Read More >>"> BANADIS 2 (Penyusupan Banadis) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - BANADIS 2
MENU
About Us  

XXVI

Saat sang surya berada di ufuk barat,

 

Tiga karavan tampak memasuki hutan di Karang Tengkorak.

Karavan – karavan itu masuk melalui jalur selatan Urania.

Perlahan – lahan ketiga alat angkut itu hilang di dalam kegelapan hutan.

Dan mungkin eksistensinya tidak akan bisa kembali ke dunia manusia.

 

Ternyata, karavan – karavan itu masuk ke dalam ruangan.

Tampak penuh dengan orang – orang beringas di ruangan itu.

Mereka berpakaian tidak beraturan,

Bercelana tanpa penutup atas, atau bercelana dengan kaos singlet saja.

Juga tampilan mereka terlihat tidak dekat dengan tuhan.

Sungguh jika seorang perempuan montok didekatkan ke mereka pasti akan digumuli di tempat.

 

Ketika karavan – karavan itu dibuka dan isinya dikeluarkan,

Bandit – bandit nan beringas itu langsung bersorak sorai.

Seolah – olah makanan lezat dihidangkan di depan mata dengan gratis.

Mereka tampak berebut hendak mencicipi makanan nan lezat itu.

 

“Hentikan,!! Hentikan,!!”

“Doak!!!” Sebuah baton besi dipukulkan pada badan karavan.

“Hentikan, bodoh!, Hentikan,!”

Sambil seseorang itu menendangi bandit – bandit nan tampak berahi.

 

Bandit – bandit yang terkena tendangan sepatu PDL besi itu tampak kesakitan dan mundur menjauh.

 

“Dasar manusia – manusia tidak bermoral,!”, umpat seseorang itu.

“Cepat, bawa perempuan – perempuan ini ke wisma!, Dan saya ingatkan, bos Bannjing tidak akan suka perempuan – perempuan ini kalian sentuh tanpa bos Bannjing yang mengizinkannya, Ngerti?!”

“Siap, bos Banjik!”

Dengan santun bandit – bandit yang tadinya berahi membawa perempuan – perempuan itu ke suatu tempat di selatan hutan.

 

 

 

XXVII

Wisma utama Karang Tengkorak,

 

Satu per satu perempuan – perempuan itu masuk ke dalam ruangan.

Tampak takut – takut para perempuan itu diarahkan beberapa bandit.

Mereka meyakini nasibnya akan habis di tangan orang – orang tidak bermoral itu.

Terlihat para perempuan itu menautkan ketakutan diri pada genggaman tangannya.

 

Setelah perempuan – perempuan itu dibariskan dengan rapi,

Seorang laki – laki berwajah tampan keluar dari pintu di sebelah kanan.

Dengan mantap laki – laki itu berjalan ke barisan para perempuan.

Sepasang mata nan mempesona melihat – lihat kemolekan barisan di depannya.

 

Tiba – tiba, dengan jantannya laki – laki itu berucap,

“He, kamu!, Maju ke depan sini,!”

Perempuan yang ditunjuk itu tampak menoleh – noleh.

“Iya, kamu,, Maju ke depan sini,!”

Dengan lemah lembut perempuan itu berjalan ke depan barisan.

“Siapa nama kamu?”, tanya laki – laki tampan itu.

“Saya Lona, tuan,”

“Lona ya, Darimana asal kamu?”

“Saya dari Dusun Kineng,”

“Ohh, dari Kineng kamu, Pantas kamu cantik gini,”

Perempuan itu tampak tersipu.

“Njingsa, bawa nona cantik ini ke kamar saya.”

“Siap, bos Bannjing,!”

Tampak ragu – ragu perempuan itu mengikuti Njingsa.

“He,! Ayo, cepat,!”

 

Bannjing berucap lagi, “Dan yang lainnya, Silakan kalian nikmati sepuas kalian.”

“Wuaaa,,,” Layaknya gerombolan anjing yang dilepaskan setelah tiga hari tidak makan.

 

 

 

XXVIII

Lona,

Malu – malu tapi atraktif.

Cewek itu mampu memikat laki – laki dengan keluguannya.

