HORSES FOR COURSES
Chapter 2 : Be Your Star
Written by :
Adinda Amalia
Characters :
1. Yamaguchiya Arisa
2. Yamaguchiya Rafu
3. Lixeu
4. Gavin
5. Mosses
5. Daniel
6. Eric
7. Rocky
8. Manager
Nama tokoh akan diungkap satu per satu seiring dengan berjalannya cerita.
.
.
Selamat membaca~
Helikopter pribadi milik Arisa yang semula terparkir di depan apartemen LURIOUS itu segera angkat kaki. Melaju dengan kencang mengitari kota, dan mendarat tepat di atas gedung Cnet. Keempat penumpangnya itu segera turun, mereka berjalan tergesa-gesa menyusuri gedung Cnet. Ditujunya ruangan khusus LURIOUS. Terlihat Daniel dan Eric yang sudah siap sedia di sana, lengkap dengan kostum dan microphone yang telah terpasang. “Eh, sorry kita baru dateng”, ujar Arisa begitu ia melewati pintu. “Nggak apa-apa, buruan ganti baju, kita harus udah stand by”, ujar Daniel memberi arahan. “Jangan lama-lama ya”, ujar Eric menambahi.
Gavin, Mosses, Rocky, dan Arisa segera mengganti pakaian mereka, tak lupa mereka juga memasang microphone. Sesaat mereka melakukan brieving guna memantapkan persiapan mereka. Hingga lampu panggung pun dipadamkan, kelima member LURIOUS dan Arisa memasuki panggung. Staff memberikan tanda pada mereka untuk bersiap. Tak berselang lama, lampu kembali dinyalakan bersamaan dengan suara piano Arisa yang mulai menggema.
Sukses menguasai suasana panggung dengan alunan pianonya, satu persatu member LURIOUS menyusul dengan suara-suara indah mereka. Sungguh sebuah kombinasi yang luar biasa dari seorang pianis profesional dengan penyanyi berbakat. Seluruh perhatian penonton dapat disita oleh penampilan mereka. Suara piano Arisa yang menenangkan ditambah dengan suara para member LURIOUS yang silih berganti itu terdengar layaknya simponi yang sempurna.
Kini giliran Mosses, ia mulai menyanyikan bagiannya, warna suaranya yang menarik dan penjiwaannya yang maksimal itu sungguh nyaman untuk didengar. Sesaat sebelum Mosses menyanyikan part terakhirnya, tanpa sengaja ia melirik ke arah Arisa, perasaan yang tersampaikan dari suara piano Arisa dapat ia rasakan dengan semakin dalam. Penampilan Arisa ketika memainkan pianonya itu sungguh membuat Mosses tenggelam dalam alunan piano yang indah. Tanpa sadar, Mosses memfokuskan pandangannya pada sosok gadis di sebelah kiri agak belakang darinya itu. Mungkin Mosses hanya bisa menatap pundak kecil Arisa, yang begitu lihainya bergerak kesana kemari mengikuti irama lagu. Namun tatapan matanya yang begitu dalam itu terlihat jelas dari wajahnya.
Lalu, bagaimana dengan Arisa sendiri? Penampilan LURIOUS X Arisa ini tak hanya sebatas permainan piano dan vocal saja, melainkan juga dikombinasikan dengan koreografi yang rumit dan menawan pula. Siapa lagi yang akan membawakan koreografi tersebut selain dancer-dancer andalan LURIOUS? Yang terdiri dari Daniel, Eric, dan Rocky.
Koreografi utama nampaknya mulai ditunjukkan. Terbukti dengan berkurangnya nyanyian member LURIOUS yang digantikan oleh suara piano Arisa yang semakin kompleks. Dengan posisinya saat ini, Arisa nyaris sama sekali tak bisa menatap kelima member LURIOUS yang berada di belakangnya tersebut. Namun gerakan refleks pada tubuhnya terhadap irama lagu itu membuatnya tak sengaja melirik ke belakang. Sekilas dilihatnya Rocky yang dengan elegannya meliak-liukkan tubuhnya, dan hal itu sangat mencuri perhatian Arisa. Dalam selang beberapa detik mungkin Arisa sudah mengganti arah pandangan matanya, namun bayang-bayang Rocky masih tergambar jelas di otaknya. Hingga beberapa kali ia berusaha mencuri-curi pandang pada Rocky. Gerakan tubuh Rocky yang begitu selaras dengan permainan piano yang dibawakannya itu membuat Arisa semakin tenggelam dalam simponi indah ini.
