“Lepaskan! Jangan sentuh bajuku!”
Sina melepaskan tangannya dari jubah presdir Choi. Untunglah meski sempat bingung, ia akhirnya dapat mengandalikan kekuatan besar yang ada dalam dirinya. Bahkan sejujurnya, gadis itu masih belum yakin kekuatan apa saja yang dimilikinya. Tapi apapun itu, ia akan mengluarkan semuanya untuk melawan pria tua dihadapannya.
Tanpa aba-aba presdir Choi tiba-tiba saja menyerang Sina, ia meluncurkan panah hitam dari energi gelapnya yang amat mematikan. Untungnya, gadis itu bisa mengelak. Meski mengenai sedikit lengannya.
“Sok ya kau mau melawanku? Kau bahkan tidak pandai bertarung.”
Sina menahan sakit di lengan kirinya, lukanya cukup dalam. Ia meringis, darahnya menetes ke lantai. Saat lukanya hampir bisa ditahan, justru tangannya tak bisa digerakkan. Seperti ada sesuatu memberatkannya.
“Sakit ya? Ha? Ha?”
Presdir Choi kembali melancarkan serangannya. Ia melepaskan panah bertubi-tubi pada Sina. Untungnya, gadis itu masih sanggup berdiri dan menghindari panah yang menyerbunya. Namun luka ditangannya benar-benar memberatkan langkah Sina. Bahkan dalam beberapa detik terakhir, ia tak bisa melawan serangan pria itu. Tubuhnya seperti melemah.
“Ah, senangnya. Panahku yang paling beracun dan mematikan ternyata bisa melukaimu juga.”
Beracun? Mematikan? Sina terus berlari sebisanya. Ia sangat khawatir. Ia takut tidak bisa melawan lagi. Itu artinya, Sina akan membuat bibinya dalam bahaya.
“Argghh!!”
Panah beracun itu mengenai dirinya kembali. Kali ini ia tidak dapat menahannya, rasanya seperti terbakar. Ia tak sanggup lari lagi.
“Memang ya, kaum kalian mau berevolusi bagaimanapun takkan bisa menandingi kami. Setidaknya kematianmu, akan bisa membuat mereka sadar. Bangsa Lemuria yang lemah! Bibimu pun sama lemahnya!”
Sina roboh seketika dalam keadaan berlutut. Ia terus berusaha menekan pendarahannya. Sementara dipikirannya, terngiang terus kalimat terakhir yang didengarnya. ’Bangsa Lemuria yang lemah! Bibimu pun sama saja lemahnya!’ ’Bibimu’ ‘Lemah’. BIBIMU..
“Saatnya pertunjukkan berakhir!”
Presdir Choi hendak memberikan serangan kembali, namun sesuatu menghalangi penglihatannya. Sesuatu yang amat menyilaukan, sebuah cahaya yang amat terang. Amat sangat terang..
“Pertunjukkannya belum berakhir..”
Cahaya itu perlahan memudar. Samar-samar terlihat sosok Sina yang amat berbeda dari sebelumnya. Terlihat sebuah cahaya yang terus bersinar dibalik punggungnya. Ia lalu terbang dengan kepakan sayap cahaya dibalik punggung itu.
“Justru baru dimulai..”
Sina membuka matanya. Semua perasaan, benci, marah, kecewa memenuhi pikirannya. Kedua tangannya bergerak-gerak, muncul aliran listrik disana. Lantai diruangan itu bergetar, lalu kemudian retak. Kemudian angin muncul dengan sangat kencang, entah datang darimana.
“Enyahlah!!”
Dengan gerakan cepat, Sina menyerang dengan kekuatan listrik yang ia keluarkan. Tanah dibawah lantai diruangan itupun muncul kepermukaan dan menyerang, begitu juga dengan angin yang terus berputar.
Meski begitu, Presdir Choi tak gentar. Walau sedikit kewalahan, nampaknya ia masih bisa menangani semua serangan yang datang mendadak tersebut. Setelah semua berhasil ditanganinya, ia tersenyum licik.
