Loading...
Logo TinLit
Read Story - Perahu Waktu
MENU
About Us  

PERAHU WAKTU 1

"Jika memang langkahku telah ada yang menentu lantas atas sebab apa aku menolak disetiap kebaikan yang telah ditakdirkan untukku"

Mataku masih mengedar disela-sela rongga rinai hujan. Begitu dingin sebeku hatiku yang telah kehilangan sebuah pengharapan untuk meneruskan sebuah kehidupan. Sesekali tersapu angin sehelai kain yang mencoba memberiku penghangatan. Hingga bulir bening itu entah seberapa sering telah membasahi pelupuk mataku. Sesukar inkah menahan rindu. Hatiku terhujam setiap kali mengingat kehangatan delapan mata manusia yang senantiasa membersamai waktuku yang tidak hanya sekedar satu ataupun dua jam melainkan selama 18 tahun. Hingga kenyataan harus memberikan sekat antara aku dan mereka. Benar anggap saja aku seorang introvert, bahkan untuk menerobos hujan aku tak akan pernah berani. Halte ini semakin terasa amat menyakitkan berkat kediamanku disini membuatnya merasa tak nyaman. Sungguh aku benar-benar tak mempedulikannya.

Kuhempas bulir itu mencoba menguatkan. Kembali terduduk menenagkan kecamuk hati yang tak lagi bersahabat. Suasana mulai terlihat muram dan gelap. Kuamati jam tangan hitam yang melingkar di lenganku. Pikiranku kembali kalut, ingin kuberteriak menerobos dinginnya kehidupan. Namun, apa dayaku seorang wanita lemah. Aku merasakan sebuah nama yang paling enggan untukku ucapkan yakni penyesalan. Menyesal sebab waktuku telah menghantarkanku pada titik ini, menyesal pernah marah di waktu masa kecilku dulu, menyesal sebab telah membuang waktu indah kala kehangatan itu masih terpupuk dalam diriku. Sungguh hanya kata-kata sesal yang kerap menyapaku. Lantas akankah aku harus menyerah. Tidak, aku harus kuat. Aku tidak pernah dilahirkan untuk menjadi lemah, dan aku tidak ditakdirkan untuk mencela masa. Melainkan aku ditakdirkan terlahir di dunia untuk bertemu dengan orang-orang hebat yang sudah menyayangi diriku semenjak tangisku menyeruak di bumi.

Hujan masih terlihat begitu tenang membentur tanah dna bebatuan. Bahkan aku merasa kian bodoh, bahkan hujan tidak akan pernah takut untuk merasakan kesakitan untuk memberikan sebuah bahagia pada sang bumi. Lantas aku? Itulah pertama kalinya aku merasa sadar untuk tidak berhenti melajukan sang perahu yang tengah aku kendalikan melawan ombak kehidupan yang tidak akan senantiasa seirama dengan apa yang senantiasa kuharapkan.

Hormon adrenalinku tiba-tiba mulai terekskresikan secara tidak biasa ada pacu deru jantung yang terasa amat cepat. Seperti sengatan listrik itu seakan tertansfer hanya dalam hitungan mili detik atau entahlah. Disudut kursi kudapati seorang dengan penampilan kacau terduduk sembari memegangi ujung bibirnya. Aku tidak dapat melihat wajahnya secara jelas sebab tertutup oleh hoodie jaket yang menutupi bagian kepalanya. Mataku menyidik penasaran, namun disisi lainada gemuruh ketakutan yang senantiasa menyerobot di setiap rongga deru nafasku.

DEG..

Matanya menatap sinis kearahku. Segera kubuang tatapan tidak sopan yang kuberikan padanya. Jantungku semakin merasakan ketakutan. Lagi dan lagi. Kuharap hujan segera pergi dari ketidaknyamanan ini. Aku yakin seorang yang tengah duduk berjarak denganku itu seorang laki-laki. Dan itulah kelemahanku aku selalu takut dengan sebuah kata dengan unsur laki-laki kecuali ayahku. Entah sebab apa aku telah merasakan hal itu semenjak masih duduk di bangku SD. Bahkan tidak ada riwayat masa lalu buruk dalam hidupku. Tapi aku bersyukur dengan hal itu aku mampu menempatkan diri pada porsiku. Lebih menjaga diri dari seorang yang bernama laki-laki.

"Kenapa?"

Sungguh aku tersentak, dia membuka bicara. Suaranya parau bersandingan dengan derasnya hujan. Mataku seperti orang bodoh mencoba menetralisir hormon adrenalin yang mulai terproduksi semakin tak wajar. Nafasku berkejaran memburu. Aku hanya diam semua kelu atas pertanyaan yang ditujukan padaku. Mungkin padaku sebab tidak ada manusia ain selain aku dan dirinya.

