Loading...
Logo TinLit
Read Story - KETIKA SENYUM BERBUAH PERTEMANAN
MENU
About Us  

KETIKA SENYUM BERBUAH PERTEMANAN

 

            Karina, gadis usia 20 tahun yang mungil. Kerap teman-temannya mengejek karena badan mungilnya tidak sesuai dengan usianya. Karina gadis keturunan china yang cantik. Mata sipit dan kulit putih yang bersih yang ia miliki. Setelah 2 tahun ia berhenti bekerja dan memutuskan untuk kuliah dari hasil kerjanya di salah satu toko dekat rumah. Karina biasa dipanggil Karin yang ramah dengan senyum.

            Karin menghela nafas saat ingin memasuki ruang pendaftaran diujung sana. Dengan beberapa berkas dan fotokopian data dirinya dalam satu map besar ada di genggamannya saat ini. Ia berjalan yakin dan mampu diterima di salah satu universitas favoritnya.

            Ia tersenyum dengan beberapa panitia penyelenggara yang ada di stand pendaftaran. Mata yang terlihat hilang saat tersenyum membuat geli para panitia yang ada disana. Namun, Karin tetap merendahkan hatinya. Tidak mudah memang memiliki keturunan yang mengharuskan Karin untuk tersenyum.

            Tiba saatnya test masuk kuliah diselenggarakan. Karin duduk ditengah dengan semua orang yang belum dikenalnya sama sekali. Teman-teman sepermainannya sudah menginjak semester 4 dan ada yang baru menginjak semester 2. Ia hanya tertinggal sendiri saat ujian hari ini. Ia tetap tegar dan fokus pada lembar jawaban saat itu.

            “Hey, kamu yang waktu itu hampir nabrak aku ya?” seorang wanita muda seusianya menghampiri.

            “Urmm… apa iya? Kalau iya, aku minta maaf ya, soalnya buru-buru..” Karin tersenyum dan seperti biasa dengan senyum manisnya.

            “Iiih kamu cantik kalau senyum, aku mau banget punya senyum seperti kamu. Oh iya, namaku Nestria. Kamu siapa?” Karin kaget. Ia diajak berteman hanya modal senyum yang terkadang membuatnya tak percaya diri.

            “Oh i-iya, nama aku, Karina panggil aja Karin,” jawabnya seraya membalas jabatan tangan Nestria.

            “Kamu ambil jurusan apa?” Nestria mengajak Karin duduk di bangku kampus yang kosong setelah 1 jam berlalu ujian usai.

            “Manajemen Informatika, kalau kamu?” Tanya Karin seraya menyeruput es teh yang ia pesan tadi.

            “Aku ambil seni tari, sepertinya gedung kita bersebelahan deh, jadi kita bisa ketemu tiap selesai kuliah, gimana?” Karin mengangguk senang.

            Mereka saling bercakap dan tak terasa sudah hampir 1 jam lamanya. Karin mengahabiskan es teh nya saat Nestria meminta nomor telepon Karin saat itu juga. Karin kembali tersenyum dan Nestria kembali memuji senyuman Karin. Karin tersipu malu kemudian memerah pipi putihnya. Mereka berpisah dan pulang kerumah masing-masing.

            Karin menjadi sangat khawatir saat hari ini adalah pengumuman penerimaan mahasiswa baru dikampus. Karin membuka Koran yang telah ia beli tadi siang. Panas dingin menjadi andalannya saat sedang menunggu sesuatu. Ia terus mengepalkan kedua tangannya dan belum membuka Koran itu. Masih tertutup rapat dan belum ia sentuh.

            Karin membuka perlahan dan mulai mencari namanya disana kemudian mendapatkan nomor pendaftarannya dan tertera ada namanya disana. Ia menjerit gembira tak tertahankan. Panas dingin berubah menjadi panas dingin yang sangat membuat dirinya ingin terbang.

