|Robert POV|
Entah mengapa dan apa penyebabnya aku kurang tahu dengan jelas, tapi sekarang, aku berjalan bersama gadis berambut perak yang hanya mengenakan kain putih dan baju milikku yang kuberikan padanya.
Di tengah hutan pepohonan taiga (jenis pohon dengan daun sedikit runcing), aku berjalan dengannya ke arah Selatan dimana Republik Sriana, tempat yang kami tuju berada. Hutan di daerah ini memiliki dedaunan yang rapat. Bahkan saking rapatnya, saat aku mendongak ke atas, sinar matahari yang sampai di permukaan sangat sedikit dan hanya samar-samar, cahaya yang masuk itu seperti terpotong-potong oleh dedaunan.
Melihat dan merasakan pemandangan alami ini, sejenak rasanya aku ingin melupakan semua masalahku sekarang juga, tapi sayangnya itu mustahil kulakukan sekarang.
Kalau boleh jujur, sebenarnya ini terdengar aneh, tapi saat ini adalah hari keduaku di dunia baruku setelah di beri kesempatan hidup untuk kedua kalinya di dunia ini. Meskipun hanya baru dua hari setelah aku memulai kehidupan baru, tapi entah nasib apa yang menimpaku, saat ini aku harus menjadi buronan bersama Tuan Putri dari Armenia, kerajaan yang telah ditaklukkan oleh Kekaisaran Vandal sekitar beberapa hari setelah aku datang ke dunia ini.
Ya, kalau dipikir secara logis, itu memang terdengar tidak masuk akal dan terasa seperti pertemuan yang telah ditakdirkan. Tapi, sayang sekali aku sama sekali tidak percaya yang namanya takdir dan kebetulan. Semua yang terjadi di dunia ini pasti ada alasannya dan tujuannya. Yah, semua pertemuan itu aku rasa adalah rencana makhluk itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Dewi yang memberi kesempatan kedua padaku.
"Aku adalah orang dengan pola pikir logis dan rasional, aku tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan diriku sendiri."
Setidaknya itu yang ada di benakku saat aku masih menjalani kehidupanku yang sebelumnya, tapi sepertinya pola pikir itu secara besar dirombak total di dunia ini.
Kalau dipikir kembali, setelah aku datang ke dunia ini, entah mengapa ada sesuatu yang berubah dalam diriku. Perubahan itu bukan secara fisik atau semacamnya, tapi lebih secara psikologis.
Ya, sejak aku datang ke dunia ini secara bertahap rasanya pola pikirku dirombak habis-habisan. Saat hari pertama kali aku datang, aku terjebak dalam kekacauan di kota Erteri dan pada akhirnya aku menolong gadis yang berjalan mengikutiku di belakang. Saat aku menyelamatkan Tuan Putri yang bernama Fiola itu, tanpa kuhendaki, aku membunuh beberapa prajurit kekaisaran. Yah, jujur itu tergolong membunuh atau tidak, aku tidak tahu secara pasti karena aku tidak memastikannya, tapi saat melihat sebagian tubuh para prajurit yang aku serang hancur karena bola besi berduri yang aku tendang, kurasa mereka tidak akan selamat dari itu.
Bukan hanya itu saja yang membuatku merasa kalau akal sehatku mulai berubah. Saat beberapa waktu yang lalu, lebih tepatnya tadi malam, Aku membantai beberapa kelompok Goblin dan Orc tanpa belas kasihan sedikitpun. Ya, itulah hal memastikan diriku bahwa memang benar kalau akal sehatku mengalami perubahan, dan itu bukan ke arah yang positif kurasa.
Di samping lain, gadis bernama Fiola yang berjalan di belakangku ini, gadis itu sama sekali tetap menunjukkan perubahan mental setelah apa yang dia alami.
Seluruh keluarganya dibantai habis.
Statusnya sebagai Tuan Putri dan bangsawan kerajaan hilang.
Masa depannya hancur berantakan.
Dan ditambah lagi, beberapa saat yang lalu aku memintanya untuk melepas nama marganya untuk menyembunyikan identitas saat masuk ke Sriana. Aku memintanya untuk memotong salah satu ikatan yang ia miliki dengan mendiang keluarganya.
Tapi, meskipun begitu, gadis itu malah bertingkah layaknya seorang gadis puber pada umumnya. Ia bereaksi dengan hal-hal sepele dan malah mengabaikan hal-hal penting di depannya.
Jujur gadis ini juga lebih aneh dariku. Akal sehatnya ada yang salah. Gadis itu seperti ada baut yang lepas di kepalanya. Yah, jujur saja aku tidak berhak mengadilinya seperti itu karena aku sendiri sedikit memiliki pola pikir yang sedikit menyimpang sekarang.
"Hem... ada apa, Tuan Robert?" Tanya gadis itu saat aku sedikit menoleh ke belakang.
"Tidak... tidak ada."
Apapun yang berubah dalam diriku ataupun apa yang ada pada gadis itu, jujur saja aku tidak terlalu peduli. Yang penting saat ini aku ingin hidup dengan tanpa penyesalan dan menjalaninya dengan penuh bangga. Tidak seperti kehidupan sebelumnya dimana aku menyesal di akhir.
