Read More >>"> Du Swapped Soul (Handsome Thugs) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Du Swapped Soul
MENU
About Us  

Aku masuk ke dalam area sekolah. Oke, hari ini aku akan memulai hariku yang ke... mmm... sudah berapa hari, ya, aku tinggal sebagai Myung-Joo?

Annyeong, Myung-Joo,” sapa seseorang. Entahlah, dia siapa. Mungkin anak kelas lain.

Annyeong,” balasku. Aku mulai terbiasa dengan nama panggilan itu.

“Hei, di sana ada apa ramai-ramai?” tanya salah seorang siswi pada temannya.

Hm? Aku berniat untuk menguping pembicaraan mereka. Oke, ini memang sikap yang sangat tidak terpuji. Tapi biarkanlah, aku sudah sangat penasaran.

“Entahlah, tapi aku juga penasaran.”

“Kalau begitu, ayo kita kesana!” Dua orang siswi itu berlari menuju kerumunan orang-orang yang berada sedikit jauh dariku.

“Huft... ada di depanku sendiri ternyata. Mengapa aku baru sadar sekarang? Harusnya tadi aku tak usah menguping pembicaraan mereka,” gerutuku sebal.

Tanpa menaruh tas ke kelas terlebih dahulu, aku langsung saja menerobos kerumunan orang-orang agar bisa melihat lebih jelas. Ternyata, dua orang siswa bertengkar hebat, sehingga memancing siswa lain menontonnya. Dan, hei, bukannya itu Tae-In? Ia bertengkar dengan seorang kakak kelas! Oh, ya ampun, apa yang Tae-In perbuat sampai ia bertengkar hebat dengan kakak kelas?

Kakak kelas itu menarik kerah dari seragam Tae-In, sampai tubuhnya sedikit agak terangkat. “Kau berani denganku? Cih, mentang-mentang kau penguasanya, ya,” katanya dengan raut wajah tak suka.

Tae-In geram, dan langsung saja ia melepaskan diri dari cengkraman dari kakak kelas itu. “MEMANG KENAPA KALAU AKU PENGUASANYA??!!” O, ow, sekarang Tae-In benar-benar marah. Aku takut jika ia tak bisa mengendalikan amarahnya, dan menyerang para siswa di sini. Bukannya ia pernah bilang, kalau ia tak bisa menjamin itu?

Tunggu. Aku baru sadar dengan kata-katanya tadi. Apa katanya tadi, penguasa? Penguasa apa?

“Yah, memang tak ada hubungannya, sih. Tapi dengan begitu, aku makin SEBAL denganmu!”

“Grr!” Tae-In menggeram.

 “HA HA. Dah semuanya, aku pergi dulu!” Lalu, kakak kelas itu dengan lincahnya menaiki tangga dengan cara yang tak biasa dan berbahaya.

Tanpa pikir panjang lagi, setelah semua bubar, aku langsung menghampiri Tae-In.

“Tae-In? Kenapa kau bertengkar dengan kakak kelas itu? Dia siapa? Kau kenal dengannya? Kau tidak apa-apa, ‘kan?” tanyaku cemas. Bagaimana pun juga, ia adalah orang yang sangat penting dalam hidupku.

Ia menatapku tajam. “Siapa kamu? Ibuku? Mengapa kau harus peduli padaku?” ketusnya.

“SADARLAH, TAEE! Ini aku, Myung-Joo, sahabatmu!” sahutku sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya.

Tae-In perlahan mulai sadar. “Ohh... Myung-Joo. Maaf, aku sedang emosi sekali tadi. Jadi aku sampai tak sadarkan diri.”

“Hmph... baiklah.”

Kriing!

“Oh, sudah bel. Segeralah masuk kelas. Tahan emosimu. Jangan sampai kau ada di bawah kesadaranmu lagi.”

Tae-In mengangguk. “Kau juga, segeralah pergi ke kelas. Dan... terima kasih.” Ia mengatakan itu dengan membelakangiku. Tepatnya, sekarang kami sedang saling membelakangi. Kami pun masuk ke dalam kelas masing-masing dengan arah yang berlawanan.

__ __ __

Aku menghempaskan tubuhku ke bangku.

“Sudah datang? Ngapain saja tadi?” tanya Shin-Hye.

“Enggak.”

Bae-Jin Seonsaengnim, guru Fisika kami, melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. “Annyeong, semua,” sapanya.

Annyeong!” balas kami.

“Baiklah. Hari ini kita akan mempelajari materi dari bab 4. Buka halaman 112.” Semua membuka buku masing-masing. “Jae-Min, silahkan baca,” perintahnya.