            Ia teringat satu orang. Orang yang memuji senyumannya dan mengajaknya berbincang saat 1 jam tegang dalam ruangan ber-AC saat itu. Ia mengingat nama dan jurusannya saat itu juga dan mulai melihat nama gadis muda itu. Mata dan penglihatannya ia tajamkan dengan penuh seluruh semua isi kolom itu ia perhatikan.

            Namun sayang, nama yang ia temui tidak ada. Yang ada hanya di jurusan Manajemen Informatika seperti dirinya. Padahal, ia sangat ingat, Nestria mengambil jurusan Seni Tari. Ia menjadi lesu. Kapan lagi Karin mendapatkan teman seperti Nestria di dunia perkuliahan nanti. Ia adalah teman yang bernasib sama sepertinya. Menunggu 2 tahun bekerja supaya bisa menikmati hasil dari pekerjaannya itu.

            Karin mengambil langkah cepat, mengambil handphone dan mengirimi Nestria beberapa pesan, menanyakan apakah dia lulus dalam kampus yang sama dengannya. Namun sudah hampir 2 jam ia menunggu tidak ada balasan dari Nestria.

            Karin meletakan handphonenya dan kembali tidur. Lesu dan masih berfikir. Kemana gadis itu. Apakah ia tidak jadi kuliah dan apakah ia akan pergi ke Jakarta dan kuliah disana?. Pertanyaan macam apa ini, tengah malam yang mengganggu fikirannya.

**

            Karin menyabet tas untuk ospek pertama hari ini. Apakah ada lagi teman seperti Nestria hari ini. Karin hanya bisa bermodalkan senyum tanpa ada sapa kali ini. Ia malas dan menjadi amat lesu. Ia keluar rumah tanpa pamit kepada Ibu. Ketika sepertiga perjalanan, ia baru sadar lupa mencium tangan Ibu.

            Ia mulai memasuki gerbang kampus baru. Dengan beberapa bawaan yang telah disiapkan dengan semua persiapan lengkap dari sebelum hari ini datang.

            “Kariiinn…” Karin menoleh saat suara gadis yang dikenali mulai menyapa.

            “Nestriaa…” ucapnya senang.

            Wajah Nestria kembali pada tatapannya kali ini. Wajah murung Karin telah lenyap. Mereka saling bertatapan seperti 2 sahabat yang tidak bertemu selama bertahun-tahun. Karin kembali tersenyum dan Nestria membuatnya membalas senyum itu.

            Mereka duduk berdekatan dan sepertinya Tuhan telah menakdirkan mereka bersama. Apaka ini yang dinamakan sahabat tanpa waktu dan senyum berbuah pertemanan. Dalam waktu ini, Karin tidak akan menyia-nyiakan pertemanan mereka. Hanya Nestria yang mampu memberi kebahagiaan pertemanan ini kepada Karin.

**

            Karin mengambil helm dan menaiki sepeda motor miliki Nestria seraya memakai tas ransel ke punggungnya. Ribet. Rambut yang belum sempat ia sisir sudah dipakaikan helm.

            “Rin, ribet amat sih!” ujar Nestria memburu supaya mereka tidak telat.

            “Sabar, ini rambut belum disisir udah dipakaikan helm, kan gak baik..” ucap Karin saat menaiki sepeda motor Nestria.

            Tidak terasa sudah 3 tahun mereka berteman dan menjadi partner dalam sebuah organisasi. Mereka satu jurusan dan ketika Karin menemukan nama Nestria di jurusan yang sama dengannya dan itulah nama Nestria, ia mengambil jurusan itu dan tidak memberi tahu Karin saat obrolan pertama mereka.

            “Nes, kita udah hampir 3 tahun ya saat obrolan pertama kita..” Nestria menoleh.

            “Iya Rin, kangen saat-saat ospek ya! Masih cupu dan kudet, hehe..” ujarnya sambil tertawa lepas.

            Karin yakin, Nestria adalah sahabat satu-satunya yang sangat mengerti dirinya saat sedih dan senang. