Loading...
Logo TinLit
Read Story - Warna Rasa
MENU
About Us  

Keesokan harinya menjelang akan dilaksanakannya tryout Ujian Nasional bagi siswa kelas 12, seluruh siswa diminta untuk melakukan bersih-bersih seluruh sekolah karena seluruh ruangan kelas akan dipakai untuk persert tryout. Seluruh siswa kelas 10 dan 11 diliburkan selama satu minggu lamanya. Namun itu tidak berlaku bagi siswa-siswa olimpiade dan kegiatan latihan ekstrakurikuler masih tetap berjalan.

Deni, Dido, Rahma, dan Ika lebih memilih membersihkan mushola sekolah. Karena sudah terlalu banyak siswa yang membersihkan ruangan kelas.

Deni dan Dido memilih untuk membersihkan jendela mushola yang seluruhnya adalah kaca. Jendela itu cukup tinggi sehingga membutuhkan orang-orang berpostur tubuh tinggi untuk membersihkannya dari debu. Dido membersihkan jendela dengan lap basah kemudian sesudahnya ada Deni yang membawa lap kering.

“Cepetan Do” ucap Deni menyuruh Dido bergegas karena Deni harus menunggu Dido.

“Sabar dong ah. Ini tebal sekali debunya Den. Tebal. Tuh lihat lap nya kotor sekali” jelas Dido. Deni hanya tersenyum melihatnya. Sembari menunggu Dido yang masih membersihkan jendela, Deni melihat Ika yang berjalan sempoyongan membawa ember yang penuh air yang akan digunakan untuk mengepel. Awalnya Deni bersikap tidak peduli tapi beberapa detik berlalu ia tidak tega juga membiarkan Ika membawa beban seberat itu. Ika beristirahat sejenak karena tangannya yang mulai kelelahan dan memerah. Ia meniup niup tangannya, ketika Ika sudah mempersiapkan kekuatan dan hendak kembali mengangkat pegangan ember, tangan Deni sudah meraihnya lebih dulu.

“eh....” gumam Ika karena terkejut.

“Mau di letakkan dimana?” tanya Deni dengan pandangan yang menatap ke depan. Deni berjalan di depan Ika dengan agak cepat dan Ika harus setengah berlari.

“Di teras depan saja” jawabnya. Deni segera meletakkan ember berisi air itu di teras depan. Disana sudah ada Rahma yang telah selesai menyapu teras.

Thank you Den” ucap Rahma ramah kepada Deni. “Tuh kaan” kini bergantian Rahma yang menggoda Ika setelah Deni pergi.

“Apaan sih Ma” Ika malu-malu menanggapi godaan Rahma.

Ika merenung sebentar. Tetap saja meskipun Deni baik padanya, tapi tadi bahkan Deni sama sekali tidak melihat ke arahnya. Deni hanya mengambil ember, membawanya, dan berjalan cepat di depannya. Tidak seperti pada Rahma yang ia menatap dengan tatapan yang halus.

“Ika, ko melamun?” Rahma membuyarkan lamunan Ika. Ia ingin menyampaikan itu kepada Rahma, namun ia urungkan.

Mereka bersih-bersih sampai pukul 11.45 dan dilanjutkan shalat dzuhur berjamaah. Selesai shalat dengan kondisi mushola bersih, mereka duduk-duduk di depan mushola untuk melepas lelah. Kemudian Raihan datang menghampiri mereka dengan membawa 2 kantong plastik berisi makanan. Deni dan teman-teman lainnya segera menyantap makanan itu sampai habis. Lumayan mereka dapat mengisi kembali energi mereka setelah kerja bakti tadi.

“Kemana nih sekarang?” Dido melihat jam tangannya. Masih pukul 13.00 mereka masih punya banyak waktu untuk pulang ke rumah. Meskipun mereka sudah diperbolehkan untuk pulang, tapi Dido masih ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

“Bagaimana kalau kita ke perpustakaan kota? Kita harus persiapan untuk seleksi peserta olimpiade beberapa hari lagi kan?” usul Rahma. Masih banyak yang harus ia persiapkan. Bidang keilmuan astronomi sedikit bersinggungan dengan Fisika dan perhitungan Fisika juga bersinggungan dengan matematika. Menurut Dido itu usul yang bagus. Ia juga harus menyelesaikan beberapa soal latihan sisa coaching beberapa hari yang lalu.

“Setuju” ucap Dido. Keempat sahabat itu beranjak menuju perpustakaan kota karena perpustakaan sekolah akan digunakan untuk tempat menyimpan soal-soal tryout sehingga harus diisolasi.

