Tisa dan Tofan lekas pergi tanpa melihat kebelakang sedikit pun, merasa malu tertangkap basah oleh Jimy. Berjalan seraya menumpuk jidatnya pelan. Jimy menatap pugung Tisa sampai ia benar-benar menghilang.
Sedih bacanya kak :( semoga endingny bagus
Comment on chapter 1