“Nona Muda.”
Argh!
“Nona Muda, bisakah kau bangun sekarang? Tuan sudah meminta kau untuk turun, Nona.”
Demi Neptunus!
“Kumohon jangan abaikan aku kali ini, Nona. Nyonya Swara telah mempersiapkan sarapan bersama keluarga Simpson dengan baik. Ia harap kau datang dan tidak merusak acara sarapannya.”
Oh ya Tuhan.
“Nona Muda, aku akan melakukan apapun yang kau pinta, jika kau ke luar dari kamarmu sekarang.”
Benarkah?
“Sepotong cokelat, mungkin?”
Ah, dua potong!
“Dua potong cokelat dan aku akan membantumu ke luar dari rumah malam nanti.”
Yes!
“Deal, Nona Muda?”
Mungkin ya, housemaid Ada Swara terlalu baik dan polos karena usianya hanya berbeda 5 tahun lebih tua dari Ada. Ia juga memperlakukan Ada sebagai teman, karena Ada tidak memiliki teman lain di London. Selama mereka berteman baik, surga yang ia berikan kepada Ada adalah; dua potong cokelat dan bebas berkeliaran di malam hari. Mengapa?
Sebab Jessie—ibu tiri Ada bilang, “Kau tidak boleh memakan satu potong cokelat karena gigi-gigimu akan rusak. Aku tidak mau dokter gigi kenalanku membicarakan gigimu yang kotor.”
Dan, karena ayahnya, Jason Swara bilang, “Kau punya aturan selama kau berada di Inggris. Kau tidak boleh ke luar rumah kecuali tanpa pengawasanku dan kau tidak boleh ke luar malam. Kau mengerti?”
Ada Swara terkekeh geli. Dengan cepat ia beringsut dari ranjang putih yang berbentuk bulat itu dan lalu memutar knop pintu serta menariknya ke dalam. Wajah Hale terlihat senang, hembusan napasnya juga terdengar sangat lega, dan ia tersenyum manis.
“Kau mau pergi ke mana nanti malam, Nona?” tanyanya dengan pelan, sementara Ada Swara membiarkan ia masuk ke dalam kamarnya. “Ada konser kecil dan bazar kue di Hyde Park. Kudengar The Boo akan tampil pada urutan ketiga. Kau mau ke sana?” tanya Hale dan ia menutup pintu dengan rapat.
“The Boo? Maksudmu G, P, dan R?”
“Iya, Nona. Mereka akan menyanyikan lagu baru mereka yang berjudul I Agree With You dan kau boleh mengambil foto dengan mereka satu kali.”
“Kau serius?” tanya Ada Swara dan matanya telah berbinar terang. “Ini akan menjadi konser pertama yang aku tonton di London. Omong-omong, apakah kau ingin ikut juga? Kita bisa pergi bersama.”
Hale menggeleng pelan. Ia berjalan ke arah pakaian kotor di walk in closet milik Ada Swara lalu ke luar. Setelah itu berkata, “Tuan mengadakan rapat kecil di ruang kerjanya. Aku harus memasak, Nona.”
“Aku tidak tahu ayahku akan menjadi workaholic seperti itu,” ucap Ada sambil bergidik ngeri. Serius, Jason selalu menghabiskan waktu dengan sia-sia seperti menemani Ada pergi jalan-jalan sewaktu mereka masih tinggal di Amerika. Entah mengapa, semenjak Jason menikah dengan Jessie dan memegang alih perusahaan unicorn milik Jessie di sini, London, Jason berubah.
Ada Swara, yang dibilang sebagai sorotan akhir-akhir ini karena ia adalah anak Jessie, tidak diperbolehkan ke luar dari rumah untuk urusan yang tidak penting. Digaris bawahi seperti pesta malam, pesta barbekyu, atau bar. Orang-orang akan memandangi Ada dan Ada akan menjadi pusat perhatian, begitu kata Jessie.
Setidaknya ini akan berlaku sampai minimal kakak tirinya pulang dari Jerman setelah studi hukum di sana. Selama kakak tirinya berada di London, Ada Swara bebas dari pengawasan Jason dan Jessie. Sebab seperti ibu kebanyakan, Jessie membanggakan kakak tiri Ada dan mengatakan bahwa Ada akan baik-baik saja selama Ada bersamanya kakak tirinya.
Serius, bahkan walau Ada Swara belum tahu nama kakak tirinya hingga kini, Ada Swara berharap kakak tirinya cepat-cepat pulang dan mengajaknya pergi berkeliling London! “Nona Muda, persiapkan dirimu, sarapan akan dimulai 15 menit lagi. Ada sesuatu yang kau inginkan pada sarapanmu?”
Ada Swara menggeleng pelan. “Tidak ada. Aku akan mandi dan... apa dress code sarapan kali ini?”
“Putih dan biru tua, Nona Muda. Aku yang akan mempersiapkan pakaianmu nanti. Oh ya, merek make up apa yang akan kau gunakan hari ini?”