Sikapnya yang mudah pasrah membuat lawan jenis menunjukkan egonya sebagai seorang pejantan.

 

Ketika cewek itu telah mandi dan tampilannya telah berubah,

Kelaki – lakian Bannjing semakin membuncah.

Dirinya tidak menyangka di hadapannya ada seorang bidadari seksi.

Kulitnya yang mulus dengan mimik wajah nan segar.

Sungguh membuat akal sehat Bannjing sedikit keluar dari jalur kesadaran.

Laki – laki tampan itu tampak ingin segera menerkam Lona.

Tapi cewek itu segera berkelit, “Tuan apa tidak ingin minum dulu?”, ucapnya manja.

“Buat apa aku minum jika di hadapanku sudah ada air dari surga.”

Sambil laki – laki itu membelai lengan kanan Lona yang sedikit basah oleh air.

“Tapi saya kan di sini untuk melayani tuan, Saya merasa bersalah jika tidak melayani tuan dengan baik,”

“Hahaha,, Akan aku katakan kepada Ki Lanang bahwa layanan kamu sudah memuaskan.”

“Ah, tuan,, Minumlah sedikit, tuan,, Saya mohonn,” Sungguh Lona menunjukkan kemanjaan yang meluluhkan.

“Haha,, Baiklah, Baiklah,, Saya minum sedikit,”, sahut Bannjing, menenggak air yang sangat memabukkan itu.

“Hoohh,, keras sekali anggur Ki Lanang ini,”

“Gimana? Tuan ngerasa tambah jantan kan?, goda Lona sambil membelai bagian bawah laki – laki itu.

“Hoohh,, Aku bakal sanggup menghajar kamu beberapa ronde.”

“Ah, tuan ini,, Saya jadi pinginn,,”

Lona kembali memberikan satu shoot minuman memabukkan itu kepada Bannjing.

 

 

 

XXIX

Saat bandit – bandit itu tengah terlelap,

 

“Lona, Lona,, Bangun,!”, ucap seseorang, lirih.

“??,, Oh ya,” Cewek itu segera memenuhkan kesadaran.

“Cepat, berpakaian!, Kita harus segera bergerak,”

“Siap,!” Lona sesegera mungkin menutup kembali auratnya.

 

Di lorong wisma,

Tampak beberapa perempuan tengah bersiap – siap.

Mereka hendak melakukan sesuatu yang sangat penting.

 

Lona dan seseorang tadi tampak berjalan cepat, menghampiri mereka.

 

“Ok,, Sudah lengkap ya,”

“Oh ya, ini sumpit kamu,”

Menerima senjata itu. “Lha Tisa mana?”

“KO, Digenjot lima orang sekaligus,”

“Astaga,! Lha trus yang menggantikan?”

“Sudah diselesaikan sama kusir satu,”

“Huftt,, syukurlah,”

“Ok, tetep fokus,, Saya tahu kalian kelelahan, tapi ini satu – satunya kesempatan kita,, Mengerti?”

Dengan kompak, “Siap, mengerti,!”

“Ok, Kita hanya punya waktu sedikit saja, Lakukan dengan cepat, sebelum bandit – bandit itu sadar,”

“Siap,!”, sahut para perempuan itu, greget.

“Ok, setelah itu kita berkumpul lagi di ruang karavan,, Bubar,!”

Sesegera mungkin kesepuluh perempuan itu bergerak, melakukan tugas masing – masing.

 

 

 

XXX

Terperanjat. Njingsa tersadar dari tidurnya.

Menoleh ke kiri dan ke kanan, Dirinya melihat semua anak buahnya tampak terlelap.

“Dasar tidak tahu malu semua,”

Njingsa bangkit dari lantai nan dingin, menyapu keheningan aula wisma.

Lalu melangkah ke luar ruangan itu.

Njingsa melompati beberapa anak buahnya.

 

Di luar wisma,

Terasa hening. Sangat hening.

Tidak terdengar satu orangpun bercakap – cakap.

Yang tampak hanya kobaran – kobaran obor di beberapa tempat jaga.

 

“Aneh,, Kok sepi banget ya?, Biasanya ada yang main kartu jam segini,”

Njingsa melangkah ke samping kiri wisma.

