Aku meringkuk di atas kasur, memikirkan kehiupanku di dunia yang lalu, di Amerika. Aku sudah merindukannya.
“Kapan... kapan aku bisa berpindah ke tubuhku lagi? Dipikir-pikir... aku juga sudah rindu dengan kedua orang tuaku, kelima sahabatku, negaraku, dan lingkungan rumahku... hiks...!” gumamku.
Tok! Tok!
“Ya, Ma?” tanyaku lesu.
“Makan siang. Ayo turun,” perintah Mama.
“Iya...,” jawabku dengan suara serak. Aku membuka pintu.
“Lho? Kok wajahnya pucat begitu, sih?” tanya Mama heran.
“Enggak. Cuma kelelahan saja.” Aku beralasan.
“Oh, ya sudah. Yuk, turun.” Kami turun bersama.
Aku duduk di bangku meja makan.
“Makan apa...?” Aku menggantungkan nada bicaraku.
“Kita makan....”
__ __ __
Malam ini begitu suram. Aku menatap bulan dan bintang yang sedang bersenang-senang di atas sana.
“Pulangkan aku ke tempat asalku~.”
Lalu aku berbaring di atas kasur, dan tak sadarkan diri.
Semua pun gelap.
__ __ __
Gelap. Lalu terang kembali.
Seorang wanita yang terlihat familiar di mataku tiba-tiba muncul, seraya tersenyum ke arahku. Lalu seorang pria muncul di sampingnya. Aku tersadar.
“Eh, Mom, Dad?”
Mereka berdua tiba-tiba menghilang dari hadapanku. Selanjutnya, ada 5 gadis remaja yang saling tertawa satu sama lain. Ya, mereka adalah kelima sahabatku yang ada di Amerika.
Aku merintikan air mata seraya meringkuk. Lui mengulurkan tangan. “Angel!” panggilnya seraya tersenyum, lalu menghilang. Aku kembali menangis sambil menyender di dinding putih. Cahaya di sini meredup, tapi aku tetap menangis sejadi-jadinya.
“ANGEL,” panggil seseorang. Aku berhenti menangis dan membuka mataku. Oh, dia Jung Tae-In. Mengapa ia bisa ada di sini?
“Maaf, maafkan aku. Maafkan aku karena telah menghancurkan hidup bahagiamu,” ujarnya. Aku diam. “Maaf. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain meminta maaf padamu.”
Aku menatapnya kecewa. Aku memang sangat sebal padanya. Tapi, hei....
Aku berdiri, lalu menepuk bahunya pelan. “Kau tak salah apapun. Malah, harusnya aku berterima kasih. Harusnya sekarang aku tak bisa hidup kembali ‘kan? Kalau kau ingin meminta maaf, mintalah pada Angel yang disana.” Ia tersenyum, lalu menghilang.
Keadaan pun kembali gelap seperti semula.
__ __ __
“Ukh... panas,” keluhku seraya perlahan membuka kedua mataku. Ternyata, Mama sudah duduk di sisi kasur dengan wajah yang cemas.
“Myung-Joo, kau tak apa-apa? Kepalamu panas.”
“Iya... panas,” sambungku.
Mama membelai kepalaku lembut. “Sepertinya kau demam. Syukurlah hari ini Hari Sabtu. Jadi kau tidak perlu sekolah. Mama akan ambilkan sarapan dan obatmu kesini, ya.” Aku mengangguk.
Cklek!
“Oh, demam.”
__ __ __
Aku merenung sambil menatap pemandangan di luar jendela. Banyak sekali orang yang lebih bahagia dibandingkan aku dulu. Ah, kehidupanku memang tak sempurna ternyata.
Dan itu semua terjadi karena mereka mendapatkan cinta. Ya, cinta dari siapa pun itu. Sedangkan aku? Oh, tidak. Aku disini dicintai sebagai Myung-Joo, bukan Angel.
Aku ingin mendapatkan cinta sepenuhnya. Aku ingin mendapatkan cinta dari kehidupanku yang dulu. Aku sudah muak berpura-pura sebagai Myung-Joo. Tapi aku harus menahan perasaan itu.
Dan kapan? Kapan aku akan kembali?
“Myung-Joo! Shin-Hye dan Jae-Min datang menjengukmu!” sahut Mama dari lantai bawah.
Aku menoleh. “Nee!”
__ __ __
Aku kembali menatap pemandangan di luar jendela. Tapi kali ini, aku memandang pemandangan malam hari, bukan siang.
Lampu-lampu berkilauan bertebaran ke segala tempat. Aroma udara sejuk memasuki hidungku. Dan aku juga ditemani oleh lagu Korea rekomendasi dari Jae-Min. Lagunya sangat menenangkan. Liriknya juga sangat menyentuh. Ah, rasanya ingin menangis saja.
Keadaanku mulai membaik sekarang. Dan aku harus tetap kuat sekarang. Apa pun yang datang kepadaku, aku akan hadapi.
Negara ini menyenangkan, dan tidak buruk. Malah sangat fantastis. Orang-orang disini juga baik dan ramah.
Apa Myung-Joo yang disana juga baik-baik saja?
__ __ __
Aku bangun dari tidurku, lalu berjalan menuju kamar mandi. Kepalaku masih sedikit terasa pusing. Tapi aku harus tetap menahannya.
“Semoga saja, hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan.” Aku kembali tersenyum.
@SusanSwanshWkwk
Comment on chapter Peurollogeu