Hidup itu singkat. Aku berani menjamin itu karena telah mengalami kematian yang sangat menyedihkan dan sangat membuatku menyesal. Jadi, paling tidak aku harus melakukan segalanya yang aku bisa sekarang supaya tidak menyesal kelak nantinya.
»»««
|Author POV|
Suatu tempat di dalam hutan perbatasan Republik Sriana.
Robert dan Fiola terus melanjutkan perjalanan mereka ke arah Selatan. Melewati sungai berbatu yang jernih, air terjun berundak, dan berbagai tempat dengan pepohonan beragam di dalam hutan. Walaupun seberapa jauh langkah yang mereka tempuh, perjalanan itu tidak terasa membosankan berkat pemandangan-pemandangan yang ada dan obrolan yang mereka lakukan. Mereka berdua cukup menikmati perjalanan yang mereka lakukan.
Hari semakin sore dan hawa keberadaan hewan-hewan malam di dalam hutan mulai menguat. Sedikit merasakan tidak enaknya hawa tersebut, sesekali Robert dengan was-was melihat sekeliling. Menyadari tingkah gelisah pria itu, gadis kecil yang berjalan di belakangnya heran.
"Sebenarnya ada apa, Tuan Robert? Kenapa dari tadi anda terlihat gelisah seperti itu?" Tanya gadis kecil bernama Fiola itu.
"Tidak... hanya saja sepertinya dari tadi ada yang mengikuti kita. Sebenarnya sempat menghilang sih, hawa keberadaannya... tapi, sekarang malah...."
Robert berhenti berjalan, begitu juga Fiola. Angin senja yang terasa aneh bertiup dan membuat suara gesekan dedaunan yang terdengar tidak mengenakkan.
Sekilas insting mereka merasakannya, hawa keberadaan yang sangat tidak mengenakkan perlahan mendekat ke arah mereka.
"Tu-Tuan Robert...."
Gadis itu mendekat dan memeluk lengan kanan Robert. Saat menyadari gadis itu gemetar ketakutan, untuk sesaat pria itu sedikit merasa terkejut. Mungkin itu pertama kalinya ia melihat gadis itu benar-benar ketakutan, rasa takut yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.
"Yah... jujur saja, hawa ini memang tidak biasa, sih. Apa monster? Hewan buas? Atau... tidak, apapun itu yang pasti aku tidak ingin bertemu dengannya...."
Tanpa memperingatkan Fiola, Robert langsung membopongnya dengan kedua tangan dan langsung bergegas menjauh dari hawa keberadaan yang terasa membawa pertanda buruk itu.
"Eh?! Tu-Tuan Robert?" Gadis itu panik karena tiba-tiba tubuhnya diangkat dan dibopong.
"Kita lari... bertarung di tempat seperti ini berbahaya...."
"Hem!" Gadis itu mengangguk.
Robert terus berlari sambil membawa Fiola dengan kedua tangannya menuju ke tempat yang luas dan tidak terdapat pepohonan tinggi yang tumbuh. Setelah sampai di lapangan rerumputan, Robert berhenti lalu berbalik melihat ke arah pepohonan yang telah ia lewati tadi.
Sambil tetap membawa Fiola dengan kedua tangannya, Robert sama sekali tidak menurunkan kewaspadaannya dan menatap tajam ke arah pepohonan yang terlihat gelap karena bayangan pepohonan itu sendiri.
Seketika suasana menjadi hening, burung-burung dari dalam hutan beterbangan, dan suara hewan yang ketakutan terdengar jelas. Bersamaan dengan semua itu, hawa keberadaan yang mengerikan itu semakin menguat.
"Gawat... tidak salah lagi ini nafsu membunuh.... terlebih lagi, kenapa hawanya sangat tidak enak seperti ini? Sebenarnya monster apa yang mengejar kita? Kenapa baru sekarang menunjukkan reaksi permusuhan? Cih, padahal dari tadi hanya terus mengamati...."
Robert menurunkan Fiola, lalu menyuruhnya untuk tetap berada di belakangnya. Sambil memasang kuda-kuda dan menyiapkan kepalan tangan untuk meninju, Robert berusaha untuk tenang menghadapi situasi saat ini.
AAUUUU!!
Tiba-tiba suara lolongan serigala terdengar sangat keras. Setelah lolongan itu terdengar, seketika angin kencang dari dalam hutan bertiup ke arah mereka berdua.
"Tuan Robert...." Gadis kecil berambut perak di belakangnya bertambah ketakutan. Angin yang bertiup kencang ke arah mereka itu benar-benar terasa mengerikan dan memberikan teror kepada mereka.
Perlahan sosok pemilik suara lolongan mengerikan tadi menampakkan dirinya. Perlahan ke luar dari kegelapan hutan, dan menampakan dirinya di depan mereka berdua.
Sosok tersebut adalah seekor serigala berbulu putih setinggi satu meter lebih. Pada tubuhnya terdapat beberapa corak hitam membentuk sebuah simbol di atas tubuhnya, dan memiliki sedikit corak kehitaman di ekornya. Kalau dilihat secara bentuk tubuh, serigala berbulu putih itu terlihat biasa-biasa saja, tapi saat melihat lingkaran berwarna putih dengan hawa menakutkan yang melingkari tubuhnya, mereka berdua langsung tahu kalau hewan itu bukanlah serigala sembarangan.