“Baik! Gerak adalah....” Jae-Min membacakan semua yang tertera pada halaman 112.

“Bagus.” Bae-Jin Seonsaengnim menuliskan sesuatu di papan tulis.

“Waah... alamat akan di kasih soal, nih,” sindir Shin-Hye.

“Hush!” Aku memperingatkan. Shin-Hye hanya terkekeh.

“Baiklah, silahkan kerjakan soal ini.” Kami semua mengeluarkan buku tulis dari tas kami. Beberapa lama kemudian, aku selesai.

“Selesai.” Aku mengumpulkan buku tulisku di meja guru. Terpikir olehku untuk bersantai sebentar di toilet. Berhubung Bae-Jin Seonsaengnim sedang keluar, aku hanya berpesan pada Shin-Hye, jika aku akan ke toilet sebentar.

Aku berjalan di sepanjang koridor sekolah. Toilet ada di sudut lantai 2, tak jauh dari kelasku berada.

“Hei,” seseorang memanggilku. Aku pun menoleh. Oh, kakak kelas yang tadi. Aku berusaha menyembunyikan rasa terkejutku dengan tatapan datarku. Ia berdiri dengan bersender di dinding sambil memakan permen karet. Dilihat dari keadaannya sekarang, sepertinya ia sedang di hukum karena memakan permen karet di kelas. Itu prediksiku, sih.

“Kenapa tidak masuk kelas? Di hukum?” tanyaku.

Ia mengangguk. “Gara-gara makan permen karet di kelas.”

Tuh, kan..., batinku.

“Yah, hitung-hitung sambil nyantai dan enggak belajar,” lanjutnya.

“Dasar. Mengambil kesempatan dalam kesempitan.”

Ia tertawa. “Paling juga sebentar doang.”

Aku menggeleng pelan. Kayaknya dia preman sekolah, deh. Selama ini aku enggak pernah, tuh, liat kakak kelas aneh kayak dia. Aku meninggalkannya dan masuk ke dalam toilet.

Cklek!

Aku menutup pintu toilet. “Huhh... lumayan, lah, bisa nyatai bentar meskipun di toilet.” Aku menghela napas lega.

“Eh, tapi aku penasaran, deh, dengan kakak kelas itu. Dia siapa, sih? Kok bisa-bisa nya bertengkar dengan Tae-In yang sudah terkenal karena keberbahayaannya. Jangan-jangan kakak kelas itu memang preman?! Terus, dia kenapa jadi sok kenal sama aku, sih?” Aku terus terpikir.

“Eh...?” Aku tersadar, lalu menggelengkan kepala. Kenapa juga aku harus mikirin dia? Najis.

Aku membuka pintu dan keluar dari toilet. Sebelum benar-benar keluar, aku mencuci tanganku terlebih dahulu.

“Hoi.” Sekarang, aku yang gantian memanggilnya.

“Hng?” Ia tersadar dari dunianya, alias lamunannya.

“Katanya sebentar? Itu sudah lama, lho,” komentarku.

Ia kembali tertawa. “Baru beberapa menit, Nona.”

“Ck. Terserah kau. Aku tak kenal kau. Mengapa aku harus mempedulikanmu, sih?” Aku berlalu.

__ __ __

“Ra Tae-Yong, kelas 3-1. Dia juga anggota dari klub 2 kehidupan.”

“Serius?! Jadi ‘penguasa’ yang dimaksudnya tadi pagi itu kau jabatanmu di klub itu?” tanyaku syok. “Bagaimana bisa?!”

“Nah, kalau yang itu aku juga tak tahu. Kenapa orang yang tak bertanggung jawab seperti dia bisa diajak juga.”

“Jadi, dia cuma iri dengan jabatanmu itu? Makanya ia selalu menyerangmu. Ya ‘kan?” tebakku.

“Iya. Untung dia tidak jadi penguasanya. Kalau ya, bakal hancur dunia.”

Aku merenyit. “Kenapa bisa hancur?” tanyaku tak mengerti.

“Masa kau tak mengerti? Kalau dia yang pegang kekuatan bola cahayanya itu, bagaimana?”

“Jadi, senjata bola cahaya itu hanya bisa dipakai oleh penguasa?” tanyaku yang baru tahu.

“Iya. Baru tahu?”

Aku memangut-mangut. “Pantas saja tingkahnya aneh begitu. Ternyata dia anggota nya, toh. Oh, ya. Ia tak bakal tahu identitasku, kan?” tanyaku was-was.

“Tentu dia tahu.”

“Apa? Dia tahu?!”

“Kan dia juga anggotanya. Malah, anggota yang biasanya lebih dulu tahu. Sang penguasa hanya bertugas untuk menukar jiwa. Kalau untuk mematikan, yang bisa hanya Tuhan.” Wajahku memucat. “Tapi tenang saja. Ia tak akan menyebar identitasmu, kok.”

“Tahu darimana?” tanyaku yang sama sekali tak percaya.

“Bagaimana pun juga, seorang anggota itu pasti punya tanggung jawab yang sangat besar. Dan pasti ia juga bisa membedakan mana yang benar, dan mana yang salah, kan? Sejahat-jahatnya apa pun dia, dia itu juga kakak kelas kita. Dia pasti juga punya rasa tanggung jawab yang tinggi.” Aku menghela napas lega. “Dan lagipula....” Tae-In menunjukkan raut licik. “Aku ‘kan penguasanya. Jadi aku bisa mengawasinya dari segi apapun itu,” lanjutnya. Aku tertawa.

“Wah-wah... liciknya dirimu, Tae.” Sahabatku yang paling setia itu tersenyum lebar. “Oke-oke... aku percaya padamu, dan... dia juga.”

__ __ __

Aku berjalan menelusuri jalan menuju sekolah. Sedikit lagi kami sampai.

“Myung, kau tahu kejadian kemarin itu, tidak?” tanya Shin-Hye tiba-tiba.

Aku mengerutkan dahi. “Yang mana?” Seingatku, kemarin biasa saja, tuh.

“Masa kau tidak tahu? Itu, lho. Tae-In bertengkar dengan kakak kelas! Beritanya sudah menyebar. Dan ternyata, kakak kelasnya itu sama anehnya dengan Tae-In. Bedanya, kalau kakak kelas itu aneh karena suka naik dan turun tangga dengan cara yang sangat berbahaya!” jelas Shin-Hye dengan nada yang antusias.

“Maksudmu?”

“Kalau mau turun dari lantai atas, dia tidak pakai tangga. Dia langsung lompat! Bisanya dia lompat dari jendela.”

Aku syok berat. Seaneh itukah dia? “Kau lihat dia bertengkar dengan Tae?”

“Tidak, tapi aku hanya tahu beritanya.”

Huft.... Berarti dia tidak tahu kalau aku kemarin mengobrol dengan Tae-In. Sykurlah, semoga tak ada yang tahu.

“Dia sampai dihukum kemarin.”

“Hukumannya apa?” tatapanku seketika berubah menjadi tatapan licik. Hihi... rasain! Kemarin dapat 2 hukuman.

“Minta maaf pada Tae-In langsung.”

Aku terdiam. “HUKUMAN MACAM APA ITU? Kau mau mempermainkanku, ya?!” Aku mencubiti lengan Shin-Hye berkali-kali.

“Aw! Ahaha! Ampun, Myung-Joo ssi! Aduuh!” Shin-Hye berkali-kali meringis.

__ __ __

Aku memperhatikan Mrs. Lyca yang sedang menerangkan bagaimana kalimat yang diucapkan jika ingin membeli barang ke bahasa Inggris. Ya, sekarang jamnya pelajaran Bahasa Inggris. Oh, ya. Dan yang kalian harus tahu, nama Mrs. Lyca mirip sekali dengan namaku! Namanya Angelyca Jane. Lumayan mirip, bukan? Ini semakin mengingatkan pada rumahku saja.

Oh, ayolah! Aku sudah sangat jago dengan pelajaran ini! gerutuku dalam hati. Bukannya aku sombong, ya. Tapi kalian tahu, kan? Aku ini orang asli Amerika yang mendadak harus berpura-pura menjadi orang Korea.

Kriing!

Yes! sorakku dalam hati.

“Tidak ikut lagi?” tanya Shin-Hye padaku. Akhir-akhir ini aku memang lebih sering berdiam di kelas daripada keluar bersama teman-temanku.

Aku mengangguk. “Titip ramyeon, dong. Ini uangnya.” Aku menyodorkan sejumlah uang pada Shin-Hye.

“Oke!” Mereka pergi berdua.

Aku diam sambil menatap seisi kelas. Kosong. Aku pun melangkah keluar kelas. Setidaknya, di luar ada yang menemaniku, kan?

Aku duduk di tempat duduk depan kelas, dan mengeluarkan hp.

“Oh! Astronom1 rilis lagu baru! YEEES!” sorakku dengan suara yang amat-amat keras. Sampai-sampai, semua orang menatapku heran. Bahkan, ada beberapa yang menoleh dengan tatapan yang terkejut. Ya, pasti mereka adalah Kpopers.

Aku buru-buru berlari masuk ke dalam kelas untuk mengambil earphone yang terletak di dalam tasku. Setelah itu, aku duduk lagi di tempat duduk yang ada di luar kelas.