Lampu kembali dipadamkan setelah Arisa dan LURIOUS selesai dengan penampilannya, lalu panggung segera diisi oleh penampilan dari musisi lain. Penampilan LURIOUS X Arisa kali ini berjalan dengan sangat lancar. Baik Arisa maupun kelima member LURIOUS tak membuat kesalahan sedikitpun. Penonton pun juga terlihat sangat antusias. Selesai dengan penampilan yang luar biasa itu, Arisa dan member LURIOUS lain segera menuju ruangan khusus LURIOUS di backstage Cnet. Begitu pintu dibuka, terlihat sosok manager LURIOUS yang duduk di sana, menunggu kedatangan mereka. “Nona Arisa, terima kasih atas bantuan anda untuk penampilan kali ini”, ucap sang manager itu seraya berdiri lalu membungkuk di hadapan Arisa. Arisa hanya tersenyum kecil untuk menanggapi kalimat manager LURIOUS tersebut.
“Saya tak tau harus membalas kebaikan anda dengan apa”, ucapnya lagi. “Tapi pada akhirnya gue tetep minta imbalan”, ucap Arisa menatap manager LURIOUS itu dengan tatapan songong khasnya. Sang manager hanya terdiam, seakan-akan memberi kode agar Arisa menjelaskan kalimatnya lebih jauh. “Ada satu hal yang mau gue minta”, Arisa menjeda ucapannya. “Yaitu hak buat ngatur jadwal kegiatan LURIOUS sepenuhnya”. Manager ASTRO itu semakin mematung, kaget bukan main dengan ucapan Arisa barusan.
“Paham kan sama maksud gue?”, ucap Arisa agak merendahkan. “Tapi, Nona Arisa--”, “Kenapa? Mau ngelawan gue? Iya? Emang bisa apa?”, kalimat tajam dari Arisa itu sukses membuat sang manager semakin terdiam. Manager itu paham betul apa maksud ucapan Arisa, namun ia merasa berat hati untuk menurutinya. “Bukankah lebih baik jika anda berbicara dulu dengan--”, “Sama siapa? CEO Phyon? Kalo lu udah bawa nama gue, CEO Phyon pun nggak bakal bisa ngelawan”, ucap Arisa memotong ucapan manager itu. “Cukup bilang aja CEO Phyon kalo kendali LURIOUS pindah ke tangan gue”, ujarnya lagi. Manager itu menatap Arisa sesaat, lalu mengangguk dengan pelan, “Ya”. “Kalau begitu saya permisi”, ucapnya sesaat sebelum meninggalkan ruangan.
Arisa berdiam diri di tempatnya. Sedangkan kelima member LURIOUS yang berdiri di belakang Arisa itu hanya bisa saling menyenggol, dan menatap satu sama lain. “Ada apaan sih ini?”, bisik Mosses seraya menatap keempat temannya. Gavin hanya menatap balik pada Mosses dan mengangkat pundaknya sesaat, “Nggak tau”, kira-kira begitulah pesan yang hendak disampaikan Gavin. Kelima member LURIOUS itu menyadari pula, bahwa tindakan Arisa barusan cukup gila, sungguh sebuah tindakan yang sukses membuat mereka nyaris tak berani berkata apa-apa.
“Eh, kalian buru-buru balik ke apartemen nggak?”, Arisa mendadak membalikkan tubuhnya, menatap kelima member LURIOUS yang seketika menjadi semakin kikuk itu. Gavin menatap kanan kiri sesaat, hingga ia cukup berani untuk berbicara, “Ngg… Nggak kok”, ucapnya pelan. “Ya udah, tungguin bentar ya, gue ada urusan bentar”, ujar Arisa sesaat sebelum ia beranjak ke salah satu kursi di ruangan ini. Kelima member LURIOUS itu masih terdiam di posisinya, tak ada satupun dari mereka yang berani bergerak walau hanya selangkah. Dalam posisi mereka itu, mereka dapat melihat Arisa yang mengeluarkan laptopnya dan mulai mengutak-atiknya. Sesekali Arisa membuka ponselnya, lalu kembali fokus pada laptopnya. Entah apa yang dilakukan oleh Arisa, kelima member LURIOUS itu masih saja diam di tempatnya.