Sesaat setelah keluar dari daerah pepohonan, serigala itu berjalan memutar mengamati Robert dan Fiola yang terus mempertahankan konsentrasi mereka supaya tidak diserang secara tiba-tiba.
"Gawat! Lari? Tidak, itu tidak akan sempat! Dari pada diserang dari belakang, lebih baik melawan sekarang! Tapi apa bisa?!"
Robert terus menatap tajam ke arah serigala itu, dan terus menghadap ke arahnya untuk tidak membuka panggungnya kepada monster itu.
"Serigala... kalau tidak salah hewan seperti ini biasanya bergerak secara berkelompok. Kalau memang benar, kita benar-benar gawat!" Pikir Robert.
Saat dirinya masih bersiaga, tiba-tiba dari telapak kaki serigala itu yang menyentuh rerumputan mengeluarkan lingkaran sihir hitam. Seketika rerumputan hijau berbuah ungu dan aura membunuh yang sangat kuat semakin jelas. Menyadari hal itu Robert mengangkat tubuh Fiola dengan tangan kirinya, lalu membawanya di pundak sebelah kiri.
Tanpa menunggu kesiapan, serigala itu langsung melesat dengan cepat ke arah mereka berdua. Saat berlari, serigala itu seakan tidak menyentuh permukaan dan melayang dengan kecepatan tinggi ke arah mereka.
Panik melihat itu, Robert menendangkan kaki kanannya ke arah serigala itu sampai kakinya terangkat lurus ke atas, tapi dengan lincah serigala itu menghindarinya dan menyerang kembali dari sudut yang berbeda.
"Eh?! Dihindari?!"
Serigala putih itu mengigit kaki kiri Robert yang menjadi tumpuan. Saat itu, baik Robert maupun serigala putih terkejut, taring tajam serigala tersebut sama sekali tidak bisa menembus kulit kaki pria itu.
"Lempaskan!" Robert mengayunkan ke bawah kaki kanannya yang terangkat, dan menghentak permukaan tanah dengan tumitnya.
Duar!!
Permukaan tanah langsung hancur dan bumi seakan bergetar. Ayunkan kaki tersebut membuat lubang sedalam 20 cm dan selebar 4 meter.
Tapi walaupun demikian, serangan itu juga berhasil dihindari serigala putih itu dengan meloncat ke udara.
Fiola yang berada di pundak kiri Robert terkejut. Ia menunjuk ke atas sambil berteriak, "Tuan Robert, di atas!"
"Bagaimana dia menghindarinya dari situasi seperti itu....?" Pikir Robert sambil menyiapkan kedua kakinya untuk bisa berlari kapan saja.
Saat masih berada di udara, serigala itu membuat sebuah lingkaran sihir dan menjadikannya sebagai pijakan untuk melayang di udara. Melihat apa yang dilakukan monster itu, mereka berdua terkejut.
"Oi, oi! Monster yang bisa mengunakan sihir? Yang benar saja! Aku juga belum bisa menggunakannya loh!"
Robert langsung bergegas berlari masuk ke dalam hutan, tapi tentu saja serigala yang berada di atas lingkaran sihir melayang itu tidak membiarkannya lari dengan mudah.
Serigala surgawi itu membuat sebuah lingkaran berwarna putih berdiameter setengah meter dengan huruf Rune di ekornya. Lingkaran tersebut bercahaya dan terlihat sangat tajam. Saat dia mengibaskan ekornya ke arah mereka berdua, lingkaran tersebut terbang ke arah mereka dengan cepat.
Menyadari datangnya serangan tersebut, Robert berhenti, lalu berbalik dan menendang lingkaran yang terlihat seperti cakram tersebut dengan kaki kanannya.
Crang!
Saat itu terjadi hal yang sangat mengejutkannya, lingkaran tersebut berhasil dihancurkan dengan tendangannya, tapi disaat bersamaan lingkaran cakram bercahaya tersebut berhasil menyayat kakinya dan membuatnya kaki pria itu berdarah.
"Darah...?" Robert menurunkan kakinya dan bingung melihat kaki kanannya yang terluka karena menahan serangan tadi.
"Padahal selama ini, dari semua serangan yang pernah aku terima, ini pertama kalinya aku terluka... Kenapa sekarang? Tidak, ini seharusnya wajar, naif sekali aku berpikir kalau tubuh ini kebal terhadap semua serangan.... Lebih baik aku segera pergi dulu."
Robert meloncat ke belakang dan masuk ke dalam hutan, saat mendarat menggunakan kaki kirinya, ia berputar lalu berlari masuk terus ke dalam hutan.
Setelah beberapa menit ia berlari dari monster serigala tadi, Robert memutuskan untuk beristirahat karena darah yang keluar dari luka di kaki kanannya cukup deras. Ia segera menurunkan Fiola dan menyadarkannya ke salah satu pohon yang ada.
Robert menyobek celana dari bagian kain yang terpotong, lalu mengikat kaki kanannya untuk menghentikan pendarahan yang keluar dari betisnya.
"Kenapa... Yin'e...." ucap Fiola dengan tiba-tiba. Raut wajahnya sangat ketakutan dan terlihat memucat.