Mereka mengeluarkan catatan dan buku yang akan digunakan untuk belajar. Dido juga menggunakan beberapa dari rak perpustakaan kota sedangkan Deni sedikit berkeliling ke area rak berisi kumpulan novel. Ada beberapa buku yang harus ia cek. Di sana ia bertemu dengan Ika, berdiri di depan rak yang bersebrangan. Deni tidak ingin memperhatikannya dengan seksama, tapi dia terkejut tiba-tiba Ika sudah berdiri di sampingnya, ia meraih beberapa novel yang ada di hadapannya.

“Kamu sudah membaca novel Trailer Love? Bagian mana part yang paling kamu suka?” tanya Ika tetap fokus melihat-lihat sinopsis novel yang sedang dipegangnya. “Kalau aku paling suka pada saat Raymon mulai mengerti bahasa cinta Laura meskipun Laura tidak pernah mengungkapkannya” ucapnya.

“Iya aku juga suka sekali dengan bagian itu” ucap Deni, setengah sadar kata-kata tadi keluar dari mulutnya. Deni menundukkan matanya sejenak, ia melihat-lihat novel yang sedang dipegangnya saat ini sedangkan Ika beranjak pergi membiarkan Deni sendiri. Deni memicingkan matanya, ‘tunggu, berarti?’ Deni mengingat sesuatu. Deni mencari sosok Ika yang sudah tak lagi di sampingnya. Ika sudah bergabung dengan teman-teman  yang lain. Tiba-tiba Deni teringat dengan hadiah novel yang ada di kolong mejanya tempo hari. Dia sudah bertanya pada Rahma apakah Rahma yang mengirimkan novel itu, namun Rahma menolak dengan tegas. Awalnya Deni tidak percaya karena satu-satunya orang yang tahu ia menginginkan novel itu adalah Rahma. Novel yang pernah mereka perebutkan di toko buku tempat pertama kali mereka bertemu. ‘Berarti kemarin Rahma benar, memang bukan dia, tapi.....

 

“........ lebih baik kamu pastikan apakah benar-benar dia, bagaimana kalau ada orang lain selain Rahma?”

                “Maksud kamu? Jangan-jangan sebenarnya kamu tahu siapa pengirim hadiah ini?”

                “Mana mungkin aku tahu, aku kan bilang ‘barangkali’ ya siapa tahu kan”

 

                Memori Deni flashback pada kejadian beberapa hari yang lalu, apakah sebenarnya Dido juga tahu bahwa itu dari Ika?

‘Raymon mulai mengerti bahasa cinta Laura meskipun Laura tidak pernah mengungkapkannya’ kata-kata Ika kembali terngiang di benaknya. Deni menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Ia merasa seperti dirasuki sesuatu yang dapat mengganggu konsentrasinya. Deni segera mengembalikan fokusnya. Tujuannya datang ke sini adalah untuk belajar, bukan untuk menjadi detektif cinta.

Deni segera kembali ke meja. Rahma menatap Deni dengan wajah yang berbeda, seperti wajah kebingungan. Kemudian pandangannya beralih melihat Ika, Rahma menemukan rona bahagia di wajah Ika, Rahma tahu beberapa waktu tadi Deni dan Ika sempat bertemu dan membicakan sesuatu meskipun Rahma tidak tahu itu apa. Tapi Rahma tahu ada sesuatu yang baik telah terjadi untuk Ika.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Dido dan teman-teman masih berkutat di perpustakaan kota. Perpustakaan akan tutup pada jam 21.00.

“Aku ke toilet dulu ya” ucap Rahma pada Ika, tapi yang lain bisa mendengar suara Rahma. Sebelum pergi, Deni sempat melihat wajah Rahma sekilas. Wajahnya tampak pucat. Detik demi detik berlalu, 20 menit sudah Rahma di toilet dan masih belum kembali. Karena khawatir Deni menyusul Rahma ke toilet. Awalnya ia ingin mengajak Ika namun ia urungkan. Kondisi perpustakaan mulai sepi. Hanya tersisa sekitar 15 orang yang duduk tersebar di seluruh penjuru bangunan itu.

Deni mengendap menuju toilet wanita dan memanggil-manggil nama Rahma dari luar, namun tidak ada jawaban. Tadinya Deni akan mencari petugas perpus wanita untuk membantunya mengecek ke dalam, namun tak satupun petugas yang lewat di sekiitarnya akhirnya Deni memberanikan untuk menyembulkan kepala ke ruangan toilet. Deni melihat semua pintu terbuka lebar, artinya tidak ada orang dalam toilet namun ketika ia melihat ke lantai bawah ia melihat tubuh Rahma tergeletak di lantai dengan darah yang keluar hidungnya.

Deni segera menghampiri tubuh Rahma,

“Rahma bangun! Ma” Deni menepuk-nepuk pipi Rahma namun ia tidak juga terbangun. Deni panik dan langsung membawa tubuh Rahma keluar dari toilet. Ia menghampiri teman-temannya yang lain. Seluruh pengunjung terkejut melihat Deni mengangkat tubuh seorang gadis, terutama teman-teman Deni.

