"Mau kemana kau gadis kecil?"
Tak
Tak
Suara besi beradu dengan meja-meja menjadi suara yang terdengar mengerikan untuk gadis yang hanya dapat meringkuk di bawah meja paling depan, tempat guru biasanya berada.
"Kau tidak akan bisa bersembunyi dari ku."
Suara berat itu menggema lagi di dalam dunia gelap dengan warna serba kelabu. Gadis itu bahkan terpaksa mematikan lentera nya.
"Ketahuan."
Sosok itu memiliki wajah yang mengerikan dengan darah berada di setiap bagian tubuh, rambut yang berantakan, salah satu bola mata yang hampir keluar, gigi hitam tajam, wajah berlubang dengan belatung mendiami, dan darah terus mengucur deras dari tangan nya yang buntung sedangkan kaki nya pincang sebelah.
Potongan besi dibuang, tangan nya mencengkram leher gadis itu erat dengan tangan tanpa kuku nya yang membiru.
"Ugh..." gadis itu bernapas putus-putus.
"Mati!" sosok itu mendekatkan jarak keduanya, ia akan mengambil jiwa gadis itu dan memakan nya.
Cahaya biru perlahan keluar dari mulut sang gadis, terhisap masuk ke dalam mulut sosok itu.
"Argh!!!"
Sosok itu menjerit dan terlempar beberapa meter menabrak bangku-bangku. Ia terbatuk hebat dan berusaha memuntahkan sesuatu.
"Ka- ka- kau! siapa?!"
Gadis itu menatap sosok itu dengan senyum sinis, sudah tak terengah akibat kehabisan nafas. Ia berdiri dan melangkah pelan mendekati sosok itu yang memundurkan tubuh ketakutan.
"Hahaha." tawa berderai keluar ketika melihat sosok itu terpojok.
Gadis itu berjongkok di depan sosok itu. "Gotcha!"
Sosok itu hanya bisa meratapi nasib.
"Hah..." helaan nafas keluar setelah membasuh wajah nya. Kegiatan yang sangat melelahkan adalah menyelamatkan jiwa seseorang yang meminta bantuan, terlebih lagi tanpa mendapatkan bayaran.
Ia mendongak menatap sosok dirinya yang terpantul bayangan cermin. Berbeda dengan dirinya saat ini yang terlihat tenang, bayangan nya di cermin justru sedari tadi berteriak histeris, tangan nya memukul kaca dengan brutal. Beruntung hanya ia yang dapat melihat dan mendengar suara nya.
"Lepaskan aku!"
Gadis itu menatap bosan ke cermin. "Berisik."
"Lepaskan aku, bedebah!"
Seringaian terkembang bebas di wajah nya, sang bayangan pun terlihat panik.
"Tidak! Tidak! Jangan lakukan itu lagi!"
Bayangan nya semakin bertingkah tak terkendali ketika menduga apa yang akan selanjutnya terjadi.
"Jangan!!!"
"Enyah kau!"
Tentu saja gadis itu tak akan menuruti, lagipula ia memiliki satu tugas penting sebelum mengakhiri malam ini.
Prang
"JANGAN!"
Kaca tiba-tiba pecah. Ia yakin hal itu ulah sang bayangan.
"Griz! Griz!"
Terdengar gedoran di pintu diikuti panggilan suara berat dari seorang pria.
"Semakin kuat, heh?" gumam gadis itu.
"Kau baik-baik saja?!" tanya nya panik ketika mendengar keributan di dalam kamar mandi.
"Aku baik-baik saja."
Pria itu masih diam.
"Tak perlu khawatir, sebentar lagi aku menyusul. Pergilah." tambahnya.
"Baiklah." setelahnya terdengar suara langkah kaki menjauh.
Gadis itu kembali menatap pecahan kaca di depan nya yang masih memperlihatkan bayangan tak berbentuk sempurna.
"Pergi. Dari. Tubuh ku!!!"
Gadis itu berbalik, menghiraukan ujaran bayangan nya tadi. Secara perlahan bentuk fisik nya berubah. Kulit nya memucat, kuku jari nya meruncing, iris mata nya hitam penuh, empat taring muncul, dan wajah nya menjadi penuh sayatan.
"Saatnya meminta imbalan."
Ya... Setiap satu jiwa terselamatkan akan digantikan dengan satu jiwa lainnya untuk menjadi santapan nya.