Tidak lama kemudian Zain dan Amanda pindah menempati rumah baru mereka. Perlahan mereka mulai melengkapi rumah dengan berbagai furniture sesuai pilihan Amanda. Mereka juga menata rumah bersama – sama . Terkadang Mama, Umi dan Sinta juga datang membantu.
Rumah juga sedikit ramai, ramai karena Amanda mulai sedikit lelah untuk beradaptasi dengan hidup barunya. Mau tidak mau sekarang dia harus benar – benar mandiri karena sudah tidak tinggal bersama Mama dan Umi. Mulai dari memasak, mencuci, membersihkan rumah, menjalankan toko online, masih harus menyelesaikan tugas akhir untuk syarat kelulusan pelatihan. Terkadang Amanda mengambek, kadang juga menangis , kadang juga terlepas kontrol dan berselisih dengan suaminya.
Tapi Zain bersikap lebih dewasa dan memaklumi tingkah istrinya. Dia tidak pernah mempersulit Amanda. Setiap kali Amanda merasa bad mood , Zain mengajaknya keluar mencari hawa segar atau bahkan hanya sekedar memijit istrinya sampai tertidur. Dan ini sama sekali tidak membuat dia rendah diri, karena dia sudah berjanji untuk menjaga dan membimbing istrinya.
Beberapa hari belakangan Amanda sering merasa mual dan uring – uringan. Dia merasa tidak enak badan. Amanda merasa ada yang aneh pada dirinya, dia juga merasa bersalah karena terlalu sering marah – marah akhir – akhir ini. Amanda ingin memperbaiki suasana walaupun suaminya tidak pernah protes akan sikapnya.
Amanda menyiapkan beberapa menu sarapan di meja makan. Zain terkejut untuk itu, dia memandang semua makanan dan dirasa ini terlalu banyak untuk dihabiskan berdua. Pandangan Zain terhenti pada sebuah kotak yang diletakkan di sebelah gelas kopinya.
“ Apa ini dek ?” tanya Zain penasaran
“ Apa ya ?? Buka aja ?” sahut Amanda dengan senyum kecil keluar dari bibirnya, menarik kursi dan duduk di sebelah Zain
Zain membuka kotak tersebut, terdapat sebuah strip test kehamilan di dalamnya. Strip itu menunjukkan 2 garis merah yang jelas terlihat.
“ Apa artinya ... kalo garis 2 ?” tanya Zain yang sudah mulai menebak – nebak arti dari strip test itu. Tapi dia ingin Amanda yang menjelaskan langsung.
“ Strip 1 itu negatif, strip 2 itu positif “ Amanda masih belum mau menjelaskan dengan gamblang apa artinya, dia hanya memandang suaminya mengamati ekspresi yang keluar
“ Strip 2 positif ... kamu hamil ya , iya kan ?? Alhamdulillahhhhhh ...” Zain kegirangan dan menciumi istrinya tiada henti.
“ Maaf ya mas ... akhir – akhir udah membuat keadaan jadi sulit” Amanda meminta maaf ke suaminya dengan mata berkaca – kaca
“ Mas tau sekarang , kamu uring – uringan karena memang badan kamu lagi mengalami perubahan . Mas ngerti kok, ga masalah .... aku cinta kamu “ Zain kembali mencium kening istrinya
“ Udah ah cium – cium.nya , sekarang mas berdoa buat calon anak kita ... terus makanan ini kita bawa ke pesantren . Itung – itung syukuran “ pinta Amanda
Mereka bersyukur atas kebahagiaan yang diberikan berturut – turut kepada keluarga kecilnya. Syukur yang terus dipanjatkan kepada Sang Pencipta.
Esok harinya Zain dan Amanda memeriksakan kehamilan ke dokter kandungan di rumah sakit dia bekerja. Usia kandungan Amanda sudah memasuki 4 minggu. Dia juga mengalami morning sickness ringan ( mual pada masa kehamilan ) . Dokter memberikan sejumlah obat untuk ditebus. Zain menebus obat ke apotek , sedangkan Amanda meminta ijin untuk menemui kepala perawat mumpung masih di rumah sakit. Amanda ingin melaporkan kalau pelatihannya sudah selesai minggu depan, dan dia siap untuk masuk lagi ke jadwal untuk 2 minggu lagi.
Sebenarnya Zain meminta Amanda untuk mengambil cuti untuk sementara waktu selama mual muntahnya belum hilang. Tapi Amanda sudah tidak sabar untuk segera bergabung ke tim Operasi dan melakoni operasi pertamanya sebagai asisten bedah. Amanda begitu menginginkan memakai baju hijau operasi dari dulu. Amanda juga berjanji pada suaminya untuk bisa konsekuensi dengan statusnya sekarang , sebagai seorang istri, calon ibu dan karir. Zain tidak bisa mencegah istrinya karena memang itu yang dia cita – citakan.