“Rahma?” Mata Dido langsung terperenjat melihat tubuh Rahma yang terkulai. “Astaga, Rahma kenapa Den?”

“Do, cepetan bawa Rahma ke rumah sakit!” Dido segera mengerti ia segera lari menuju parkiran mobil dan membuka pintu mobil. Ika masuk terlebih dahulu ke dalam mobil dan membantu Deni memasukkan tubuh Rahma ke dalam mobil.

Semua panik. Setelah Rahma aman, Deni kembali masuk ke perpustakaan untuk mengambil semua barang-barang mereka. Tas, buku, ponsel. Dido membelah malam, menambah kecepatan. Secepat mungkin sampai di UDG rumah sakit terdekat. Tak lupa Deni juga menelpon Ibu Rahma untuk mengabarkan keadaan putrinya.

Sesampainya di rumah sakit, Rahma segera ditangani di UGD rumah sakit. Waktu menunjukkan semakin malam.

“Kalian pulanglah!”

“Tapi Den!” ucap Dido.

“Do, antar Ika pulang. Ini sudah malam. Orang tua kalian pasti khawatir. Aku juga akan segera pulang setelah tante Ratna sampai”

“Kami akan menemani kamu Den”

“Tante Ratna sedang berada di luar kota dan beliau sedang dalam perjalanan ke sini, mungkin beliau akan sampai 3-4 jam lagi” jelas Deni.

“Ayo Ka, kita harus pulang!” ajak Dido. Ika akhirnya menyerah. Ia ingin berada di samping Deni dan menemani Ika, tapi Deni benar orang tuanya pasti akan sangat khawatir atau bahkan ayahnya akan marah.

Dido dan Ika berpamitan untuk pulang dan hanya ada Deni yang terduduk di ruang tunggu UGD. Ia yakin ayahnya tidak akan terlalu mencemaskannya. Apalagi Deni juga sudah menelpon rumah dan mengabari Mbok Ran.

Setengah jam kemudian tubuh Rahma tergeletak di ranjang di dorong oleh beberapa suster menuju kamar rawat inap. Selang oksigen melilit di hidungnya. Di sampingnya dipasang alat pendeteksi jantung yang berbunyi setiap jantung Rahma berdetak.

Deni terduduk di samping ranjang Rahma. tubunya lemah tak berdaya, ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Rahma. Dokter dan suster tidak bilang apa-apa. Itu karena mereka sudah mengenal Rahma dengan baik. Dokter tidak usah melakukan banyak negosiasi dan penjelasan pada Deni. Bagaimana ini, beberapa hari lagi adalah seleksi peserta olimpiade, Rahma harus sembuh agar bisa ikut. Apa yang salah dengan Rahma hari ini? Deni menganalisis.

Deni menatap wajah Rahma yang sayu. Tiba-tiba Deni merasa sangat ketakutan, ia takut kehilangan seseorang yang begitu berarti bagi hidupnya.

“Bertahanlah Ma. Ku mohon” ucap Deni. Air matanya menetes. Ia takut untuk kesekian kalinya tuhan mengambil orang-orang terbaik dalam hidupnya. Ia benar-benar takut. Deni tertidur di ranjang Rahma hingga ibunya tiba dari luar kota.

Deni terbangun ketika seorang wanita terduduk disebuah sofa dekat ranjang Rahma. Bagian belakang tubuh Deni tertutup selimut tipis. 

“Tante” ucap Deni menggeser tubuhnya yang terasa pegal karena tidur membungkuk. “kapan tante datang?” Deni bergeser dan ikut duduk di sofa bersama ibu Rahma. Barangkali ibunya ingin kursi yang baru saja diduduki agar lebih dekat dengan Rahma.

“Tante tiba pukul 2 pagi. Maaf tante tidak tega membangunkanmu. Kamu tertidur pulas sekali” ucapnya. “Oh iya, sudah adzan shubuh. Sana shalat dulu”

“Iya tante. Saya permisi dulu” setelah Deni melipat selimut dan mengembalikannya pada Ibu Rahma, Deni segera pergi menuju mushola rumah sakit. Ia bergantian shalat dengan Ibu Rahma agar ada yang standby menjaga Rahma.

Setelah Deni kembali ke kamar Rahma, ibu Rahma pamit untuk shalat shubuh. Deni menunggui Rahma sambil terduduk di sofa. Seketika Deni melihat jari jemari Rahma yang bergerak-gerak. Deni kaget, ia segera mendekat.

“Rahma?” ucap Deni. Perlahan kelopak  mata Rahma terbuka. Deni bertanya apa yang diinginkan Rahma ataukah ada rasa sakit yang ia rasakan. Rahma hanya tersenyum. Ia senang melihat Deni yang berada di sisinya. Ia senang Deni adalah orang pertama yang ia lihat dipagi hai saat matanya terbuka.

“Tante Ratna sedang keluar sebentar” ucap Deni barangkali Rahma mencari ibunya. Rahma diam saja dan Deni tidak tahu harus bersikap apa. Deni takut Rahma masih belum mampu untuk mengeluarkan banyak energi. Deni meraih tangan Rahma, ia menggenggamnya untuk memberikan kekuatan. “Kamu harus kuat Rahma! Harus!” ucap Deni lembut. Rahma hanya tersenyum.

Pintu seketika terbangun. Ibu Ratna muncul dengan membawakan sekotak makanan yang ia beli dari kantin rumah sakit.

“Tante Rahma sudah sadar” ucap Deni.

“Alhamdulillah”

Deni segera mundur dan membiarkan Rahma berbicara dengan ibunya. Ibunya hanya mengangguk-ngangguk tanda mengerti. Sedangkan Deni tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Ibu Rahma mengajak Deni untuk makan makanan yang dibawanya. Deni menerima makanan itu. Setelah itu Ibu Rahma meminta agar Deni istirahat di rumah. Sudah semalam Deni di rumah sakit, ayahnya mungkin akan khawatir. Ia juga mengucapkan terima kasih karena sudah membawa Rahma ke rumah sakit. Awalnya Deni menolak, akhirnya setelah dibujuk beberapa kali.

“Tante Deni mohon, kabari Deni jika terjadi sesuatu”

“Pasti nak. Pasti. Pulanglah!” ucapnya melepas kepergian Deni.

Siangnya, Dido dan Ika datang menjenguk. Kondisi Rahma sudah agak mendingan meskipun di hidungnya masih menempel selang oksigen. Sore harinya saat Deni hendak menjenguk, Rahma dikabarkan sudah pulang.

Deni menjenguk Rahma ke rumah, namun kata asisten rumahnya Rahma dan ibunya sedang tidak ada di rumah. Deni pulang dengan kecewa. Deni juga sudah menghubungi ponsel Rahma tapi tidak jawaban. Telponnya tidak diangkat, SMS-nya tidak dibalas.

                Rahma menghilang dari Dido, Ika, bahkan Deni. Selama liburan ini, Rahma tidak beraktivitas sama sekali. SMS dan telpon Deni juga tidak direspon, begitupun Ika, dan Dido. Rahma tidak menghadiri latihan memanah. Asisten rumahnya bilang bahwa Rahma dan Ibunya sedang liburan di rumah kerabatnya di luar kota. Awalnya Deni tidak percaya karena ia merasa Rahma ada di rumah namun entah alasan apa, Rahma tidak ingin menemuinya lagi. Deni mulai tidak mengerti dengan kondisinya saat ini. karena berdasarkan informasi dari siswa lain, Rahma tetap menghadiri seleksi peserta olimpiade astronomi. Sesuai dengan mimpinya. Deni tidak bisa datang ke tempat Rahma seleksi karena pada hari yang sama ia juga harus seleksi peserta olimpiade matematika di tempat yang berbeda tapi Deni mencoba menghubungi Rahma dihari itu namun hasilnya nihil.      

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Got Back Together
367      298     2     
Romance
Hampir saja Nindyta berhasil membuka hati, mengenyahkan nama Bio yang sudah lama menghuni hatinya. Laki-laki itu sudah lama menghilang tanpa kabar apapun, membuat Nindyta menjomblo dan ragu untuk mempersilahkan seseorang masuk karna ketidapastian akan hubungannya. Bio hanya pergi, tidak pernah ada kata putus dalam hubungan mereka. Namun apa artinya jika laki-laki hilang itu bertahun-tahun lamanya...
G E V A N C I A
1175      644     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Ballistical World
10101      1987     5     
Action
Elias Ardiansyah. Dia adalah seorang murid SMA negeri di Jakarta. Dia sangat suka membaca novel dan komik. Suatu hari di bulan Juni, Elias menemukan dirinya berpindah ke dunia yang berbeda setelah bangun tidur. Dia juga bertemu dengan tiga orang mengalami hal seperti dirinya. Mereka pun menjalani kehidupan yang menuntun perubahan pada diri mereka masing-masing.
When I Found You
3229      1079     3     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
Loading 98%
655      401     4     
Romance
Love Dribble
10761      2091     7     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
Perfect Love INTROVERT
10878      2021     2     
Fan Fiction
Begitulah Cinta?
17873      2699     5     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...
My Reason
721      476     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
Premium
Sakura di Bulan Juni (Complete)
20377      2271     1     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...