“Light Beauty, apakah aku memilikinya?”
Hale mengangguk. “Kurasa iya, Nona.”
“Bagus. Kudengar mereka memiliki blush on yang berwarna lembut dan terang,” ujar Ada sembari mulai mengikat tinggi rambut hitamnya. “Ah ya, bisakah kau membuat aku pergi dari malam ini sampai esok pagi?”
Hale sontak terkejut. “Kau mau aku dipecat, Nona?”
Ada Swara mendesah frustasi. Benar juga. “Tapi aku sudah lama tidak pergi sampai pagi. Di New York waktu itu, aku boleh bepergian ke manapun.”
Hale terkekeh. “Nyonya Swara termasuk orang terpenting di Inggris, Nona. Pernikahannya dengan Tuan Swara tentu saja menjadi perhatian. Kau adalah anak Nyonya sekarang, kau pasti mendapat perhatian lebih dari orang-orang.”
Ada Swara membenci ini. Lalu sekelebat ide bermuncul di otaknya. Ia berkata, “Simpan nomor kakak tiriku di ponselku, Hale.”
???
My only brother, cepatlah pulang, aku mulai merindukanmu....
“Kau gila?” tanya Newt pada ponsel yang tengah digenggamnya kini. Newt memang tahu bahwa ibunya telah menikah dengan seorang pria berkebangsaan Amerika yang bernama Jason Swara. Tapi Newt tidak pernah tahu, kalau ia juga memiliki seorang adik! Serius, kehidupannya sudah baik-baik saja tanpa seseorang yang menganggunya atau meminta uang seperti adik kebanyakan. Setidaknya, itu yang Newt dengar dari teman-temannya yang memiliki adik.
“Sebenarnya kau yang gila, man,” ujar Mark Simpson sambil terkekeh geli melihat perubahan raut wajah sahabatnya. “Satu menit lalu kau tersenyum manis kepada ponselmu seolah kau akan menjadikan benda itu kekasihmu. Lalu baru saja kau memakinya.”
“Anak baru ibuku, mengirimkanku pesan yang hampir membuatku muntah.”
“Kau akan memuntahkan Egon Muller?” tanya Mark Simpson sambil memegang botol wine termahal di Jerman itu. “Apa yang adikmu kirimkan?”
“Dia berkata bahwa...” Ucapan Newt terhenti ketika ponselnya kembali bergetar, kali ini getarannya lebih lama. “Oh, shit, dia meneleponku.”
“Adikmu?” tanya Mark sambil tersenyum miring dan Newt mengangguk resah. “Aktifkan loudspeaker.” Newt menuruti Mark.
“Hello, sunshine!” Sapaan perempuan yang tidak Newt ketahui namanya itu terdengar begitu riang. Newt merinding, membayangkan bahwa si periang itu akan menjadi adiknya selamanya. “Apa benar ini adalah nomor kakak tiriku?”
Newt berdeham pelan. “Siapa kau?”
“Namaku Ada Swara. Aku lahir di Bali, kau tahu kota itu, kan? Omong-omong, aku asli Amerika, dan benar-benar anak dari Jason Swara. Hey, apa kau sudah mengganti nama belakangmu?”
Newt mengangkat satu alisnya. “Hm, sudah, dan itu merepotkanku.”
“Bagus. Aku dengar dari Jessie...”
Newt sengaja menyelanya. “Hey, itu ibuku! Sebut dia dengan baik; mom.”
“Aku memanggil ayahku dengan Jason. Aku juga memanggil kakekku dengan Brian. Semua orang tidak mempermasalahkannya,” ujar Ada dengan riang. “Oh ayolah, brother, jangan terlalu kaku.”
“Dia benar-benar Amerika,” sahut Mark Simpson dengan suara kecil dan kekehan gelinya.
“Ah ya, aku dengar dari Jessie, kau telah selesai dengan studi hukummu di Jerman. Bukankah sudah waktunya kau kembali ke London?”
Newt berdeham lagi. “Tidak. Maksudku, mungkin minggu depan. Aku masih punya urusan di sini.”
“Terlalu buruk. Tidak, benar-benar buruk. Well, Jason mengurungku di kamar karena katanya aku sedang dalam masa diperbincangkan oleh banyak orang. Aku tidak boleh pergi ke bar, meminum wine yang banyak, atau berpesta.”
“Kau melakukan itu sepanjang hidupmu,” bisik Mark Simpson lagi. Newt mengangguk, benar, selama namanya adalah Newt yang dikenal sebagai anak dari Jessie, maka ia tidak pernah melakukan hal gila itu di London. Itu harga diri.
“Lalu apa masalahnya?”
“Jessie bilang, masa pengurunganku akan berakhir bila kakak tiriku sudah pulang.”
“Oh, aku benar-benar risih dia menyebut ibuku begitu,” bisik Newt sembari menjauhkan ponselnya. Lalu kembali mendekatkannya ke mulutnya dan berkata, “Lalu, apa aku harus menurutimu dan pulang ke London?”