 

“Astaga,!” Segera Njingsa berlari, mendekati pos jaga.

Memeriksa penjaga pos. “Udah mati nih,”

Menoleh ke kanan dan ke kiri. Njingsa semakin merasakan suatu keanehan.

“Pada kemana semua para penjaga pos itu?”, gumam dirinya.

Berlari menuju pos jaga di kiri gudang.

Terkejut. Njingsa melihat seseorang tergeletak di tanah.

“Aduh, gawat nih! Kayaknya markas diserang,”

Njingsa segera kembali ke dalam wisma dengan terburu – buru.

 

Kamar utama wisma,

“Bos, Bos Bannjing,, bangun, bos,!”

“??,, Apa, Sa?”

“Gawat, bos! Gawat,!, Markas diserang,!”

“Hah? Apa?! Bagaimana bisa?”

“Saya tidak tahu, bos. Tapi beberapa penjaga pos sudah mati.”

“Huh, sialan!, Oh ya, dimana Banjik?”

“Terakhir saya lihat di tempat karavan, bos.”

Setelah bos bandit itu mengenakan pakaiannya lagi,

“Ayo, cepat kita ke tempat karavan,! Siapa tahu Banjik dalam masalah,”

“Siap,!” Tangan kanan Bannjing itu segera berlalu mengikuti bosnya.

 

 

 

XXXI

Mengendap – endap, Satu demi satu titik – titik pos penjagaan dilalui.

Sambil sejenak – sejenak berhenti, mengamati keadaan.

Berbekal senjata seadanya kedua bandit itu menuju utara hutan.

Tampaknya mereka siap mati membela rekannya.

 

Bannjing melihat mayat beberapa penjaga.

Dirinya bergumam, “Kok bisa sampe begini sih?”

 

Akhirnya, mereka berdua tiba di tempat karavan.

“Gimana?”

Mengintip dari jendela samping. Njingsa mencari keberadaan bosnya.

“Kayaknya nggak ada, bos?”

“Lha ada orang tidak di dalam sana?”

“Tidak ada, bos,”

“Cari lebih teliti lagi,”, perintah Bannjing, khawatir.

Kembali mengamati dalam ruangan. “Tidak ada, bos,, Sepi,”

 

Tiba – tiba, “Sst!, Sst!,, Bannjing!”, panggil seseorang, lirih.

Menoleh – noleh. Bergumam, “Kayak ada yang manggil,”

Sekali lagi, “Sst!, Sst!,, Bannjing!”

Karena rekannya tidak merespon, maka seseorang itu melempar sebuah batu kecil.

“Tuk,” Batu itu kena kepala Bannjing.

“Aduh,!”, keluh bos bandit itu. Sambil dirinya mencari pelempar batu.

“Njing,! Bannjing!”

Bos bandit itu menajamkan pandangan mata ke arah timur.

Melihat seseorang melampai – lampaikan tangan.

“Sa,, itu Banjik, Sa,”

“Hoh?, Oh iya, bos,, Itu bos Banjik,”

“Ayo, ke sana, Sa,”

Mereka kembali mengendap – endap menuju samping kantin.

 

Setelah sampai di lokasi rekannya,

“Apa yang terjadi, Njik?”

“Tampaknya karavan Ki Lanang sudah disusupi musuh, Njing,”

“Ada berapa musuh yang menyusup ke markas?”

Berucap, “Aku lihat tadi ada dua, kusir,, sama 8 para penghibur itu.”

“Huh, sial! Berarti Lona termasuk para penyusup itu.”

“Iya, bos,, cewek itu sudah tidak ada saat saya masuk.”, imbuh Njingsa.

“Sial, Kita bisa kecolongan kayak gini,”

 

Tiba – tiba,

“Bos – bos Karang Tengkorak, cepat keluar,, Saya tahu kalian ada di sekitar kantin situ, Saya Tuan Rakat dari Banadis, saya cuma hendak berbincang.”

“Hah? Banadis?”

“Siapa itu Tuan Rakat,?”

“Itu raja Banadis yang tentaranya terkenal dan melegenda itu.”, sahut Bannjing.