"Heh? Apa kamu tahu monster itu?" Tanya Robert.
"Hem... itu Yin'e. Hewan surgawi penjaga hutan... aku pernah membaca tentangnya di buku. Dia adalah monster suci penjaga dan merupakan hewan ilahi yang diciptakan para Dewa untuk menjaga ketertiban hutan...." Fiola terduduk lemas dan mengigit kuku ibu jarinya.
"Tapi... ini aneh! Kenapa bisa hewan suci penjaga hutan ingin menyerang kita....! Apa karena saya...." lanjut Fiola dengan nada berat dan penuh keputusasaan.
"Oi! Jangan malah nyerah! Jujur aku tahu kalau monster itu sangat kuat, dan nasib kita memang sial karena bertamu dengan sialan itu di tempat ini, tapi kita tinggal lawan saja!" Ucap Robert sambil menarik tangan kanan gadis itu untuk membantunya bangun.
"Itu... mustahil... Yin'e adalah serigala suci yang bahkan lebih kuat dari naga. Kekuatannya adalah kekuatan dewa, mustahil kita bisa mengalahkannya," ucap Fiola dengan lemas. Ia tambah meringkuk dan menutup wajahnya dengan tangan.
"Benar... Mungkin itu karena saya adalah putri yang terkutuk. Saya tidak seharusnya hidup... saat itu sebaliknya saya mati saja, dengan begitu semuanya...." Gadis itu tambah jatuh kedalam keputusasaan.
Mendengar perkataan seperti itu, Robert langsung menarik tangannya dan membuatnya berdiri, lalu menampar wajahnya dengan cukup keras.
Plak!
Pipi gadis itu memerah. Wajahnya terbelalak dengan air mata yang mengalir melewati pipinya yang merona.
"Sialan! Jangan malah manja sekarang! Asal kau tahu, aku menyelamatkanmu saat itu bukan untuk mendengar keluhanmu! Nyawamu sudah bukan milikmu sendiri! Ingat itu baik-baik! Kamu ingin tetap hidup bukan!?" Bentak Robert.
Mata gadis itu mulai berkaca-kaca dan terlihat seperti akan menangis. Melihat raut wajah seperti itu, untuk sesaat Robert sedikit merasa bersalah.
"Tch! Kalau situasi seperti ini, kenapa aku jadi tidak bisa bertindak rasional!" Robert memalingkan wajahnya dengan rasa bersalah.
Saat itu, sekali lagi terjadi hal yang mengejutkan dirinya. Tiba-tiba suara nyaring decingan gesekan udara dan benda tajam terdengar jelas. Merasakan adanya bahaya, Robert langsung memeluk Fiola dan langsung tiarap bersama.
Ngiing! Wuss!
Terasa hembuskan angin kencang yang lewat di atas kepala mereka saat tiarap. Saat mereka berdua mengangkat kepala dan melihat apa yang telah terjadi, pepohonan yang tadinya berdiri dengan kokoh sekarang beberapa perlahan bergetar dan akan tumbang dengan penyebab yang belum mereka ketahui.
"Ya ampun!" Robert langsung bergegas membopong Fiola dan berlari menghidari pepohonan yang mulai tumbang satu per satu tersebut.
Saat mereka berlari, sekali lagi terdengar suara dencingan seperti sebelumnya. Kali ini Robert memutuskan untuk tidak tiarap dan melihat apa yang telah terjadi.
Tiba-tiba sebuah lingkaran cakram seperti yang ia lihat sebelumnya melesat melewati pepohonan dan memotong beberapa ranting. Cakram berdiameter setengah meter tersebut melesat ke arah mereka seperti peluru kendali yang telah memadai mereka berdua.
"Serius, nih! Monster itu bisa mengkoordinasi serangannya sampai seperti ini?!"
Robert mengangkat kaki kirinya lurus ke atas, dan saat lingkaran cakram tersebut akan datang dari arah depan, Robert langsung mengayunkan kakinya dan menginjak lingkaran cakram cahaya tersebut sampai hancur.
Crang!
Karena Robert mengincar bagian atas dari lingkaran cakram bercahaya yang merupakan bagian tumpul, kali ini kakinya tidak terluka saat menghancurkan lingkaran cakram bercahaya tersebut.
"Bagaimana dengan itu!?" Ucap Robert.
Sekali lagi lingkaran cakram bercahaya datang. Kali serangannya tidak tanggung-tanggung, lima lingkaran cakram bercahaya datang dari lima arah yang berbeda.
"A! Sialan... kenaikan tingkat kesulitannya ga wajar!"
Robert segera mengeluarkan sedikit aura hitam miliknya, lalu memusatkannya pada kaki kirinya dan langsung meloncat lurus ke atas.
Duas!
Robert meloncat setinggi 12 meter lebih menebus dedaunan dan ranting. Saat melayang di udara, Robert dan Fiola terkejut melihat serigala putih sebelumnya melayang menggunakan lingkaran sihir di udara dalam ketinggian yang sama dengan mereka.
"Ah?"
"Ah....?"
Mereka semua terkejut dan saling tercengang. Tapi, tiba-tiba lima lingkaran cakram bercahaya dari bawah melesat ke arah Robert dan Fiola. Menyadari hal itu, pria itu tidak bisa menghadirinya karena berada di udara dan tidak memiliki pijakan untuk bergerak.
