Read More >>"> Warna Rasa (Tersenyumlah untuk kita bersama) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Warna Rasa
MENU
About Us  

Hari ini Ika berhasil memaksa Rahma untuk mempraktikan ilmu yang ia ajarkan semalam. Tentu saja dengan bantuan Ika. Setelah menggunakan foundation, concealer, dan bedak padat, Ika memoleskan lipstik dengan warna natural ke bibir Rahma. ia juga sedikit memoleskan eyeliner dan maskara.

“Tidak terlalu mencolok kan?” tanya Ika sambil merias Rahma.

Rahma hanya tersenyum dan mematut malu melihat wajahnya di cermin.

“Lihatlah!” Ika mengangkat dagu Rahma membuatnya percaya diri. “Dengan begini wajah kamu terlihat segar dan fresh” Ika menghadapkan wajah Rahma ke depan cermin. Memang benar kata Rahma. Dirinya terlihat lebih cantik dengan versi natural. Setelah kemarin Ika berhasil memaksa Rahma untuk mengganti kacamata kunonya, kini Ika mengajarinya cara merias diri. Ia harus berterima kasih pada Ika yang telah mengajarkan hal-hal yang belum pernah dilakukannya.

Rahma dan Ika datang ke tempat latihan bersama-sama. Dido terkejut melihat penampilan Rahma yang agak berbeda. Terlihat lebih segar dan fresh.

“Ko kalian bisa datang bersamaan”

“Iya dong” Ika terlihat senang sekali melihat kedua temannya yang sudah berada di lapangan.

“Rahma terlihat berbeda ya Den. Jadi lebih cantik” ucap Dido pada Deni. Meskipun suara Dido pelan, tapi Rahma dan Ika bisa mendengar secara jelas saat kebetulan melewati mereka, namun mereka tidak mendengar jelas jawaban Deni karena gadis-gadis itu melangkah agak jauh untuk menyimpan tas. Sebenarnya karena Deni pun tak memberi jawaban dengan kata-kata, ia hanya bergumam dan mengangguk.

“Tuh kan kata Dido kamu jadi lebih cantik” goda Ika.

“Ika.....” Rahma merengek malu. Ia masih kurang percaya diri mengenakan kosmetik-kosmetik ini. Namun Ika selalu menyemangatinya.

“Ayo kita ke lapangan” Ika mengajak Rahma kembali ke lapangan dengan membawa busur dan anak panah seperti biasa. Instruktur meminta mereka untuk berkumpul sejenak mendengarkan penjelasan materi.

“Giliran kamu Den” ucap Dido menggeser posisi. Kini giliran Deni untuk membidikkan anak panahnya. Deni bersiap-siap dan langsung menarik busur dan melepaskannya. Jeb! Masuk target nomor 1. Kini Deni sudah cukup ahli. Sekali fokus ia langsung dapat masuk ke dalam target.

                Ketiga temannya bertepuk tangan.

                “Hebat. Cepat sekali” ucap Dido. “Udah Den, kamu udah cocok jadi pelatih” Dido menepuk-nepuk bahu Deni. “Kamu mendaftar saja jadi instruktur” ucapnya.

                “Apaan sih kamu Do”

                Rahma dan Ika tersenyum bangga melihat kemampuan Deni. Semakin hari Deni semakin lihat memainkan anak panah, tak lupa gerakan-gerakan karatenya juga semakin lancar. Dari tempat yang berbeda, Rahma dan Ika selalu memperhatikan Deni setiap kali terlihat Deni sedang latihan di lapangan.

                Selesai latihan, mereka semua segera meluncur ke rumah Rahma untuk memenuhi undangan Rahma. Namun sebelumnya Deni meminta izin untuk pulang ke rumah sebentar untuk menimpan perlengkapan memanahnya dan mengambil ponselnya yang tertinggal di rumah.

                “Kalian duluan saja, nanti aku menyusul” ucap Deni menjauh mengendarai matic-nya.

Deni tiba di rumah Rahma 20 menit setelah Dido dan Ika sampai. Ibu Rahma menginzinkan Deni untuk langsung ke halaman belakang. Teman-temannya sudah menunggu.

Dido dan Ika sudah tiba lebih dulu. Mereka terlihat sibuk di halaman belakang rumah Rahma meskipun begitu mereka terlihat bersemangat sekali.

                “Hai Den...”

                “Hai Do..” Deni menyapa Dido yang sedang sibuk menyiapkan tungku untuk membakar ikan. Agenda hari ini adalah makan ikan bakar yang diambil segar dari kolam ikan Rahma. Ika terlihat sibuk menyiapkan bumbu untuk ikan. “Apa yang bisa kubantu?” tanya Deni meletakkan tas kecilnya yang berisi kunci motor dan ponsel.

                “Rahma di belakang sedang ambil ikan” ucap Dido.

                Tanpa menunggu perintah, Deni segera menuju kolam ikan dan menemui Rahma yang sibuk mengambil ikan dengan jaring-jaring.

                “Aku baru tau halaman belakang rumahmu sebesar ini” Deni tiba-tiba muncul di belakang Rahma dan mengagetkan Rahma.