Aku mendengarkan irama musiknya dengan mata terpejam. “Hmm... electrick pop, ya.” Aku menikmati lagu yang dibawakan para member boyband Astronom1, sampai, seseorang menarik sebelah earphone ku sampai terlepas.

“Hei!” Aku menatap orang itu sebal. Apa? TAE-YONG?! Ia duduk di sebelahku dengan posisi yang tak pantas untuk dilakukan di area sekolah.

“Maunya apa, siiih?” Aku sebal.

“Ck. Apa bagusnya Kpop, sih?” tanyanya merendahkan.

“Hei, asal kau tahu saja, ya. Ini lagu Kpop, Korean Pop, lagu yang diproduksi oleh negara kita,” jelasku sambil menahan emosi. Beginilah caraku untuk menghadapi para haters Kpop.

“Huh,” dia mendengus. “Eh, bagaimana?”

Aku menatapnya bingung, sangat bingung. “Apanya?”

“Halaaah, enggak usah pura-pura nggak tahu, deh. Kamu Angel, kan?”

“Iya. Memangnya kenapa?” ketusku. “Eh, jangan bilang ke siapa-siapa, ya,” ancamku.

“Hngh. Siapa juga yang mau kasih tahu?”

Kami seketika diam.

Ia tiba-tiba tersenyum. “Hm, kau tahu? Aku sebenarnya punya hubungan darah dengan Eon-Suk Hyung di Astronom1,” gumamnya sambil menatap langit-langit.

Aku menoleh dan bangkit dari dudukku. “SERIUS?!” Tae-Yong hanya menjawabnya dengan sebuah wink, lalu kabur.

Aku mengejarnya. Kami pun berhenti di dekat jendela sekolah yang terbuka. Dan kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya? Ya, Tae-Yong lompat dari jendela sekolah yang lumayan lebar. Oh, ya ampun. Dasar anak aneh.

“HEII! RA TAE-YONG! Jangan kabuur!” teriakku, sampai orang-orang yang ada di sekitar menoleh.

Sayang, ia berhasil kabur dariku. Ia menatapku, lalu melanjutkan larinya. Ah, sial. Bagaimana bisa aku mempunyai kakak kelas yang gesrek tapi kece kayak dia? Apa semua klub yang dipimpin oleh Tae-In itu semua kece-kece, tapi aneh? Ah, aku tidak tahu.

“Wah-wah.... Harusnya kau tidak memanggilnya begitu.”

Aku menoleh. “Eh?”

__ __ __

Aku pulang sendiri kali ini. Shin-Hye bermain di rumah Jae-Min. Sedangkan aku? Oh, aku sudah kelelahan, atas kejadian di sekolah tadi. Sekarang aku mau pulang dan beristirahat di rumah. LELAH SUDAH AKU MEMIKIRKAN TAE-YONG.

__ __ __

Srat! Srat!

Pandanganku beralih pada buku, lalu ke buku tulis. Hari ini, ada PR Sejarah yang menumpuk segunung. Uh, aku paling tak suka ini. Sebenarnya besok adalah hari libur....

Eh.

“Besok hari libur, ya.... KENAPA AKU BARU SADAR, SIH?!”

PING!

Kulirik hp yang tadi berbunyi.

“Kayaknya tadi ada notif dari youtube, deh. Apa ya?” Hatiku kembali tenang, setelah mendengar bunyi notif itu.

Kunyalakan handphone.

“Oh, lagunya Astronom1. Baru rilis. Dari album SW33T <3. Susah amat bacanya. Tapi berarti... Astronom1 akan mengeluarkan album baru, ya? Lagu yang aku dengarkan di sekolah itu kalau enggak salah namanya Sweet Baby. Sekarang, Blooming-Blooming. Enggak beli, aah, albumnyaa.” Kemudian, aku cekikikan sendiri.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Petrichor
4109      1380     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
320      219     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Perjalanan Kita: Langit Pertama
1332      655     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Ręver
5503      1642     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
THE WAY FOR MY LOVE
406      311     2     
Romance
Mencintaimu di Ujung Penantianku
4205      1158     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Sanguine
4434      1449     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
ALVINO
4140      1839     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
in Silence
392      268     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Mamihlapinatapai
5458      1521     6     
Romance
Aku sudah pernah patah karna tulus mencintai, aku pernah hancur karna jujur tentang perasaanku sendiri. Jadi kali ini biarkan lah aku tetap memendam perasaan ini, walaupun ku tahu nantinya aku akan tersakiti, tapi setidaknya aku merasakan setitik kebahagian bersama mu walau hanya menjabat sebagai 'teman'.