"Ah, sialan!" Robert mengobarkan kedua kakinya untuk menahan dua lingkaran cakram bercahaya dengan membiarkannya mengenai telapak kakinya dan membiarkannya tertancap untuk memanfaatkan pergerakan cakram sebagai pijakan. Darah mengalir dengan deras dari kedua telapak kakinya.
Setelah mendapatkan pijakan dengan kedua cakram, Robert dengan segera menghidari tiga lingkaran cakram bercahaya lainnya. Ketiga cakram bercahaya itu melewati mereka, tapi seketika berbalik kembali.
Saat tiga lingkaran cakram bercahaya yang melewatinya kembali ke arahnya, Robert bermanuver di udara dan menggunakannya dua lingkaran cakram bercahaya yang tertancap pada kedua kakinya untuk menghancurkan dua cakram bercahaya lainnya. Keempat cakram hancur, tapi satu yang tersisa tetap mengarah ke Robert dan menyayat kaki kirinya.
Cakram bercahaya itu berputar kembali ke arahnya.
"Robert!" Teriak Fiola yang berada di bopongan Robert.
Dengan sedikit semangat yang mulai bertambah, Robert berputar di udara lalu menendang bagian tumpul cakram bercahaya tersebut sampai berbalik arah dengan cepat menuju ke tempat serigala berbulu putih yang sedang mengamati mereka dari atas lingkaran sihir melayang.
Cakram bercahaya melayang kembali kepada pemiliknya dengan kencang, lalu menyayat kaki kanan depan dan perut bagian kanan serigala tersebut. Darah keluar begitu banyak dari sayatan tersebut. Lingkaran sihir yang membuatnya melayang menghilang dan serigala tersebut jatuh bersamaan dengan Robert dan Fiola.
"He he, senjata makan tuan!!" Robert memeluk tubuh Fiola, lalu memutar posisi tubuhnya supaya berada di bawah dan melindungi tubuh kecil gadis itu dari benturan.
Bruwk!
Setelah membentur beberapa cabang dan ranting pohon, mereka akhirnya mendarat dengan posisi Robert berada di bawah.
"Sakit... ternyata tubuh ini juga bisa merasa sakit rupanya... Ah, kalau diingat lagi... berkah itu memang memiliki efek yang hebat, tapi tidak tertera kalau tubuh ini kebal tehadap rasa sakit ataupun serangan ya... yang ada hanya tubuh kuat yang kebal terhadap segala penyakit dan kelainan...."
Robert melepaskan pelukannya dan merentangkan kedua tangannya ke samping, lalu menarik napas untuk menenangkan dirinya yang berbaring di atas rerumputan. Saat berbaring, ia melihat ke atas dan menjumpai langit gelap yang mulai dipenuhi oleh bintang yang bermunculan dan dedaunan yang melayang berjatuhan.
"Ah, sudah malam...?" Pikir Robert.
"Tuan Robert!" Ucap Fiola yang berada di atas tubuhnya. Saat melihat wajah khawatir gadis itu, untuk sesaat Robert merasa lega karena gadis itu masih terlihat seperti biasanya.
"Em... Bisakah kamu turun?" Pinta Robert, tapi gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Mungkin monster itu masih hidup, loh. Bisa gawat kalau monster itu memanggil kawanannya...."
"Tidak! Tidak mau! Lagi pula Yin'e adalah hewan surgawi yang individual, dia tidak memiliki sejenisnya! Robert jangan bergerak dulu! Berbaring saja...."
Mendengar informasi itu, Robert mengambil napas lega karena tidak perlu melawan sekelompok monster sekuat serigala tadi.
"Hem... Fiola, kumohon, bisakah kau bangun dari tubuhku?" Pinta Robert sekali lagi.
"Tidak! Kalau aku bangun, pasti anda mau pergi untuk ke tempat hewan surgawi itu jatuh, bukan?"
"Yah, aku hanya ingin memastikan saja... kurasa serangan seperti tadi tidak cukup untuk membunuhnya."
Robert mendorong tubuh gadis itu dan berusaha menurunkannya, tapi gadis itu bersikeras untuk tetap duduk di atas tubuhnya.
"Tidak...! Kalau mau pergi, tunggu sampai saya menyembuhkan anda!" Ucap Fiola.
"Hem? Kamu memangnya bisa melakukannya?" Tanya Robert.
"Em!" Gadis itu mengangguk.
"Saya bisa mengunakan sihir kehidupan yang merupakan jenis sihir penyembuh," lanjutnya.
"Ya... kalau begitu... Lakukan dalam lima menit! Setelah itu aku akan pergi ke tempat serigala tadi jatuh!" Ucap Robert.
"Eh? Sesingkat itu? Kenapa sih anda ingin sekali memastikannya? Melihat serangan tadi, sudah pasti itu fatal. Hewan surgawi itu pasti tidak akan menyera--"
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam...."
Robert mulai berhitung.
"Ah, curang!" Dengan segera Fiola turun dari atas tubuh Robert dan segera memulai persiapan untuk menyembuhkan kedua kaki pria itu dengan sihir penyembuh. Gadis itu melepaskan sepatu kulit pria itu yang terpotong alasnya, dan mulai melihat luka parah yang diderita kakinya.