                “Deni....” suara Rahma, terkejut.

                “Sini ku bantu” Deni membantu Rahma memegang jaring-jaring ikan yang tersambung dengan kayu. Lumayan berat karena ikan yang terambil cukup banyak. Tangan Rahma dan Deni menahan kayu. Ikan-ikan itu mengepak-ngepakkan tubuhnya yang strimline sehingga mereka terkena cipratan air kolam. Rahma melepaskan pegangannya karena tidak kuat lagi saking beratnya, dan Deni harus menahan jaring itu sendiri. Karena Deni tidak siap akhirnya jaring yang sudah terangkat terjatuh kembali dan memercikkan air kolam terutama Rahma. Mereka dua tertawa. Deni senang melihat gelak tawa Rahma, mata Rahma menjadi sipit. Itu adalah pertama kalinya Deni melihat Rahma sesenang itu. Deni pun ikut tertawa.

                “Maaf ya” ucap Deni karena tidak sengaja menjatuhkan jaring-jaring berisi ikan. Dalam benak Rahma terlintas sesuatu, tubuhnya agak basah karena air tadi. Ia mengambil air dengan tangannya dan melemparkannya ke arah Deni. Ia kaget dan mencoba menghindar. Deni mencoba membalas dan suara tawa keduanya semakin terdengar kencang.

                Ika penasaran melihat apa yang sedang terjadi, ia berjalan menuju kolam dan menjumpai Deni dan Rahma yang sedang bermain air. Entah apa yang dirasakan Ika saat itu, hatinya merasakan perasaan yang bercampur aduk, antara sedih atau bahagia, ia sendiri pun tak tahu.

                Setelah mengambil beberapa ekor ikan untuk dimasak, Rahma meminta Deni untuk mengambil beberapa buah mangga, jambu air, dan jambu biji. Halaman rumah Rahma penuh dengan pohon buah-buahan.

                “Aku panjat saja” Deni melepas sendal dan bersiap untuk memanjat pohon. Sejak kecil ia dan Fajar sering melakukan itu setiap kali berkunjung ke rumah neneknya.

                “Jangan Den, nanti kamu jatuh. Pakai ini saja” Rahma memberikan Deni galah untuk mengambil buah-buahan dari pohon. Tapi Deni tidak mendengarkan. Terlambat. Deni sudah berada di atas pohon. “Deni, itu berbahaya”

                “Buah yang mana yang harus aku ambil?” tanya Deni menatap sekeliling.

                “Tentu saja yang matang” Rahma menunggui Deni di bawah pohon.

                “Ini...” Deni memetik salah satu buah dan bersiap melempar ke arah Rahma. Buah yang dipetiknya kali ini kecil. Dari bawah Rahma sudah bersiap menangkap buah yang Deni lempar namun dengan sengaja Deni malah melempar sehingga menimpuk kepala Rahma. Ia mendengus kesal. Sedangkan Deni hanya tertawa dari atas pohon. Rahma tahu Deni sengaja melakukannya.

                “Ini.... Kali ini aku serius. Tangkap ya!” ucap Deni.

                “Benar ya?” Rahma yang polos menurut saja.

                Mereka berdua kembali menuju gazebo halaman belakang rumah Rahma dengan membawa keranjang yang penuh dengan buah-buahan. Ikan yang tadi ditangkap sudah dibersihkan oleh Dido dan sudah diberi bumbu oleh Ika.

                “Den, bantu bawa ke sana ya. Aku mau menyiapkan nasi dulu” Rahma masuk ke dalam rumah.

                Dido sibuk mencuci sayuran, sedangkan Ika mulai kerepotan membakar ikan.

                “Sini aku bantu” Deni meminta Ika bergeser. Ia pun bergeser dan berdiri di samping Deni sembari menyiapkan sambal. “Hm.... haruum” Deni membakar ikan seraya mengipasinya. Asap hasil bakaran ikan menyerbak ke seluruh sudut bangunan. Dido pun dapat mencium harumnya.

                “Sebentar” Ika meminta Deni bergeser sedikit dari tungku karena ia akan memberinya beberapa bumbu tambahan pada ikan. Deni pun bergeser seraya tetap mengipasi ikan. Karena begitu semangatnya Deni saat mengipasi ikan, beberapa bara api memercik ke arah Ika.

                “Aw....” Ika menjerit kepanasan. Tangan Ika kalah cepat dari loncatan bara api yang mengenai tangannya.

                “Maaf maaf....” ucap Deni. Ia menarik jari tangan Ika yang terluka dan menggenggamnya agar Ika tidak kesakitan. Deni pun segera mencari dedaunan yang dikenalnya sebagai obat. Setelah ketemu, Deni menumbuknya dan dengan lembut membalurkannya pada jari Ika. Deni mengikat jari Ika dengan sapu tangan bersih yang ia keluarkan dari saku celananya. Jantung Ika berdegup kencang sekali bahkan ia takut sampai Deni dapat mendengarnya. Orang yang berada di hadapannya ini memang selalu mengagumkan bagi Ika. Ia sangat peduli dan melindungi orang-orang di sekitarnya. Sejak melihat Deni yang begitu peduli pada Rahma, saat itulah perasaan lain tumbuh dalam hati Ika.

