PLAK!
Sensasi sengatan pedas muncul di pipi kiri Radit, setelah Kyra melayangkan tangannya sedetik yang lalu.
Radit bergeming, tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Sementara Kyra sudah berdiri dari kursinya, dengan mata yang memancarkan kekecewaan dan kesedihan.
Kyra meraih tas tangannya, dan langsung keluar dari cafe. Meninggalkan Radit dan pengunjung serta karyawan cafe, yang sedari tadi diam-diam menyaksikan drama yang terjadi antara dirinya dan Radit.
Ingin rasanya Radit mengejar Kyra. Meyakinkan bahwa semua hanya salah paham, tidak ada yang terjadi antara dirinya dengan gadis itu.
Di foto itu, mereka memang terlihat terus berpelukan di lobby hotel. Namun kenyataannya, ia bukanlah berpelukan, melainkan bertumpu agar tidak jatuh tersungkur akibat sakit kepala luar biasa yang tiba-tiba menyerangnya.
Sekarang ia yakin, yang terjadi malam itu adalah skenario untuk merusak hubungannya dengan Kyra. Entah apa yang mereka campurkan pada minumannya. Tapi mengapa Kyra lebih percaya dengan pengirim foto anonim dibandingkan dirinya?
Penuh emosi, Radit memacu kencang laju mobilnya. Menyalip tiap kendaraan yang menghalangi. Hingga tak menyadari sebuah truk melaju dari arah berlawanan.
Ketika tersadar, tubuh Radit sudah terjepit badan mobilnya yang terbalik. Rasa sakit menghantam sekujur tubuhnya.
Seandainya waktu dapat diputar kembali, akan ia buang egonya dan mengejar Kyra.
Seandainya ia memiliki tambahan waktu, akan dikatakannya betapa dirinya mencintai Kyra.
Kesadaran Radit semakin pergi menjauh dari tubuhnya. Sosok Kyra yang sedang tersenyum manis, menjadi bayangan terakhir yang muncul di pandangannya.
Sebelum akhirnya mata itu tertutup, seiring kesadaran dan detak jantung yang turut pergi meninggalkan tubuhnya.
Waktu Radit telah usai di dunia ini.
***
[END]