“Aku terlalu buruk untukmu?” Suara Jessie sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, jika anak perempuannya yang baru tinggal kurang lebih sebulan dengannya sudah meminta ke luar dari mansionnya. Sekarang ini, tidak ada kalimat yang lain selain pertanyaan menyakitkan itu yang ke luar dari mulut Jessie. “Dengar, Ada, aku tahu aku tidak pernah mendapat restu untuk menikahi ayahmu. But please, you know that I really love him and want to live with him. Jadi, apapun miliknya adalah milikku juga, termasuk kau.”
Ada Swara merasa benar-benar jahat sekarang.
“Dan dari semua ini, aku paham posisiku di matamu. Tapi untuk terakhir kalinya, can I be your mom?” tanya Jessie, namun Ada Swara tidak menjawab apa-apa dalam dua menit terakhir. “Baiklah, di mana kau ingin tinggal?”
“Oxford.”
“Syukurlah kau masih ingin berada di Inggris,” ujar Jessie dan Ada bisa melihat kelegaan wanita paruh baya itu. “Kapan kau ingin pindah?”
“Lebih cepat, lebih baik,” ucap Ada sembari menghirup aroma kopinya. Lalu menyesapnya dengan pelan, menikmati cita rasa kopi itu. “Aku ingin tinggal di flat kecil, bukan apartemen mewah khasmu. Aku yang akan membayar sewa flatku sendiri nanti, setelah kau memilihkannya untukku. Aku tidak mau mendapatkan uang darimu, barang darimu, jaminan darimu, atau tunjangan dalam bentuk apapun.”
Jessie tercekat. “Kau benar-benar membenciku, Ada Lestari Swara,” ucapnya menyebut nama panjang anaknya itu. Ada Swara yang kini tercekat. “Aku akan mengurusnya. Sore ini pun kau bisa pindah, jika kau mau. Seperti katamu, kau yang membiayai semua kehidupanmu.”
“Thanks a lot, Jessie. Kau membantuku,” ucap Ada.
“Tapi, sebagai seorang ibu, aku diperbolehkan menelepon, menanyakan kabar, mengunjungi, atau membawakan makan siang untukmu. Kau berjanji?”
Ada Swara mengangguk cepat. “Ya, kau dan Jason boleh melakukan itu.”
“Bagus,” ujar Jessie lalu meneguk kasar jusnya. “Boleh aku tahu alasanmu? Aku mau meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bukanlah ibu yang buruk bagimu.”
Ada Swara menarik napasnya. “Kau pernah bertanya padaku; siapa Elang.”
“Kau sangat random. Apa kita sedang membahasnya?” tanya Jessie ketus. Ia benar-benar ingin tahu alasan Ada selain membencinya dan Jessie adalah ibu yang buruk untuknya.
“Mark Simpson adalah Elang. Sebelum kemarin malam aku tahu bahwa nama aslinya adalah Mark Simpson dan dia adalah salah satu anak yang kau sayangi. Dia masa laluku, dia benar-benar masa lalu sampai aku tidak pernah mau mengungkap kerinduanku lagi padanya. Dan dari semua itu, aku sangat membencinya karena sebuah alasan rumit yang tidak akan kau pahami.”
Jessie terdiam.
“Aku pernah mencintai anakmu, ya, Mark Simpson. Saat itu usiaku tujuh belas dan dia adalah cinta pertamaku. Aku menaruh harapan besar padanya.”
“Apa?”
“Well, Jessie, aku sudah bilang kalau aku membencinya, sehingga tidak mungkin aku terus-terusan berada di dekatnya. Kau adalah ibunya, dia pasti akan mengunjungimu dan berbincang banyak di mansion. Dengan begitu, aku akan bertemu dengannya, dan aku tidak mau hal itu terjadi. Aku sulit bernapas karena terlalu tidak ingin kehadirannya.”
Jessie tidak begitu paham selain kalimat aku membencinya yang tidak disertai alasan logis.