                “Masih sakit?” tanya Deni. Ika hanya menggeleng. Deni mengarahkan matanya ke wajah Ika yang seketika itu pandangan mereka beradu hingga beberapa detik. Dengan segera Deni mengalihkan pandangannya, begitupun Ika. Rahma yang sedari tadi berdiri melihat kejadian keduanya. Ia hanya tersenyum dari kejauhan sana.

                “Harum sekali ikannya” Rahma mendekat ke arah Deni dan Ika. “Ika memang jago memasak” ucap Rahma seolah berbicara kepada Deni.

                “Tidak juga...” kali ini Ika yang membalas.

                “Jangan merendah begitu Ika” Rahma berdiri di samping Ika dan memeluk temannya dari arah samping. “Oh iya apa tidak apa-apa lukanya dibalur dengan daun-daunan itu?” Rahma terlihat khawatir. Selama ini ia selalu hidup dengan cara higienis, menggunakan antiseptik dan lain-lain.

                “Tenang saja. Daun itu ampuh mengobati luka bakar. Nenek sering mengajari kami melakukan pengobatan dengan bahan-bahan dari alami. Aku pernah mempraktikannya. Dan bahan-bahan dari alam itu lebih baik dari bahan kimia. Ya kalian pasti mengerti” ucap Deni masih tetap fokus dengan ikan-ikan yang sedang ia bakar.

                Deni merasakan sesuatu yang lain ketika melihat Rahma memeluk Ika. Entah kenapa itu perasaan yang indah. Perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Ia bahkan tidak tahu perasaan apa yang sedang dirasakannya. Jikalau ibunya masih ada mungkin ia bisa bercerita kepada ibunya.

                Tepat jam makan siang, makanan yang mereka persiapkan sendiri sudah matany. Semua makanan termasuk buah-buahan di tata rapi di gazebo belakang rumah Rahma. Ibu Rahma dan asisten rumah tangga datang dengan membawa beberapa piring makanan tambahan. Dalam ulang tahun kali ini bukan kue ulang tahun yang Rahma hadirkan, tapi Rahma akan lebih senang dengan kegiatan masak-masak seperti ini. membangung kedekatan dan keakraban.

                Siang itu Rahma merasa sangat bahagia. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang dicintainya ataupun mencintainya. Dan kebahagiaan Rahma menjadi lebih sempurna ketika ibunya datang ke gazebo halaman belakang rumahnya. Tentu saja ibu Rahma merasa bahagia terutama melihat anaknya terlihat sangat bahagia. Acara makan-makan mereka ditutup dengan pembacaan doa yang dipanjatkan untuk ibu Rahma. Tentu saja foto bersama. Itu yang paling Rahma nantikan selama ini. Beberapa hari terakhir ini, Rahma berusaha mengumpulkan kenangan agar dapat dibawanya pergi.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Alfazair Dan Alkana
234      191     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
Be My Girlfriend?
14602      2286     1     
Fan Fiction
DO KYUNGSOO FANFICTION Untuk kamu, Walaupun kita hidup di dunia yang berbeda, Walaupun kita tinggal di negara yang berbeda, Walaupun kau hanya seorang fans dan aku idolamu, Aku akan tetap mencintaimu. - DKS "Two people don't have to be together right now, In a month, Or in a year. If those two people are meant to be, Then they will be together, Somehow at sometime in life&q...
Dream Space
616      367     2     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
SATU FRASA
13767      2764     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Letter hopes
922      519     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
TRIANGLE
299      190     1     
Romance
Semua berawal dari rasa dendam yang menyebabkan cella ingin menjadi pacarnya. Rasa muak dengan semua kata-katanya. Rasa penasaran dengan seseorang yang bernama Jordan Alexandria. "Apakah sesuatu yang berawal karena paksaan akan berakhir dengan sebuah kekecewaan? Bisakah sella membuatnya menjadi sebuah kebahagiaan?" - Marcella Lintang Aureliantika T R I A N G L E a s t o r ...
Tentang Kita
1675      708     1     
Romance
Semula aku tak akan perna menduga bermimpi pun tidak jika aku akan bertunangan dengan Ari dika peratama sang artis terkenal yang kini wara-wiri di layar kaca.
CINLOV (KARENA CINTA PASTI LOVE)
14787      1762     4     
Romance
Mala dan Malto dua anak remaja yang selalu memperdebatkan segala hal, Hingga akhirnya Valdi kekasih Mala mengetahui sesuatu di balik semua cerita Mala tentang Malto. Gadis itu mengerti bahwa yang ia cintai sebenarnya adalah Malto. Namun kahadiran Syifa teman masa kecil malto memperkeruh semuanya. Kapur biru dan langit sore yang indah akan membuat kisah cinta Mala dan Malto semakin berwarna. Namu...
My Reason
611      397     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
Irresistible
604      441     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...