Terdengar suara tawa kecil Ada Swara. “Kau boleh menganggapnya begitu. Hey, bagaimana jika kau pulang malam ini?”
“Kau gila?”
“Uu, kurasa tidak semua orang Inggris sopan,” cibir Ada Swara lalu terkekeh. “Sebenarnya aku punya tawaran yang benar-benar menarik untukmu. Eh, aku tidak tahu apakah ini sungguh menarik. Tapi, apakah kau mau bekerja di Webbie’s Law Office?”
“Holly shit,” maki Mark Simpson yang tahu-tahu sudah bangkit dari duduknya. Webbie’s Law Office, siapapun yang mendengar nama firma hukum itu, pasti ingin merasakan kesejahteraan hidupnya selamanya. Begitu juga yang terjadi dengan Newt Swara. Meski ia menahan diri dengan tidak mengumpat kasar, namun nyatanya, Newt cukup terkejut nama firma itu disebut oleh adik tirinya yang periang. Oh, Newt tahu ke mana ini akan berlanjut.
“Apa maksudmu?” tanya Newt dengan pelan.
“Well, tidak banyak. Aku hanya menawarkan kerja untukmu. Kudengar, kau lulusan 10 terbaik di kampusmu. Kurasa itu cukup untuk membuat Paman Diego San tertarik menjadikanmu salah satu pengacara ternama di sana.”
“Diego San?” bisik Mark Simpson dan sialan, ia mengenali nama pria Diego San sebagai nama pengacara paling ternama dan termahal di dunia. “Siapa ayah tirimu sebenarnya, man?”
Newt Swara mengangkat bahu. Ia berkata lagi, “Kau, apa maksudmu?” tanyanya pada Ada Swara.
“Aku hanya ingin kau pulang. Aku benar-benar tidak suka rumah Jessie yang terlalu luas dan norak ini. Para housemaid di sini terlalu banyak dan koki kepala tidak bisa membuat fish and chips dengan baik. Aku ingin mencicipi jajanan London, berkeliaran, minum, dan memiliki banyak teman.”
“See, kau sedang mengancamku.”
Suara tawa perempuan itu terdengar. “Tidak, tidak. Aku tidak mengancammu. Aku hanya sedang menawarkan kesepakatan yang bagus untuk kita.”
“Apa kau serius?”
“Apa?”
“Webbie’s Law Office itu, kau serius?”
Ada Swara terkekeh. “Aku akan memastikan kau diwawancara oleh HRD kami dan lolos.”
“Tidak. Biarkan aku mengikuti wawancaranya saja, kau tidak boleh turut campur tentang masuk atau tidaknya aku.”
“Baiklah. Tapi itu akan terjadi jika kau pulang malam ini juga. Aku benar-benar frustasi...”
Suara Ada Swara terhenti dan digantikan dengan suara lembut Hale. “Nona Muda, ini sudah lebih dari 15 menit. Kau benar-benar berencana membuatku dipecat?”
Mark Simpson terkekeh geli, membayangkan wajah pucat pasi Hale. “Adikmu benar-benar luar biasa.”
“Tidak, Hale. Beri aku satu menit,” bisik Ada Swara yang masih dapat didengar oleh Newt dan Mark Simpson. “Oh, sampai mana kita tadi?” Suara Ada terdengar lagi menyapa Newt. “Ah benar, aku sangat frustasi dan ingin tinggal sendiri di London.”
“Tinggal sendiri? Kau gila?” sentak Mark Simpson. “Selama 23 tahun hidupku, aku bahkan tidak pernah berencana tinggal selain di rumah ibuku.”
“Oh so sweet. Kau sangat romantis,” ujar Ada dengan riang. “Tapi, maaf brother, kau benar-benar harus membantuku mendapatkan unit apartemen atau flat unik. Itu jika kau mau mendapatkan satu sesi wawancara di Webbie’s Law Office.”
Alright, Newt merasa dipermainkan! Memang, tawaran dari perempuan itu sangat menggiurkan, mengingat betapa sulitnya hanya untuk mendapat satu jadwal wawancara. Tapi apa tadi... apartemen?
“Aku tunggu paling lambat besok pagi kau harus sudah berada di rumah Jessie. Kalau tidak, hmm, aku tidak tahu apa Webbie’s Law Office akan mau membuat satu jadwal untukmu. See you, sunshine!”
Dan sambungan terputus. Newt Swara tidak habis pikir, ia menggeram dan mencengkeram ponselnya dengan erat. “Aku membencinya,” geram Newt Swara sambil meneguk dengan kasar wine terakhir di gelasnya. Seorang pelayan pria kembali menuangkannya lagi. “Bayar semua ini untukku, Mark. Kau akan ikut aku pulang ke London, bukan? Kita akan bertemu di bandara jam 2 siang nanti.”
Setelah kepergian Newt Swara dengan emosinya, Mark Simpson terkekeh geli. “Aku mengenal adikmu, sepertinya.”