PAN P.O.V
Aku sedang tertawa dengan teman- temanku saat ada sesuatu mengalihkan perhatianku. Lebih tepatnya seseorang. Perempuan yang tak pernah aku lihat sebelumnya berjalan masuk ke kelas. Sepertinya dia anak baru, tapi anehnya tidak ada ekspresi gugup sama sekali di wajahnya. Dia berjalan dengan penuh percaya diri. Dia juga terlihat sangat familiar.
“Hei,” kata Gary menyenggol bahuku, “Lihat dia.” Dia menunjuk perempuan yang aku perhatikan, “Cantik bukan tapi wajahnya galak juga. Bagaimana bisa aku tahu? Aku bahkan tidak mengenalnya.”
“Itu berarti dia itu spesial, bung” kata Tim.
“Sial. Kalau aku jomblo sekarang. Gak bakal nolak buat jadi cowoknya sih.” Kata John.
“Wow, John cari mati ya?” kata Tim galak, “Kau lagi pacaran dengan adikku. Masih aja pikirin begituan!? Kau sudah janji!”
“Santai pak,” kata John sambil mengangkat tangan seperti orang menyerah, “Aku hanya bercanda calon kokok ipar. Kau kan tahu seberapa sayang aku dengan adikmu.”
“Kau harus baik padanya, mengerti?” kata John, “Dan kau tidak boleh mendapatkannya. dia punyaku.”
“Wow, kawan.” Kataku, “Itu punyaku. Kau tidak boleh mendapatkannya. Jangan coba-coba menyentuhnya.”
“Apa?!” mereka semua kaget dan mencemooh.
“Akhirnya orang yang tidak punya hati, tidak punya cinta...” kata John
“Yang dirumorkan gay,” tambah Tim.
“Anak mami,” tambah Gary.
“Terima kasih sudah memotongku dan menambahkan kata- kata yang inginku tambahkan sendiri.” Kata Tim dengan sarkastik, “Pan Herrington yang terkenal dengan semua itu ingin mendapatkan seorang perempuan? Setelah menolak banyak sekali pengakuan cinta dari perempuan. Bahkan setelah menolak perempuan tercantik di sekolah?”
Aku hanya memutar bola mataku.
“Itu berarti... perempuan itu benar- benar sesuatu bukan?” tanya John, “Sampai- sampai bisa membuat Pan kita tertarik.”
“Di mana si Peter di saat saat seperti ini?” kata Gary, “Dia ketinggalan informasi yang luar biasa.”
“Dan itu adalah?” tanyaku.
“Informasi kalau kau itu tidak gay.” Jawabnya dan semua tertawa terbahak- bahak. Aku hanya memutar bola mata dan tertawa kecil.
Memang benar kalau aku dirumorkan gay tapi tetap saja itu tidak membuat para gadis berhenti untuk mengaku cinta mereka padaku atau menyukaiku. Memang benar kalau aku menolak mereka semua karena aku tidak punya perasaan pada mereka. Dan aku juga bukan salah satu cowok yang suka memainkan perasaan. Aku sangat sayang pada ibuku dan dia itu perempuan. Itu kenapa aku tidak suka memainkan perasaan perempuan. Memang benar kalau aku nakal tapi senakal- nakalnya aku. Aku tidak akan menyakiti perasaan perempuan.
Kalau sahabat- sahabatku, Gary adalah playboy satu- satunya di antara kami. tapi tidak terlalu parah, maksudku dia tidak pernah membuat perempuan hamil. Jadi itu baguskan.
Tim adalah seorang gentleman sepertiku. Sekarang dia sedang menjomblo karena pacaranya baru saja putus dengannya karena LDR.
John sedang pacaran dengan adik Tim. Tim tidak setuju pertamanya tapi mengubah pikirannya saat melihat kalau adiknya sangat bahagia dengan John. Sebelum John bertemu adik Tim dia sama seperti Gary, tapi dai melepaskan akal playboynya untuk adik Tim. Dia juga berjanji akan menjaganya dengan baik.
Peter tidak ada di sini karena harus mengurusi bisnis keluarganya. Dia juga jomblo dan belum memikirkan tentang hubungan karena terlalu sibuk memikirkan bisnis keluarganya. Bahkan pacarterakhirnya memutuskannya karena dia terlalu sibuk dengan bisnisnya. Tidak seperti kita, dia sudah mengurusi segala macam hal di bisnis keluarga. Sebenarnya kami semua juga mengurusi bisnis keluarga kami, tapi tidak sesibuk Peter.
Oh maaf, sepertinya aku lupa untuk memperkenalkan diri. Halo, namaku Pan. J. Herrington, semuanya memanggilku Pan. Anak dari Jared Herrington dan Maidelline Herrington, penemu dari ‘H Legacy’ perusahaan yang sudah mendunia di bidang Teknologi. Aku anak tunggal, anak satu- satunya yang berarti aku yang akan melanjutkan semua usaha dan bisnis mereka di masa depan nanti. Semua orang tahu itu dan untuk mereka itu adalah sesuatu yang luar biasa tapi bagiku dan sahabat- sahabatku itu hal yang biasa saja. Itu kenapa mereka sahabatku karena mereka tidak peduli pada statusku, kekayaanku dan keluargaku.
“Jadi kau mau bicara padanya?” tanya Tim, “Karena jika kau tidak akan melakukannya. Aku akan mendahuluimu.”
“Ayolah bung,” kataku, “Kau kan baru saja diputusin. Santai dulu kenapa.”
“Yah, kalau bukan dia,” kata Gary, “Aku yang akan melakukannya. Hanya harus putusin Emily dulu.”
Aku memukul kepalanya, “Gak! Mundur! Dia itu punyaku.” Aku baru akan berdiri untuk bicara ke anak baru itu. tapi saat aku baru mengambil langkah pertama gurunya masuk.
“Yah...” ejek mereka semua, “Telat anda nak.” Mereka berdiri dan kembali ke tempat duduk masing- masing.