"Kejam... dalam sekali lukanya...."
Fiola itu duduk bersimpuh di depan kedua kaki pria yang terbaring di atas rerumputan itu, lalu ia mengulurkan kedua tangannya dan mulai mengunakan sihir miliknya.
"Wahai Roh dan Peri, diriku, atas nama kontrak kehidupan dan pembentukan, menjunjung hukum yang ada dan patuhilah panggilan. Napas ibunda pertiwi di tanah, air, dan seluruh daratan, berikanlah kesembuhanmu yang mulia itu padanya, Cure Wound."
Dari kedua telapak tangan Fiola, keluar partikel-partikel cahaya berwarna hijau yang perlahan mulai menyembuhkan luka pada kedua kaki Robert. Darah yang luar dari kedua kakinya tersebut perlahan berhenti, dan lukanya sedikit demi sedikit tertutup.
.
.
.
Lima menit telah berlangsung. Seperti apa yang telah Robert katakan, ia bersiap untuk mencari serigala yang telah tumbang tadi.
"Baiklah... ayo kita cari!" Ucap Robert sambil berdiri.
Mendengar dan melihat pria itu, Fiola sedikit merasa heran. Ia bengong dan tetap duduk bersimpuh dengan tatapan heran.
"Ada apa?" Tanya Robert.
"Eh? Ah... apa anda baik-baik saja?" Tanya Fiola dengan raut wajah bingung. Gadis itu bangun, lalu menatap Robert dengan penuh penasaran.
"Hem, berkat kamu aku sudah baikan. Bahkan rasa sakit tadi sudah tidak terasa!" Ucap Robert dengan ringan.
"Sungguh... Kalau begitu syukurlah. Tapi... sebenarnya tadi itu hanya sihir penyembuh tingkat terendah yang hanya bisa menghentikan pendarahan loh... dan juga hanya digunakan selama kurang dari lima menit...."
"Eh?" Mendengar itu, Robert terkejut dan sedikit memalingkan pandangnya.
"Sebenarnya anda siapa? Tidak ada manusia yang memiliki kemampuan penyembuhan diri secepat itu...."
Mendapat pertanyaan itu, Robert malah memalingkan wajahnya dan diam.
"Tuan Robert sebenarnya siapa?" Tanya Fiola.
Robert menatap gadis itu dengan tajam dan menjawab, "kamu kan sudah tahu bahwa aku ini tidak tahu apa-apa tentang dunia ini."
Mendapat jawaban seperti itu, Fiola dengan sendiri menyimpulkan, "oh, benar juga yah... anda juga tidak mengingat masa lalu anda, jadi anda tidak tahu siapa diri anda yang sebenarnya. Hem, tapi dengan kekuatan seperti itu seharusnya ada sedikit rumor yang beredar tentang anda, tapi saya tidak pernah mendengar rumor tentang orang yang memiliki kekuatan fisik diluar nalar dan penyembuhan diri yang cepat...." Gadis itu mengatakan hal tersebut seakan seperti itulah kebenarannya.
"Heh, serius nih cewek? Apa dia benar-benar tidak berpikir kalau aku dari dunia lain atau semacamnya? Apa pemanggilan orang dari dunia lain se'mustahil itu?" Pikir Robert dengan wajah heran.
"Hem, ada apa Tuan Robert?"
"Tidak... seperti apa yang kau katakan. Huh, dari pada membahas itu, lebih baik kita segera mencari monster serigala itu."
Robert berbalik, lalu berjalan ke arah dimana hewan surgawi, Yin'e, terjatuh sebelumnya.
"Yin'e bukan monster! Dia hewan surgawi yang suci!" Ucap Fiola sambil mengikuti pria tersebut.
"Ya, ya, terserah saja."
Mereka pun berjalan ke arah dimana hewan surgawi tadi terjatuh setelah mendapat serangan balasan dan terluka karena serangannya sendiri.
»»««
Setelah berjalan kurang dari dua menit, tidak butuh usaha keras untuk menemukan serigala surgawi yang telah tumbang tersebut. Yin'e, hewan surgawi yang memiliki perawakan serigala berbulu putih itu terkapar di atas rerumputan dengan luka sayatan di kaki dan perutnya.
Dari kedua luka yang didapat, luka pada perutnya lah yang paling parah. Perut sebelah kanannya robek cukup dalam dan menganga memperlihatkan organ dalamnya yang masih hidup. Darah segar terus mengalir sangat banyak dari luka tersebut sampai mewarnai rerumputan dan bulu putihnya menjadi merah.
"Wah, ususnya terlihat," pikir Robert saat melihatnya.
Fiola bersembunyi di balik tubuh Robert sambil melihat serigala malang itu dengan tatapan mengasihani. "Tuan Robert...." ucap gadis itu dengan suara sayu.
"Manusia...."
Dari arah serigala itu, tiba-tiba terdengar suara yang terdengar kesakitan. Mereka berdua langsung melihatnya dengan tatapan terkejut. Pada awalnya mereka ragu dengan apa yang mereka kira, tapi saat serigala itu membuka mulutnya kembali, keraguan itu hilang.
"Engkau pantas mendapat pujian dariku...." ucap hewan surgawi itu.