“Jadi, aku memutuskan untuk pergi. Sebenarnya, aku mau bermain-main dengan kakak tiriku yang cukup tampan itu. Tapi, sesuai tawaranmu, aku mau pindah sore ini juga. Tenang saja, aku akan tetap memberikannya satu sesi wawancara di Webbie’s Law Office, meski aku sudah di Oxford.”
“Sore ini?”
“Ya.”
“Ya?”
“Ya, sore ini. Aku akan meminta Hale membantuku mengemas barang-barangku. Aku akan meminta izin pada Jason dan memberitahu Bryan kalau cucunya ini akan pindah ke Oxford. Aku akan memberi salam perpisahan pada koki kepala di rumahmu dan mungkin satu resep fish and chips adalah hadiah terbaik untuknya. Anyway, jangan biarkan Mark Simpson datang ke mansionmu malam ini. Biarkan ia tidak pernah tahu.”
Jessie tidak mampu berkata-kata lagi. Anak perempuannya benar-benar membencinya.
“Terlepas dari semua itu, aku mau kau memelukku untuk salam perpisahan, Jessie.”
???
Jason bersedekap, matanya tajam menatap putrinya, dan bibirnya terkatup rapat. Jason tidak lagi bisa berpikir dengan baik, kenapa putrinya itu memilih meninggalkan mansion yang mewah dan nyaman ini untuk tinggal di sebuah flat sederhana dan jauh darinya? Apa segalanya masih belum cukup bagi putrinya itu? Jason rasa, selama ini segalanya baik-baik saja. Well, Ada tidak pernah berkomentar soal hubungan baru Jason atau di mana sekarang ia tinggal, Ada hanya patuh mengikuti. Tapi, selama satu setengah bulan berjalan, ia tidak pernah merengek akan sesuatu atau bahkan pindah ke luar kota sendirian.
“Hey, mom!” Sapaan riang itu membuat Jason kembali memanas. Sialan, ia menyuruh Ada Swara untuk menanyakan hal konyol ini pada mantan istrinya, bukan untuk sapaan basa-basi hey mom bagaimana kabarmu?
“Cepat tanyakan padanya!” perintah Jason dan Ada Swara bergidik ngeri. Jason benar-benar berharap ucapan dari Lestari membuat Ada tidak akan pergi ke manapun. Sejauh ini, Ada selalu mematuhi perintah ibunya, lebih dari perintah Jason sendiri.
Jessie yang melihat amarah itu, alih-alih menenangkan suaminya, justru bergerak mendekat ke arah Ada, namun tetap memastikan wajahnya tidak terlihat di kamera laptop.
“Ada apa, Sayang?” tanya Lestari yang wajahnya mulai terlihat penasaran.
“Hm, begini mom, Jessie sesuai permintaanku, telah mengurus pemindahanku ke Oxford. Kau tahu, aku ingin tinggal di sana, melanjutkan studi pascasarjana, dan bekerja. Aku butuh suasana baru dan kemandirian akan baik untuk masa depanku. Tapi, Jason seperti biasa mengacaukannya.”
“WHAT?” Pekikan Lestari membuat Jason tersenyum penuh kemenangan. Mantan istrinya itu setuju dengan pemikirannya yang tidak akan memperbolehkan Ada pergi ke manapun. Namun, sebelum akhirnya ia mendengar. “Kau ingin membuat ayahmu mati disaat usia pernikahannya baru berjalan satu setengah bulan?” Dan tertawa.
Tertawa! Ah, Lestari dan pemikiran-pemikiran bodohnya tidak akan bisa diandalkan. Seharusnya Jason tidak membuat Ada menanyakan hal ini pada ibunya.
“Seharusnya Jason mengizinkanmu. Lagipula, hidup mandiri memang bagus. Selama di Bali, kau selalu dimanjakan oleh adik dan ibuku. Selama di New York, Jason dan Bryan selalu menuruti kemauanmu. Dan, selama di London, di rumah Jessie, aku yakin Jessie dan para housemaidnya selalu melayani kebutuhanmu. Usiamu sudah 23, sudah saatnya kau bekerja dan menentukan jalanmu sendiri. Am I right, baby?”