Dari arah selatan ada bus yang akan membawa ragaku pulang. Aku bersyukur Rabbku telah menyelamatkan diriku dari ketidaknyamanan ini. Sebab sedari tadi kurapalkan doa-doa agar bisa melarikan diri dari tempat sebeku ini. Kutarik tas yang kuletakkan di sampingku. Mataku tidak berani untuk sekedar melirik ke arahnya lagi. Terlebih dia bukan seorang yang haal untuk aku pandangi. Aku telah di didik menjadi seorang gadis yang sholehah selama ini. Mana mungkin setelah aku dilepaskan di alam bebas, diriku juga bebas berkelana meninggalkan jauh-jauh sangkar tempat tinggalku.

"Tunggu..." ujar lelaki itu menatap tajam ke arahku

Jantungku kembali tersentak, ingin rasanya berempati namun apa daya itu bukanlah sebuah kewajiban yang mesti aku tunaikan. Aku dan dia tidak pernah ada hubungan apapun. Aku hanya berdoa semoga dia akan baik-baik saja. Padahal kutahu aku belum pernah bertemu dengan lelaki itu sebeumnya. Bahkan wajahnya saja aku tidak pernah tahu. Hanya terlihat alisnya yang tampak tebal bersandingan dengan hidungnya yang sepertinya terlihat mancung dengan kulitnya yang terlihat putih bersih. Semua aku tahu saat dia melihat kearahku tadi sebelum aku menundukkan pandanganku padanya.

Sudah aku pergi meninggalkan kesendiriannya. Dia terlihat lebih sengsara dibandingkan dengan rasa rinduku pada kedua malaikat yang tersekat jauh oleh jarak. Bus ini membawaku pergi dari ketidaknyamanan di beberapa menit yang lalu. Jantungku mulai berangsur normal. Di dalam bus hanya ada dua orang anak kecil dan ibunya yang terduduk di kursi paling depan. Sedangkan aku memilih di kursi paling belakang menenangkan segala pemikiran-pemikiran yang sedari tadi berputar-putar membuatku tak nyaman.

Dia seorang pria berhoodie yang aku temui di rinai hujan. Terima kasih untuk episode pertama penggembaraan mimpiku. Aku akan berusaha ramah pada apa kenyataan yang tidak seirama dengan inginku.

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
PROMISE
637      457     2     
Short Story
ketika sebuh janji tercipta ditengah hubungan yang terancam kandas
Simplicity
10503      2465     0     
Fan Fiction
Hwang Sinb adalah siswi pindahan dan harus bertahanan di sekolah barunya yang dipenuhi dengan herarki dan tingkatan sesuai kedudukan keluarga mereka. Menghadapi begitu banyak orang asing yang membuatnya nampak tak sederhana seperti hidupnya dulu.
Kinanti
1635      730     1     
Romance
Karena hidup tentang menghargai yang kamu miliki dan mendoakan yang terbaik untuk masa nanti.
Sampai Kau Jadi Miliku
1699      796     0     
Romance
Ini cerita tentang para penghuni SMA Citra Buana dalam mengejar apa yang mereka inginkan. Tidak hanya tentang asmara tentunya, namun juga cita-cita, kebanggaan, persahabatan, dan keluarga. Rena terjebak di antara dua pangeran sekolah, Al terjebak dalam kesakitan masa lalu nya, Rama terjebak dalam dirinya yang sekarang, Beny terjebak dalam cinta sepihak, Melly terjebak dalam prinsipnya, Karina ...
Flowers
415      291     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Mengapa Harus Mencinta ??
3680      1186     2     
Romance
Jika kamu memintaku untuk mencintaimu seperti mereka. Maaf, aku tidak bisa. Aku hanyalah seorang yang mampu mencintai dan membahagiakan orang yang aku sayangi dengan caraku sendiri. Gladys menaruh hati kepada sahabat dari kekasihnya yang sudah meninggal tanpa dia sadari kapan rasa itu hadir didalam hatinya. Dia yang masih mencintai kekasihnya, selalu menolak Rafto dengan alasan apapun, namu...
SUN DARK
409      262     1     
Short Story
Baca aja, tarik kesimpulan kalian sendiri, biar lebih asik hehe
Rêver
7288      1978     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
L.o.L : Lab of Love
3155      1137     10     
Fan Fiction
Kim Ji Yeon, seorang mahasiswi semester empat jurusan film dan animasi, disibukan dengan tugas perkuliahan yang tak ada habisnya. Terlebih dengan statusnya sebagai penerima beasiswa, Ji Yeon harus berusaha mempertahankan prestasi akademisnya. Hingga suatu hari, sebuah coretan iseng yang dibuatnya saat jenuh ketika mengerjakan tugas di lab film, menjadi awal dari sebuah kisah baru yang tidak pe...
My Big Bos : Mr. Han Joe
639      391     2     
Romance
Siapa sih yang tidak mau memiliki seorang Bos tampan? Apalagi jika wajahnya mirip artis Korea. Itu pula yang dirasakan Fraya ketika diterima di sebuah perusahaan franchise masakan Korea. Dia begitu antusias ingin segera bekerja di perusahaan itu. Membayangkannya saja sudah membuat pipi Fraya memerah. Namun, apa yang terjadi berbeda jauh dengan bayangannya selama ini. Bekerja dengan Mr. Ha...