“Mengapa tidak dari tadi saja? Jika begini, aku tak merasa bersalah lagi karena harus melawan orang lemah. Mari kita mulai.”
Mereka bertarung membabi buta hingga membuat ruangan itu porak poranda. Bahkan begitu hebatnya, sampai membuat gempa yang cukup mengagetkan warga seluruh kota yang tengah terlelap.
***
“Apa itu tadi?” Ghara menyeimbangkan kembali tubuhnya. “Anda tidak apa-apa tuan Putri?”
“Aku baik-baik saja.”
Andrew mendesis, dalam sekejap pemuda usil dihadapannya kini menjadi sangat sopan pada Tiara. Tentu saja amat berbeda jika dengan dirinya.
“Lihatlah, semua orang bahkan sampai terbangun dari tidurnya.” Andrew menunjuk kepada beberapa warga yang sudah berada diluar rumah. Bahkan beberapa diantaranya ada yang panik dan menangis. “Padahal sedikit lagi, gara-gara gempa itu aku tidak bisa melanjutkan teleportasiku.”
Tiara menepuk pundak Andrew, lalu melihat jauh kedepan. “Meski masih jauh dari sini, bagaimana kalau kita berjalan dulu? Jika sudah lumayan aman, kau bisa berteleportasi kembali.”
“Yah, tidak ada pilihan lain sih.”
“Kau masih kuat kan, drew?”
“Hm, aku rasa begitu.”
“Bagaimana denganmu, Ghara?” Tiara melihat Ghara yang terdiam, sepertinya ada yang tengah dipikirkan pemuda itu sampai raut wajahnya amat gelisah.
“Ghar?”
Ghara masih terdiam, ia bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia terus menatap ke tanah sedari tadi, dan tak bergeming sedikitpun.
Merasa geram, Andrew akhirnya mendorong tubuh Ghara. “Woy! Kamu kesurupan ya?”
Ghara mengisyaratkan dengan tangannya agar mereka diam sejenak. Beberapa saat kemudian, ia mengalihkan pandangannya kedepan. Tepat ke arah gedung yang akan mereka tuju.
“Gempa ini bukan fenomena alam.” Ia menunjuk kearah pandangnya. “Arahnya dari sana, dua kekuatan yang setara tingkatannya. Ah tidak, yang satu itu kekuatannya memang besar tapi ini sudah maksimal baginya. Sedang yang satu lagi, aku tidak tahu kekuatan macam apa itu.”
“Wah, beneran kesurupan nih anak.”
Tiara mencubit perut Andrew, yang kebetulan dekat dengan lukanya. Pria itu bahkan sampai berteriak, “Duh, kamu tidak punya hati ya! Lukaku belum sembuh sudah kamu cubit lagi!!”
“Lanjutkan, Ghara.”
“Aku tidak tahu firasatku benar atau tidak. Tapi aku rasa, Tuan Putri Sina telah membangkitkan kekuatannya.”
“A-apa?” Tiara berlari meninggalkan kedua orang dibelakangnya. Pikirannya kalut, memikirkan apa yang akan terjadi pada Sina. Semua hal buruk, terlintas di benaknya. Tidak, tentu ia tidak akan membiarkan anak itu terluka. Tidak lagi.
“Tiara!! Tunggu!” Andrew mengejar Tiara dengan lagkah yang sempoyongan, ia sendiri tidak bisa menjaga keseimbangannya. Meski tidak tahu apapun soal bangsa mereka, ia sangat yakin jika hal seperti ini pasti akan berakhir buruk.
Sementara itu, Ghara hanya terdiam menatap langit. Netra keemasannya menatap bulan dengan wajah sendu.
waaah kasihan sekali depresi sampai 12 tahun but premisnya oke banget, gimana kisahnya manusia depresi 12 tahunnn bikin penasaran??? 1 bulan ada masalah aja udah kaya org gila hehehe. :( udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter 1. Lost Then