Ada Swara terpekik senang. Jessie mengangguk setuju. Namun Ada langsung menoleh ke arah Jason yang menatap nyalang anaknya. “Am my mom right, Jason?”
Jason mengambil alih laptop. “Aku harus bicara dengannya.”
“Alright, Jason, aku rasa bukan tanpa alasan istrimu memberikan segalanya untuk pemindahan anak kita ke Oxford. Mungkin, ini jalan yang benar. Kau tahu, Ada tidak bisa tumbuh menjadi wanita dewasa apabila ia selalu berada dalam mansion kalian yang penuh pengawasan ketat.”
Jason mendudukkan diri di sofa, tidak jauh dari Ada dan Jessie. “Apa maksudmu? Dia mau tinggal sendirian, tanpa aku, Lestari!”
Lestari mengambil napas panjang. “Aku adalah ibunya dan aku mengizinkannya. Lagipula, Oxford masih bisa kau hampiri dengan bus atau kalau tidak mau lelah, gunakan saja helikopter pribadi istrimu.”
Jessie terkikik geli. “Aku akan meminjamkannya padamu, darl,” goda Jessie, namun Jason menatapnya dengan tidak suka.
“Dengar, Jason, mungkin Ada hanya berkata bahwa ia memiliki impian di sana. Tapi kau tidak pernah tahu, mungkin ada alasan lain mengapa anak kita ingin pindah. Mungkin sesuatu yang tidak kau ketahui dan pahami. Saatnya memberikan Ada kartu perjalanan, supaya hidupnya bukan hanya tentang kekayaan darimu, keluargamu, atau istrimu.”
Jason menghela napas dan mengusap wajah dengan frustasi.
“Kau terlalu posesif,” ucap Lestari dan Jason mengakuinya. “Lagipula, itu baik untukku. Jika aku mau mengunjungi Ada, maka aku tidak perlu bertemu denganmu. Pengecualian Jessie, kulihat dia sangat cantik, aku jadi ingin tahu di mana salon langganannya.”
“Okey, okey, okey!” seru Jason pada akhirnya. “Ini terakhir kalinya kau boleh berpendapat,” tegas Jason, meski ia tahu ia akan selalu membutuhkan pendapat Lestari. Jason menyerahkan laptop itu kepada Ada lagi dengan kesal. “Bergegaslah pergi,” ujarnya pada Ada dengan helaan napas kasar. “Dan kau, Jessie, ikut aku.” Lalu melangkah cepat ke luar dari ruang keluarga.
“Well, aku harus mengurusnya dulu. Panggil aku jika kau ingin berangkat nanti,” ujar Jessie. Setelah melihat Ada mengangguk, Jessie langsung menyusul Jason.
Lestari tersenyum lembut. “Kau merindukan aku, Sayang?”
“Ya, mom. Aku tidak sabar menunggu ajakan Jason untuk pergi ke Bali lagi. Oh ya, bagaimana dengan Claudia, apa dia sudah sembuh?”
Claudia adalah putrinya Lestari, saudara tiri Ada. Lestari mengangguk pelan. “Dia sudah lebih baik. Hm, kau sudah menyiapkan segalanya untuk pindah?”
“Aku tidak tahu alasannya, tapi kerja para housemaid Jessie benar-benar cepat. Mereka sudah mengepak barang dan pakaianku. Bahkan sekarang aku dipanggil untuk mencicipi fish and chips buatan koki kepala.”
“Kenapa ia menyuruhmu makan?”
Ada Swara terkekeh. “Aku memberikannya resep fish and chips untuk koki kepala dan ia mau membuatkannya untukku. Itu ide bagus, aku memang merasa lapar.”
Lestari mengangguk pelan. Lalu berkata, “Aku selalu menunggu kabar baik darimu, Ada. Jangan bertindak bodoh, karena bagaimanapun statusmu sekarang adalah anaknya Jessie. Wanita sukses itu selalu menjadi perhatian dari media manapun. Pastikan kau menghubungi Jason dan Jessie sesering mungkin. Juga aku, pastikan kau selalu meneleponku.”
Ada Swara mengangguk pelan. “Aku selalu sama, mom.”