“Ayo, bos – bos Karang Tengkorak,, cepat keluar saja,, Saya ada penawaran buat kalian – kalian.”

“Gimana nih, bos?”

“Kita keluar saja, Mungkin itu lebih baik,”

Tanpa basa – basi ketiga bandit itu muncul dari persembunyian mereka.

 

 

 

XXXII

Ruang tempat karavan,

 

“Terima kasih, tuan – tuan dari Karang Tengkorak ini mau mendengarkan permintaan saya itu, Sebelumnya saya pribadi meminta maaf atas kekacauan di markas tuan – tuan sekalian ini, Kami melakukan ini karena konon rumor yang kami dengar tuan – tuan sekalian sulit untuk mendengarkan permintaan – permintaan kerja sama yang ada, maka kami sengaja memainkan kekonyolan kecil ini,”

“Adapun kedatangan kami kesini sebenarnya ingin mengajukan kerjasama masalah pengamanan jalur Karang Tengkorak ini, karena kami sangat ingin mengekspansi bisnis ke timur Nusantara, dan jalur ini satu – satunya jalur yang tercepat menuju ke sana,, Kami akan memberikan fee jalan sebesar 15% pada setiap karavan – karavan kami yang hendak lewat di tempat ini, dengan jaminan sepenuhnya keamanan dari tuan – tuan sekalian selama karavan – karavan kami itu melintasi Karang Tengkorak,”

Dengan percaya diri Bannjing langsung menawar fee nya.

“Ohh, 25%,”

“18% atau kerja sama ini batal,, Lagipula kami sudah mempunyai denah lokasi markas kalian ini. Ini kalo kami jual ke persekutuan Darmasih pasti harganya lebih dari 25%.”, sahut Tuan Rakat.

“Huuhh,, Iya, iya,, Memang benar rumor yang beredar berdagang dengan Banadis bikin rugi.”

“Haha,, itu tidak akan terjadi, tuan – tuan sekalian,, Tuan – tuan sekalian akan mendapatkan untung dari paket – paket yang kami akan kirimkan setiap bulan nantinya, lagipula kami akan memberi 10% fee gratis dari tentara bayaran kami untuk setiap misi yang kalian hendak minta.”

“Hmm,, baiklah, Tampaknya kami tak kuasa menolak kerja sama ini,”

Menghaturkan jabat tangan. “Terima kasih,, Terima kasih,,”

Dengan dipaksa – paksakan Bannjing tersenyum kecil.

 

 

 

XXXIII

Pertemuan persekutuan Darmasih,

 