“Ngapain sih kalian berdiri di situ? Duduk sini lho”, ujar Arisa tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop. Kelima member LURIOUS itu pun segera beranjak, dan duduk di sebelah kanan kiri Arisa. Mereka hanya mengamati layar laptop Arisa tanpa berkata apa pun, hingga Arisa mulai merasa tak nyaman dan memutuskan untuk memecahkan kesunyian, “Kalian kenapa sih? Kok sok formal banget sama gue?”, kali ini Arisa menatap kelima member LURIOUS itu satu persatu. Namun anehnya, kali ini pun mereka hanya diam dan saling menatap satu sama lain.
Setelah beberapa detik berlalu, Rocky akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, “Itu… Jadwal kegiatannya LURIOUS?”. “Iya”, jawab Arisa singkat. “Btw, kalian boleh request kegiatan kok”, lanjutnya tak lupa dengan senyuman kecil dan wajahnya yang ia buat agak ‘imut’ itu. Kelima member LURIOUS itu mungkin agak canggung dan malu-malu kucing dengan tawaran Arisa, akan tetapi Rocky bisa dengan percaya dirinya berkata, “Yakin nih?”, yang dibalas langsung dengan anggukan oleh Arisa.
Akan tetapi Rocky terdiam kembali, berusaha memikirkan kegiatan apa yang menarik baginya. Sedangkan keempat member LURIOUS lain masih saja terdiam layaknya anak kecil pemalu yang baru saja bertemu orang asing. Arisa tentu sangat mengharapkan kalimat Rocky yang kemungkinan besar akan sukses menghancurkan es batu besar di antara mereka. Namun Rocky justru nampak bodoh ketika sedang dalam mode berpikir keras, ‘Nih anak cuma keliatan bego doang, apa emang bego beneran ya?’, hanya satu kalimat itu yang terlintas di pikiran Arisa ketika ia menatap Rocky.
Alih-alih berharap pada Rocky, Arisa memutuskan untuk memecahkan suasana dengan usahanya sendiri. Ia mulai mengalihkan pandangannya dari Rocky yang duduk di sebelah kanannya itu menuju sosok yang duduk di sebelah kirinya, Mosses. Mosses mungkin spontan menatap Arisa dengan wajah masamnya seperti biasanya, namun seketika raut wajahnya itu ia ubah menjadi semanis mungkin, atau bisa dibilang wajah sok formal. Merasa masih belum cukup, Arisa kini meraih pinggang Mosses lalu secepat kilat menggelitikinya tanpa ampun. Yang secepat kilat pula Mosses tertawa bagitu kencangnya, tak kuat menahan rasa gelinya. “Ampun! Ampun! Please!”, ujarnya di sela-sela tawanya yang tak kunjung berhenti itu. Sayangnya Arisa masih tak mau berhenti, ia terus menggelitiki Mosses bahkan hingga Mosses sedikit melorot dari kursinya menuju lantai.
Tingkah laku Mosses yang 'menggeliat’ di lantai karena gelitikan Arisa yang tak kunjung selesai itu sukses menimbulkan gelak tawa dari member LURIOUS lain. Mereka ikut tertawa bersama Mosses yang merasa tergelitiki dan Arisa yang merasa menggelitiki itu. Suasana dingin yang sudah seperti di kutub itu perlahan menghilang dan berganti menjadi suasana hangat seperti biasanya.
Setelah ia rasa suasana sudah banyak berubah, Arisa pun melepaskan Mosses dari gelitikannya. Walaupun begitu Arisa masih saja tertawa menatap Mosses yang terkapar tak berdaya di lantai itu. Tawa kecil Mosses masih terlihat, gelitikan Arisa yang bertubi-tubi itu sepertinya masih terngiang-ngiang di sekujur tubuh Mosses.