Robert dan Fiola terbelalak. Mereka terkejut dengan mulut yang sedikit terbuka melihat serigala itu berbicara.
"Silakan... engkau pantas mendapatkan... hak menghabisiku, wahai anak manusia. Meskipun diriku sedikit tidak senang mati di tangan pengacau, tapi itu tidak mengubah kenyataan bahwa diriku ini kalah darimu...."
Sekali lagi Robert dan Fiola terkejut melihat serigala itu bisa berbicara.
"Jadi hewan surgawi itu... benar-benar... memiliki kecerdasan dan bisa berkomunikasi dengan bahasa manusia," ucap Fiola.
Fiola melangkah mendekati Yin'e, dan bertanya kepadanya dengan suara merendah.
"Mengapa dirimu yang agung menyerang kami, tuan pelindung hitam, Yin'e?" Tanya Fiola.
"Menyerang? Hah, kenapa kalian malah menanyakan alasannya? Bukankah kalian yang memulainya terlebih dulu?" Ucap Yin'e.
"Memulai? Apa yang tuan serigala surgawi katakan?" Tanya Fiola.
"Jangan berlagak tidak tahu? Bukankah kalian yang menghancurkan hutan, membantai para penghuninya, dan bahkan menghancurkan gua tempatku berteduh?! Aku tidak akan marah kalau kalian membunuh para monster yang memang menyerang kalian, tapi kalian berani merusak rumahku! Itu pantas mendapat hukuman!" Ucap Yin'e dengan penuh amarah.
Mendengar perkataan itu, Fiola sedikit tahu apa yang dikatakan serigala itu, dan penyebabnya. Gadis itu melirik ke belakang dan memberikan sedikit tatapan curiga pada Robert.
Robert menutup mulutnya yang masih sedikit menganga dengan tangan kiri, lalu memasang ekspresi wajah sangat terkejut yang bukan main.
"Serigala... bisa bicara...."
"Eh? Masih kaget tentang itu...?" Fiola sedikit menghela napas.
"Bisa bicara? Serigalanya bisa... bisa bicara...? Bicara... serigala? Serigala yang berbicara....? Bicara serigala?" Ucap Robert dengan ekspresi wajah tidak percaya dengan apa yang terjadi.
"Tolong terima kenyataan yang ada, Tuan Robert," ucap Fiola dengan tatapan mata yang kosong.
"O-Oh...! Hem... ya...." Robert tetap melihat serigala itu dengan penuh keraguan.
"Tuan, pasti anda tahu kenapa Tuan Penjaga Hutan menyerang kita, bukan?" Tanya Fiola sambil berbaik, lalu berjalan mendekati Robert dan menatap matanya dari dekat.
"Y-Ya... memang aku yang membantai para Goblin dan Orc, lalu aku juga yang merusak beberapa pohon...."
"Beberapa?" Sela Fiola.
"Beberapa puluh pohon," ralat Robert. Ia sedikit memalingkan wajahnya. "Tapi, aku tidak pernah merusak gua milikmu, Yin'e," lanjut Robert sambil berjalan mendekati serigala itu.
"Engkau! Jangan berbohong! Hentakan kaki yang kuat itu, tidak salah lagi sama dengan bekas serangan dari perusak yang menghancurkan gua milikku!" Bentak Yin'e.
"Hentakan kaki? Oh, saat kamu mengigit kakiku, yah... Itu pertama kalinya aku melakukannya, loh. Memangnya kenapa dengan itu?" Tanya Robert.
"Masih juga bohong! Hentakan kaki yang membuat lubang besar di tanah itu! Tidak salah lagi itu sama dengan lubang-lubang di dinding dan tembok gua milikku yang engkau rusak!" Ucap Yin'e.
"Heh...? Asal kau tahu, kami tidak pernah masuk ke gua selama di hutan ini, loh. Iya, 'kan, Fiola?" Ucap Robert sambil melirik gadis di sebelahnya.
"Ya, Tuan Robert memang orang brutal yang suka merusak pepohonan dan membunuh monster, tapi dia bukan orang yang merusak rumah orang tanpa alasan. Pasti ini kesalahpahaman," ucap Fiola.
"Oi, Fiola, kamu ini ya..." pikir Robert.
"Hah! Mana mungkin diriku percaya dengan bualan itu!"
Mendengar ucapan serigala angkuh itu, alis Robert berkedut saking kesalnya. "Entah mengapa... serigala ini pengin aku bunuh saja, tapi...."
Robert berjalan lebih mendekat, lalu berjongkok tepat di depan serigala tersebut.
"Heh, jika kau tidak percaya biarlah. Tapi... aku tidak akan menghabisimu, ingat itu." Robert sedikit menoleh ke belakang, lalu bertanya pada Fiola.
"Fiola, apa kamu bisa mengunakan sihir penyembuh itu padanya? Paling tidak untuk menutup luka di perutnya itu....?" Tanya Robert.
"A-Apa anda bersungguh-sungguh?! Bisa saja dia menyerang lagi!" Ucap Fiola dengan panik.
"Itu benar, manusia! Kamu cari mati!?" Ucap Yin'e.