“Dalam pandangan kami ini kami hendak menyatakan kekesalan kami atas peristiwa – peristiwa yang baru – baru ini terjadi, Pertama mengenai kerajaan Sinter yang dengan terang – terangan telah mendukung kerajaan Banadis dalam mengekspansi bisnis ilegalnya ke daerah Nusantara ini, Saya dengan ini merekomendasikan untuk mengeluarkan kerajaan Sinter dari kerajaan pengamat persekutuan Darmasih,, Kedua kami hendak membangunkan tuan – tuan persekutuan sekalian dari tidur panjang tuan – tuan, Jikalau persekutuan kita ini ada diambang bahaya saat ini, Kenapa bisa kami menyatakan demikian karena sebab – sebabnya sudah bisa tuan – tuan lihat sekalian bahwa karavan – karavan kerajaan Banadis bisa keluar masuk Karang Tengkorak dengan sangat leluasa seolah – olah itu jalur telah menjadi milik mereka sendiri, Kita harusnya sadar dengan betapa mudahnya kerajaan Banadis melalui jalur yang katanya sangat mematikan itu, Hal itu sudah bisa dipastikan jika telah terjadi kesepakatan antara bandit – bandit Karang Tengkorak dengan kerajaan Banadis sehingga karavan – karavan mereka bisa melalui jalur itu, Dan baiknya tuan – tuan sekalian melihat ke masa lalu kerajaan Banadis yang sangat superior dengan kekuatan militernya itu, kita sampai harus mengepung bersama – sama di masa lalu kesombongan kerajaan Banadis hingga kerajaan itu mau membuka jalan damai dengan tuan – tuan sekalian, Jika superioritas kerajaan Banadis itu dengan kekuatan militernya sekali lagi bangkit, Apakah tuan – tuan tidak berpikir, mau kah Tuan Rakat sebagai raja Banadis sekarang membuka komunikasi dan duduk bersama dengan kita seperti di masa lalu?, Jawabnya sudah pasti bisa tuan – tuan tebak sendiri, Tidak,, Saya katakan sekali lagi, Tidak,, Bahkan kerajaan Banadis sampai hendak membantai kita semua di sini dengan sihir pasukan elitnya yang sangat dahsyat itu, dan untung saja pak Tuwang yang dulunya kita tolak permintaan bantuan mereka terhadap kita dengan rela hati dan kebesaran hati beliau mau memberi tahu perihal sihir tersebut, Jika tidak mana mungkin kita bisa hidup tenang hingga saat ini, tuan – tuan sekalian,, Dan sekarang pun kita masih sama, masih menganggap masukan – masukan dan nasehat dari pengganti mendiang pak Tuwang yaitu nona Dona sebagai sebuah khayalan belaka, Itu memang sebuah khayalan di masa lalu, tapi tuan – tuan bisa melihat sendiri di depan mata tuan – tuan sekalian jika khayalan nona Dona telah nyata kebenarannya dan kita sungguh terlambat saat ini untuk merespon bantuan spiritual dari nona Dona itu, Memang bantuan spiritual nona Dona itu tidak serta merta menyelesaikan permasalahan yang terjadi, tapi jika sejak awal kita merespon dengan baik nasehat – nasehat dari nona Dona pasti kita akan sangat mudah memadamkan api yang kecil, tidak sebesar ini ketika kerajaan Banadis sudah masuk di dalamnya, Pasti akan membuat kita semua terbakar jika kita tidak hati – hati memadamkan kesulitan – kesulitan itu,, Untuk itu tuan – tuan sekalian pandangan kami ini hendak membangunkan kesadaran tuan – tuan sekalian jika kita ini diam – diam sedang ada di dalam panci yang airnya sedang dimasak hingga mendidih, Kita akan mati perlahan – lahan jika kita tidak berusaha memadamkan api kompor tersebut, Dengan bentuk nyata menguasai jalur Karang Tengkorak itu dengan segala resikonya, dan kedua kami mengharapkan kerendahan hati tuan – tuan sekalian supaya memberikan jalan masuk untuk perserikatan Cilikan untuk bergabung dalam aliansi kita, karena kita sebenarnya secara tidak langsung terus diingatkan nona Dona perihal hal – hal yang bisa mengancam kedamaian Nusantara dan tekad kita bersama untuk mencegah peperangan terjadi lagi di Nusantara ini., Demikian pandangan ini kami sampaikan, apabila terdapat kekerasan kami dalam berkata – kata kami mengucapkan permohonan maaf yang sebesar – besarnya, Terima kasih,,”

 

Tampaknya anggota persekutuan Darmasih mulai berpikir ulang perihal sikap mereka selama ini atas peristiwa – peristiwa yang sedang terjadi.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • showmat

    @SusanSwansh hahaha,, iya,,

    Comment on chapter Penglihatan Masa Depan
  • SusanSwansh

    Keren ceritanya. Cuma EBI masih cukup berantakan. (Kayak saya) hehe. Semangat.

    Comment on chapter Penglihatan Masa Depan
Similar Tags
Petrichor
4109      1380     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
320      219     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Perjalanan Kita: Langit Pertama
1328      651     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Ręver
5503      1642     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
THE WAY FOR MY LOVE
406      311     2     
Romance
Mencintaimu di Ujung Penantianku
4196      1151     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Sanguine
4434      1449     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
ALVINO
4140      1839     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
in Silence
392      268     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Mamihlapinatapai
5453      1516     6     
Romance
Aku sudah pernah patah karna tulus mencintai, aku pernah hancur karna jujur tentang perasaanku sendiri. Jadi kali ini biarkan lah aku tetap memendam perasaan ini, walaupun ku tahu nantinya aku akan tersakiti, tapi setidaknya aku merasakan setitik kebahagian bersama mu walau hanya menjabat sebagai 'teman'.