“Makasih loh udah dilepasin”, Mosses yang tawanya berubah menjadi senyuman pahit itu perlahan berdiri dan kembali ke tempat duduknya yang semula. Arisa masih saja tertawa bahkan hingga Mosses sudah duduk tepat di sebelah. “Gini dong enak, kayak biasanya”, ucapan Arisa barusan sukses mendapatkan anggukkan dari para member LUSIOUS. “Ya udah, jadi request kegiatan nggak nih?”, lanjutnya. “Gue yang request!”, ujar Mosses masih dengan wajah masamnya. “Karena gue yang lu gelitikin, jadi gue yang request!”, ujarnya lagi agak memaksa.
“Iya iya tau, mau request apa sih lu emang?”, ujar Arisa tak kalah ketus dengan Mosses. “Gini, lu kan orang atas ya”, Mosses menjeda ucapannya, dan seketika Arisa mengangkat kedua alisnya beberapa kali dengan arogannya. “Jadi lu pasti punya jalur ke beberapa acara bergengsi gitu kan? Nah gue mau LURIOUS tampil di acara bergengsi”, lanjutnya. Arisa terdiam, ia mencibirkan bibirnya sesaat, lalu mengamati member LURIOUS lain di kanan kirinya itu. “Nggak ada yang lain?”, ujarnya. Kini Daniel ikut berbicara, “Kalo semacam acara penghargaan gimana? Mungkin lu bisa bikin kita menang”, ujarnya seraya menaikkan kedua alisnya beberapa kali, mengikuti gaya Arisa.
Namun Arisa jutsu menatap Daniel dengan tajamnya. Walau Arisa termasuk anak yang songong, namun ia masih punya hati nurani untuk berperilaku jujur. “Itu mah curang bego!”, Eric pun ikut menimpali, ikut mengikuti gaya Arisa pula, yaitu menatap Daniel dengan tajam. “Oh gue tau!”, Gavin seperti benar-benar mempunyai ide yang bagus. Ia menatap Arisa dan tersenyum dengan percaya dirinya, “Gimana kalo kita bikin film sendiri?”. Semua mata memandang tertuju pada Gavin, “Film yang diperanin sama kita-kita gitu maksud lu?”, ucap Eric. Dan Gavin segera mengangguk dengan yakinnya. “Gimana Ar?”, kali ini Rocky berusaha meminta pendapat Arisa.
“Hmm… Gue lagi nggak mau repot sih”, kalimat Arisa itu segera disambut oleh wajah kekecewaan Gavin yang begitu terlihat jelas. “Soalnya gue perlu minta bantuan penulis, sutradara, perekam film, editor film, banyak lah pokoknya. Gue nggak mau ribet”, lanjutnya. Dan kini Gavin justru terlihat semakin kecewa, “Trus apa dong?”. Arisa menatap Gavin sejenak lalu mengalihkan pandangannya kepada Rocky, “Nggak ada saran, Ky?”. Entah kenapa Rocky justru terdiam dan terlihat kaget dengan tatapan Arisa padanya itu, “Gue?”. “Iya lah”, ujar Arisa. “Em… Kalo gue sih pengen shooting reality show gitu”, ucapnya. Arisa mengangguk, dan memberi kode pada Rocky melanjutkan kalimatnya. “Jadi kita liburan gitu”, ujarnya lagi, dan keempat member LURIOUS lain mulai terlihat antusias. “Kemana?”, pertanyaan Arisa itu membuat Rocky terdiam sejenak dan menatap Arisa dengan senyuman 'sok imut'-nya. “Jeju”, sesaat setelah ia mengucapkan satu kata itu, wajahnya ia buat semakin imut lagi, mungkin itu adalah salah satu caranya untuk membujuk Arisa.
