Amanda hanya termenung seperti bangun dari lamunan. Sinta pun mendekati mereka.
“ Biar saya saja dokter “ . Sinta menarik Amanda ke sudut tenda. Dan mulai mengomel.
Abizar masih belum bisa percaya dengan tindakan Amanda. Dia berpikir semua obrolan.nya dengan Amanda selama ini bisa membuka pikirannya. Tapi ternyata tidak, Amanda masih juga ingin mati. Lalu Abizar menghampiri Amanda yang masih terdiam tidak menghiraukan Sinta yang berusaha menyadarkannya.
“ Tahukah kamu kalo ini tempat perang ? Jika kamu mati disini dan apapun yang terjadi disini akan menimbukan konflik internasional. Dan bisa-bisa.nya kamu kesini hanya untuk mati? Kamu menyelamatkan orang-orang ini dari kematian tapi kamu sendiri ingin mati ? ALLAH masih memberimu kesempatan hidup tapi kamu sendiri ingin mati ?? Dangkal sekali pikiranmu ... tidak cukupkah bagimu untuk hidup demi orang-orang yang menyayangimu? Tidak cukupkah bagimu untuk hidup demi orang-orang yang mengharapkan kebahagian untuk.mu? Ibumu, adikmu, keluargamu, teman-temanmu ... ingatlah mereka juga. Tidak cukupkah bagimu dengan memanjatkan doa-doa.mu dan berserah diri pada ALLAH . Dimana imanmu ? Dimana akal.mu ? “ Abizar berbicara keras , dia tidak bisa menahan kekecewaannya
Amanda terhenyak dengan nada tinggi Abizar
“ Lugas sekali kau katakan itu padaku seolah-olah kau sudah tau diriku. Siapa kau memang.nya ? “ Amanda berkata sinis
“ Siapa aku ? Aku hanya orang yang ingin melihat.mu bahagia. Aku hanya orang yang tidak ingin melihat.mu mati. Jangan salahkan aku kalo aku terlalu peduli padamu “ kata Abizar dengan penuh luapan emosi, lalu pergi dan berlari dengan mata berkaca-kaca.
Sinta kaget dengan apa yang dilihatnya barusan . Sejak kapan Amanda dan Abizar menjadi akrab sehingga Abizar tidak ragu untuk marah seperti halnya teman dekat?. Abizar terlalu begitu perduli dan begitu khawatir dengan kondisi Amanda. Sinta mulai penasaran dengan pria itu.
“ Apa yang dikatakan dokter Abi bener Man, tidak cukupkah kami semua menjadi alasan bagimu untuk tetap hidup dan bertahan ? Lihatlah semua orang disini , mereka kehilangan semua yang dimiliki bahkan menjadi sebatang kara. Tapi mereka masih percaya dan yakin suatu saat ALLAH akan memberikan pertolongan pada mereka. Lihat mereka Manda, hidupmu tidak lebih buruk dari mereka . Cobalah untuk bangkit ... percaya bahwa ALLAH mempunyai rencana yang lebih baik untukmu kelak. “ Sinta membelai kepala Amanda yang duduk lemas dihadapannya.
“ Aku juga ga tau Sin , tapi suara – suara itu ... bayangan tentang kecelakaan itu selalu saja muncul. Pikiranku kacau setiap kali memikirkannya. Apa yang harus aku lakukan Sin .. tolong aku Sinta “
“Mendekatlah pada ALLAH , DIA sebaik-baiknya tempat mengadu. Dengan begitu perlahan kamu akan mengerti dan ikhlas. ALLAH mengambil mas Zain dan Raka karena DIA mencintai mereka sehingga diambil begitu cepat. mereka sudah memiliki tempat yang baik sebagai kekasih ALLAH disana , jangan membebani mereka dengan dukamu yang tak berujung ini” Sinta memberikan untuk menguatkan sahabatnya dan mengusap air mata.nya
“ Apa aku benar – benar bisa bahagia Sin ?” tanya Amanda dengan tatapan memelas ke arah Sinta
“ Insyaallah ... yakinlah pada kehendak ALLAH. Ingatlah kami ... umi , abah, mama, papa, Rehan, aku dan juga janjimu. Hidup bahagialah bersama kami . Belum terlambat Man , rajutlah kembali hidupmu dengan benang baru di kain yang bersih. Buatlah simpul-simpul indah yang akan membuat setiap mata senang melihatnya” Sinta berbinar-binar membayangkan kehidupan baru yang harus dijalani Amanda.
Di tanah ini, kehidupan Syuriah ini ... telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Amanda . Akhirnya sekali lagi dia menyadari semua kesalahan yang dia perbuat.