Masa kehamilan Amanda berjalan dengan lancar , Amanda juga sangat bersemangat untuk karirnya saat ini. Dia selalu siap stand by atau on call setiap kali ada program operasi untuk timnya. Tapi tidak bisa dipungkiri terkadang rasa lelah juga datang menghampiri. Syukurlah Amanda mempunyai suami yang selalu tahu bagaimana dia bertindak. Zain selalu bisa menghibur, menenangkan dan siap siaga untuk dirinya.
Kehamilan Amanda memasuki usia 32 minggu. Semua keperluan bayi sudah dia siapkan , mama dan umi juga membeli banyak sekali perlengkapan sampai menumpuk di rumah. Amanda juga sudah mengajukan cuti melahirkan ke Kabid Keperawatan. Zain sudah membeli 2 ekor kambing untuk acara aqiqah, padahal jenis kelamin bayi belum diketahui. Mereka sengaja tidak mau melihat kelamin bayinya lewat USG, ini untuk surprize.
Kamis pagi Amanda merasa seperti air ketubannya sedikit keluar , tapi usia kandungan belum memasuki HPL ( hari perkiraan lahir ) . Dia juga merasakan nyeri pada pinggang bagian belakang . Semakin lama nyeri itu semakin bertambah. Zain memutuskan untuk membawa istrinya kontrol ke dokter kandungan.
Zain memapah istrinya dengan hati – hati memasuki mobil , lalu memacu mobilnya sedikit kencang agar lebih cepat sampai ke rumah sakit . Baru setengah perjalanan, Amanda mengatakan kalo nyerinya semakin bertambah hebat dan sang bayi seperti ingin keluar. Zain bingung bukan kepalang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia hanya berpikir untuk menghubungi Umi dan meminta Umi untuk segera datang menyusul ke rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit Amanda langsung dibawa ke ruang kebidanan. Ternyata memang sudah mengalami pembukaan 4. Tidak berselang lama Umi datang bersama Sinta dan menggantikan untuk menunggu Amanda . Zain diminta untuk bertemu dokter, dokter menjelaskan bahwa bayinya memang harus dikeluarkan. Amanda sering mengalami kelelahan dengan banyaknya aktifitas . Ini memacu kelahiran yang lebih cepat dari perkiraan. Bayinya dalam kondisi baik dengan berat badan yang cukup, jadi bisa dilakukan persalinan secara normal. Zain setuju saja dengan dokter yang terpenting ibu dan bayi selamat.
Persalinan berlangsung tidak lama , Zain mendengar suara bayi menangis cukup kuat dari dalam ruang bersalin. Rasa syukur kembali dia ucapkan untuk kedatangan seorang anggota baru di keluarganya. Zain dipersilahkan masuk untuk mengadzani bayinya. Zain melihat seorang bayi laki – laki dengan panjang 50cm, berat 3kg, berwarna merah dan tampan terbungkus kain bedong di depannya. Dia memandang bayi itu dengan haru dan bahagia , air mata menetes tidak terasa keluar dari matanya, lalu Zain mengumandangkan adzan untuk putranya di telinga kanan. Adzan yang pertama kali diperdengarkan untuk menyambut hidup baru dan memulai awal kehidupan bersamanya.
Setelah meletakkan bayinya kembali, Zain mendekat ke istrinya yang baru selesai mendapat tindakan dari dokter dan bidan.
“ Bayi kita laki – laki. Sehat , lengkap, tampan, kulitnya merah, kata orang kalau waktu lahir berwarna merah brati nanti kulitnya bakal jadi putih bersih, hidungnya mancung, rambut hitam lebat. Dia mempunyai mata seperti matamu “ Zain memberikan gambaran ke Amanda, dia memandang lekat istrinya , mengelus rambutnya, dan mengatakan “ Terima kasih, terima kasih untuk kebahagiaan yng tidak ternilai ini “
Amanda tersenyum dan berlinang air mata mengetahui bayinya terlahir dengan sehat dan tidak kurang suatu apapun. Semua kesakitan yang dia rasakan seakan sirna. Kesakitan ini tidak ada artinya dibanding kebahagiaan yang dia rasakan. Amanda memegang tangan Zain dengan erat, dia terlalu lemas untuk berbicara terlalu banyak . Hanya air mata yang dapat menyiratkan perasaannya , dan dia sudah menjadi seorang ibu sekarang.
Terima kasih untuk like dan coment.nya mb. Dede_pratiwi
Comment on chapter aku