Sepertinya Rocky cukup beruntung, Arisa kini terlihat antusias pula. Dan Rocky pun berusaha semakin memperjelas keinginannya, “Ada yang namanya Jeju Gaviota Pension, kayaknya seru kalo kita shooting reality show di sana”. Arisa tersenyum lebar dan mengangguk dengan mantap serta membuat tanda ‘OK’ menggunakan jari-jari tangannya. Kelima member LURIOUS itu pun sontak bersorak sorai gembira, hingga membuat suasana menjadi benar-benar ricuh.
“Jadi berangkat kapan nih?”, ucap Arisa. “Secepatnya lah”, Rocky memunculkan kembali wajah imutnya itu, berusaha menggunakan jurus yang sama dengan sebelumnya. “Besok?”, ujar Arisa sesaat, namun sukses membuat keadaan semakin dan semakin ricuh. “Iya! Iya!”, ”Berangkat!”, “Harus buru-buru packing nih!”, “Go! Go! Go!”, “Yessssss”, begitu lah kira-kira berbagai macam kalimat yang keluar dari mulut mereka.
“Eh bentar-bentar”, satu kalimat dari Arisa, dan kelima member LURIOUS itu mendadak terdiam. Bahkan sangat diam hingga kalian bisa mendengar berbagai macam suara dari luar ruangan. “Kalian nggak perlu packing”, kelima member LURIOUS itu masih saja terdiam, kini mereka justru merasa bingung dengan kalimat Arisa. “Tinggal pesen aja di toko online, ntar gue yang bayarin kok”, ekspresi bingung yang berada di wajah mereka kini berbanding terbalik, secepat kilat mereka terlihat gembira kembali. “Owh… Muahh deh”, ujar Mosses, sikapnya yang sok baik itu terlihat jelas. Layaknya pepatah yang berbunyi, “Baik kalo ada maunya doang”, kelima member LURIOUS itu mendadak menjadi sangat baik pada Arisa. “Makasih Arisa”, Rocky bahkan dengan beraninya memeluk Arisa tanpa ragu sedikitpun. Dan tentunya, Arisa tak menolak pelukan itu.
“Sekarang kalian pilih aja baju dan peralatan apa yang mau kalian pake di sana. Jadi pas kita sampe di sana, semua barang-barangnya udah siap”, ujar Arisa. Kelima member LURIOUS itu mengangguk tanpa ada protes sedikit pun. Lagian siapa juga yang mau protes dengan tawaran menggiurkan dari Arisa?
Satu persatu dari member LURIOUS mulai menghadap laptop Arisa dan memilih barang-barang yang mereka perlukan. Setelah cukup lama, akhirnya mereka selesai memesan semua keperluan mereka. “Udah kan? Ayo balik ke apartemen”, ajak Gavin. Kelima member LURIOUS itu segera beranjak, namun Arisa dengan sigap menahan mereka, “Bentar ih!”. “Gue masih ada urusan! Nanggung nih! Duduk lagi!”, lanjutnya, bahkan tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
Kelima member LURIOUS itu menurut, mereka duduk kembali untuk menunggu Arisa. Namun yang namanya menunggu itu bukanlah hal yang mudah. Awalnya mungkin mereka bisa saling bercengkrama dan bercanda untuk mengisi waktu luang, akan tetapi lama kelamaan bahan perbincangan akan habis, dan bahan candaan pun akan habis pula.
“Masih lama?”, “Masih”. Dengan berat hati mereka pun menunggu kembali. Karena terlalu gabut-nya, satu per satu member LURIOUS itu pun beranjak dari posisinya, mencari tempat lain guna meringankan kejenuhannya. Bahkan hingga pose-pose aneh mereka lakukan, seperti tidur bertumpuk-tumpuk di atas temannya, duduk di atas sandaran sofa dan bertingkah layaknya pembalap motor, hingga jungkir balik pun mereka lakukan. Namun sayangnya, Arisa belum juga selesai dengan pekerjaannya.