“Sinta benar , hidupku tidak lebih buruk dari saudara-saudara di Syuriah. Zain sudah membekali hidupnya dan menyiapkan Raka untuk kembali ke surganya ALLAH, tidak seharusnya aku menjadi pengganjal perjalanan mereka.Abizar benar, masih ada orang-orang yang aku sayangi yang ingin melihat aku bangkit dan kembali bahagia. Aku rasa itu sudah cukup menjadi alasan buatku tetap hidup. Ijinkan aku untuk bahagia kembali mas , aku kirim doa – doaku untuk kebahagiaan kalian juga disana. Aku akan hidup dengan baik, aku akan memegang semua yang pernah kau ajarkan padaku ... aku titipkan rinduku pada kalian lewat doaku” Amanda memandang ke awan biru yang menyelimuti langit sore hari. Dia menikmati lamunan di bawah pohon yang menjadi sahabatnya di Idlib.
“ Besok hari terakhir kita disini bukan ?” tiba-tiba suara laki – laki muncul dari belakang Amanda
“ Ah, selalu aja ngangetin” Amanda kaget dengan suara Abizar yang membuyarkan lamunannya
“ Maaf , kemarin aku mungkin terlalu kasar sama kamu. Refleks spontan “ kata Abizar
“ kamu harusnya bukan minta maaf untuk perkataan kasar itu, tapi minta maaf karena cengkeramanmu membuat lenganku merah. Dan belum hilang sampai sekarang “ Amanda mengangkat lengannya dan menuding ke bagian yang dimaksudkan
“ Oh, maaf . Aku ga sadar ... kan udah dibilang refleks. Sakit ya ?” tanya Abizar dengan ajah bersalah
“ Sakit lah ... sedikit “ Amanda bercanda dan tersenyum
“ Walaupun kamu tidak ingin hidup , terus carilah alasan sekecil apapun yang dapat membuatmu tetap bertahan. Kalau kita merasa sedih dan lelah akan kehidupan, coba ingat-ingat lagi untuk apa dan siapa kita berjuang. Karena dunia tidak benar-benar memberikan kebahagiaan sebelum kita memahami untuk apa dan karena siapa kita berjuang dalam hidup. Tapi bila kita berjuang untuk mendapat ridha ALLAH, dan kepada ALLAH juga kita memasrahkan segala urusan ... ujungnya adalah sudah pasti kebahagiaan. Jangan pernah meragukan Tuhanmu , karena DIA bisa melakukan lebih dari sekedar akalmu. “ Abizar memberikan kata-kata yang membuat Amanda tenang.
Amanda menatap laki-laki di depannya yang berdiri memandang tanah luas . Sekilas Amanda merasa dia seperti Zain suaminya . Caranya bicara , nadanya yang halus , kekalemannya dan begitu menenangkan.
“ ehemmm ... ngomong-ngomong ini pohon apa ya ? adem banget kalo dibawah pohon ini ?” Amanda mengalihkan pembicaraan
“ entah lah, pohon Ek mungkin ... atau pohon zaitun, pohon maple , pohon angsana ?” canda Abizar
“ hahahhaahha ... emang ada pohon maple disini ?” seloroh Amanda
“ ayo kita kembali ke dalam , sudah hampir waktunya maghrib. Kita berkemas untuk besok “ ajak Abizar.
Tanpa sengaja tatapan mata mereka bertemu dan saling beradu. Mereka saling menatap satu sama lain. Abizar terbawa suasana , hampir mengangkat tangan dan membelai wajah wanita dihadapannya itu. Wanita yang selalu menganggu pikirannya dan membuatnya cemas. Belum pernah dia menaruh perhatian sedalam itu pada seorang wanita. Dan Amanda adalah wanita pertama yang membuatnya seperti itu.
Selang beberapa saat Amanda lebih dulu tersadar, menundukkan wajahnya dan mendahului kembali masuk ke rumah sakit.
Di dalam ternyata teman-teman satu tim sudah mulai mengemas barang-barang mereka. Ada beberapa yang masih berat meninggalkan kota ini. Ada yang masih bermain dengan anak-anak yang kondisinya mulai membaik, ada yang asyik dalam obrolan dengan pasien dewasa, ada juga yang menghitung beberapa obat atau peralatan yang akan ditinggal disana. Terlihat juga Sinta yang sedang menyuap makanan ke pasien ibu tua.
Amanda juga merasa berat untuk meninggalkan rumah sakit itu, tapi mereka harus kembali. Ada keluarga yang menunggu dengan kecemasan dirumah . Dan besok adalah perjalanan panjang kembali ke Indonesia.
Terima kasih untuk like dan coment.nya mb. Dede_pratiwi
Comment on chapter aku