Malam itu hujan. Tidak begitu deras, tapi udaranya cukup membuatku kedinginan. Aku hanya memakai kaos lengan pendek dan celana boxer yang kurasa cukup santai untuk kupakai. Setiap jam sepuluh malam, biasanya rumah akan lengang, hening begitu saja. Ayah dan ibu akan tertidur meninggalkan ruangan yang menggelap dan aku akan terjaga sendirian. Hingga kemarin, aku dan sahabatku yang akan terjaga.
Kami biasanya membaca novel atau menonton film bersama. Hampir 7 kali 24 jam dalam seminggu, kami selalu bersama. Tapi hari ini, dia tak ada, meninggalkanku yang hanya bisa menikmati film ini sendirian.
Seorang remaja laki-laki tampak sedang dimandikan, lalu layar menggelap dan ia telah usai dikafankan. Seorang laki-laki lain yang tampak seusianya terlihat menangis menatapnya dari kejauhan di luar ruangan tempat ia dibaringkan. Lalu layar kembali menggelap.
Pria yang menangis tadi tengah duduk di meja belajarnya. Ia menatap lurus tanpa gairah. Kamarnya gelap, hanya cahaya bulan yang menyelinap masuk melalui jendela yang terbuka. Setetes air menitik dari langit-langit kamar ke pundak kanannya. Layar pun diarahkan dari wajah pria itu, lalu perlahan mengitarinya dari kiri. Aku yakin ada sesuatu di sampingnya. Dan benar saja, ada pria yang tadi dikafankan sedang menatapi wajahnya. Ia terlihat geram, dan tiba-tiba seseorang berpakaian serba hitam datang dari belakang pria yang termenung. Ia ditikam dengan benda tajam yang tak terlihat.
Tak ada darah, namun pria itu tertidur mengeluarkan nanah dari mulutnya. Matanya tertutup, kelopaknya menggelap dengan cepat. Hitam seperti mata pria di sebelahnya. Aku menunggu-nunggu film itu berlanjut memutar gambar lain, tapi, pria itu justru membuka matanya tajam dan menatapku. Layar memperbesarnya, mendekatkan tatapannya kepadaku. Dan ia semakin tajam.
Tap!!
Aku tak tahan dan menutup laptopku. Aku mulai merasa bahwa adegan itu mirip dengan posisiku saat ini. Aku tak mau berpikir lama, dengan cepat aku menoleh ke samping kananku. Cahaya bulan yang masuk melalui jendela yang terbuka menerangi kami, dan tak kutemukan satu orang pun di sana.
Lalu aku teringat pria berpakaian serba hitam dan langsung menoleh ke samping kananku lagi. Aku mengawasi tempat tidurku dan pintu kamarku. Tak ada sesuatu apapun. Aku pun melemas lega. Bodohnya, aku terbawa oleh cerita film. Lalu aku kembali terduduk. Teringat cahaya bulan yang masuk lewat jendela dan berniat untuk menutupnya. Dan,
Tap!
Seorang pria dengan ikatan kafan di atas kepalanya sedang menatapku sambil tersenyum memamerkan giginya. Matanya yang putih dengan titik hitam kecil di tengahnya membuatku takut dan ngeri. Aku tak sadar melangkah mundur. Kulihat wajahnya berubah muram.
“Kamu seharusnya tak di sini!” ucapku ragu. Kulihat wajahnya semakin geram menatapku.
Dan lagi, aku menabrak sesuatu. Belum sempat aku menoleh, leherku seperti ditikam sesuatu yang menyakitkan. Aku lantas terjatuh dari kakiku yang berdiri. Dan ketika kulihat lantai, kuharap ini semua tak ada yang nyata. Dan teet!!
“Di, bangun! Sudah pagi!” sahabatku membangunkanku. Aku tak sadar bahwa aku telah tertidur di kamarnya. Kamar sahabatku yang telah pergi meninggalkanku, membuatku hancur dan kesepian. Tapi, kenapa dia ada di sini?
Ia berputar dan memberi senyum padaku, lalu muram sedikit sedih.
“Apa kau masih tak mau menemaniku?”
Ia berubah geram dan semua kembali menggelap.
Maka aku adalah pria yang menjalani fakta paling menyedihkan itu setiap harinya.
Terima kasih sudah berkunjung. :')
@SusanSwansh