“Ar, masih lama ya?”, Mosses yang terus berpindah-pindah hingga kini kembali duduk di sebelah Arisa itu pun bertanya. “Bentar kok”, jawab Arisa singkat. Mosses memutar kepalanya karena kejenuhannya yang seakan-akan semakin menjadi-jadi. Ia bahkan menggerutu tidak jelas dan mencoba merubah posisinya lagi. Mosses kini tiduran tengkurap di atas sofa yang semula ia duduki tersebut. Guna mengobati rasa jenuhnya, ia mencoba melirik layar laptop Arisa, namun gambar diagram dan berbagai macam kurva-kurva aneh justru membuatnya semakin jenuh. Posisinya yang menghadap Arisa itu akhirnya memberi ia sedikit ide, setelan jas Arisa yang didesain memiliki tali-tali itu mulai dibuat mainan oleh Mosses. Tangannya menggapai tali-tali di jas Arisa itu, dan menarik-nariknya dengan pelan.
“Perasaan dari tadi bentar-bentar mulu deh”, Rocky nampaknya juga kembali duduk di sebelah Arisa. “Sabar tau nggak”, dan lagi-lagi Arisa tak mengubah arah pandangannya sedikit pun. Rocky yang sudah terlalu malas itu bahkan tak sanggup untuk menopang kepalanya sendiri. Perlahan ia menyandarkan kepalanya pada Arisa. Mungkin Arisa memang terlalu sibuk, hingga ia tak terlalu merespon pada tindakan Rocky yang cukup lancang tersebut. Arisa hanya melirik Rocky sesaat, yang dibalas dengan lirikan oleh Rocky pula. Arisa kembali menatap layar laptopnya tanpa menghiraukan Rocky sedikitpun.
Gavin yang semula berguling-guling di lantai itu mulai merasa semakin jenuh pula. Ia pun memutuskan untuk beranjak dari lantai dan memilih untuk mendekati Arisa. Ia duduk di lantai dan menaruh dagunya di atas meja tempat Arisa meletakkan laptopnya. “Lu kenapa? Boring ya?”, ujar Arisa dan langsung mendapatkan kata, “Iyaaaa”, yang diucapkan secara malas oleh Gavin. “Emang dilanjutin nanti lagi nggak bisa ya?”, Gavin nampaknya mulai berusaha untuk bernegosiasi dengan Arisa. Namun Arisa segera menolak tawaran Gavin, “Nggak bisa lah, udah mepet deadline ini. Ntar dimarahin Bang Rafu lagi gue”.
Gavin menghela nafas panjang, kepalanya serasa ingin pecah karena kejenuhannya ini. “Btw, emang yang lainnya kemana sih?”, tanya Arisa. “Tidur”, jawab Gavin singkat. “Tuh liat aja”, ujarnya lagi seraya melirik ujuang kanan kiri dari sofa. Arisa pun akhirnya mengalihkan pandangannya, dilihatnya sosok Eric yang tiduran di ujung kanan sofa dan Daniel di ujung kiri sofa. Ia mengamati keduanya cukup lama, hingga akhirnya Arisa memutuskan untuk menutup laptopnya, “Ya udah kalian gue anterin pulang ke apartemen aja dulu, lagian ini udah sore”.
Gavin, Mosses, dan Rocky dengan kompaknya berdiri seraya berteriak, “Yes! Pulang!”. Bahkan Eric dan Daniel yang mendadak bangun itu bisa terlihat gembira pula, “Apa? Pulang? Akhirnya…”. Arisa dan kelima member LURIOUS itu pun keluar dari ruangan khusus LURIOUS di gedung Cnet. Mereka berjalan menuju atap gedung dan segera memasuki helikopter pribadi milik Arisa yang berukuran cukup besar tersebut.
Helikopter Arisa segera meninggalkan gedung Cnet. Panorama kota yang terbalut oleh sinar jingga sore hari itu sungguh terlihat sangat indah. Sukses menghilangkan kepenatan mereka dalam sekejap. Begitu sampai di depan apartemen LURIOUS, kelima penghuni apartemen itu segera turun dari helikopter. Mereka melambaikan tangan sesaat sebelum Arisa kembali melanjutkan perjalanannya menuju kediaman Yamaguchiya.
To Be Continue-
.
.
Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan maupun kata-kata yang kasar dan menyinggung perasaan pembaca. Kesamaan nama, tempat kejadian, atau cerita itu hanya kebetulan belaka.
Salam, penulis.
Semangat... Konflik kekuasaan... Keren
Comment on chapter PROLOG