"Yah, kalau menyerang lagi, tinggal aku habisi saja. Samar-samar kamu tahu bukan? Kalau satu saja tinjuku mendarat pada tubuhmu... kamu pasti tidak akan selamat," ucap Robert sambil menatap serigala itu dengan penuh senyuman.
Senyuman ringan itu, terlihat bagaikan senyuman paling menyeramkan yang pernah Yin'e lihat.
"Kalau begitu, tolong ya, Fiola." Robert bangun, lalu berjalan menjauh beberapa meter dari serigala surgawi itu.
"Y-Ya...." Fiola berjalan mendekati serigala yang terkapar bersimbah darah itu dan hendak menggunakan sihir penyembuhan. Tapi, tiba-tiba Robert berhenti lalu berbalik melihat serigala itu.
"Oh ya.... satu hal lagi. Kalau kau melakukan apa-apa pada gadis itu, akan aku pastikan kau mendapat sesuatu yang lebih mengerikan dari kematian, binatang."
Mendapat ucapan dan tatapan penuh hawa mengerikan itu, seluruh bulu serigala itu berdiri karena rasa takut yang belum pernah dirasakannya.
"Ini akan lama... apa tidak apa, Tuan Robert?" Tanya Fiola.
"Ya, akan aku tunggu," jawabnya. Robert duduk bersila di atas rerumputan sambil menatap tajam ke arah serigala tersebut.
"Baiklah...."
Fiola duduk bersimpuh di depan Yin'e, lalu mengulurkan kedua tangannya dan mulai merapalkan mantranya.
"Wahai Roh dan Peri, diriku, atas nama kontrak kehidupan dan pembentukan, menjunjung hukum yang ada dan patuhilah panggilan. Napas ibunda pertiwi di tanah, air, dan seluruh daratan, berikanlah kesembuhanmu yang mulia itu padanya, Cure Wound."
Partikel-partikel hijau mulai keluar dari kedua telapak tangannya dan mulai menyembuhkan luka pada perut serigala itu.
"Yah, sepertinya serigala itu bisa digunakan, sih. Kalau dibiarkan mati, rasanya sia-sia... ditambah lagi, ini pertama kalinya ada monster yang bisa diajak bicara...."
.
.
.
.
Dua puluh menit berlalu. Luka pada perut serigala itu masih belum tertutup sepenuhnya, tetapi stamina Fiola sampai pada batasnya lebih dulu dan membuat gadis itu pingsan karena kelelahan. Perlahan tubuh gadis kecil itu roboh dan terjatuh ke atas rerumputan dengan darah yang sudah mengering di atasnya.
Melihat hal itu, Robert sama sekali tidak bereaksi seperti memang ia sudah tahu hal itu akan terjadi.
"Engkau... sudah tahu ini akan terjadi? Lihat, [Lebenskraft] gadis itu mengering," serigala berbulu putih itu bangun dengan kali kanan depannya yang masih pincang.
"Lebenskraft? Apa itu?" Tanya Robert.
"Hah, jangan berlagak bodoh terus! Mana mungkin orang sekuat engkau tidak tahu tentang Lebenskraft?" Ucap Yin'e.
"Untuk apa aku berlagak bodoh sekarang? Aku benar-benar tidak tahu sihir, apalagi tentang itu."
Robert bangun, lalu berdiri tegak sambil meletakan kedua tangannya ke pinggang.
"Yah, mumpung gadis itu sedang tidak sadar, mari kita mulai pembicaraan yang sebenarnya!" Ucap Robert.
"Jadi benar... engkau sengaja membuat gadis itu kehabisan kekuatan sihir miliknya... dan juga, memangnya untuk apa engkau ingin bicara empat mata dengan diriku?" Tanya Yin'e.
"Sebelum kita mulai pembicaraan, aku ingin meluruskan kesalahpahaman yang ada. Bagaimana caranya untuk menyakinkan kau kalau bukan aku yang merusak gua milikmu?" Tanya Robert sambil mengulurkan telapak tangan kanannya ke depan.
"Tidak, kalau itu aku sudah percaya."
"Eh?"
"Kalau kalian benar-benar orang yang merusak guaku, mana mungkin engkau meminta gadis ini menyebuhkan diriku ini, iya bukan?" Ucap serigala itu.
"Hem... bijak juga rupanya... nih anjing hutan." Robert berjalan menghampiri Fiola, lalu membopong tubuhnya dengan dua tangan.
"Kita pindah tempat. Rasanya bicara di sini tidak enak." Robert berbalik, lalu berjalan ke arah pepohonan.
"Memangnya kena--" Saat serigala berbulu putih itu melihat sekitar tempat itu, ia baru sadar kalau tempat itu sangat tidak cocok untuk tempat pembicaraan mereka karena banyak sekali ceceran darah miliknya yang mengering.
"Memangnya engkau mau ke mana?" Tanya Yin'e.
Robert berbalik, lalu memberikan senyuman kecil kepada serigala itu.
"Sudahlah... ikuti saja. Tidak jauh, kok."
Melihat ekspresi tenang pria itu, Yin'e benar-benar tidak merasakan apa-apa darinya, entah itu niat baik ataupun jahat. Itu pertama kali ada manusia yang berbicara tanpa ada maksud tersembunyi apapun padanya.
===============================
Catatan:
Bagiamana battle nya? Lumayan? Atau abstrak?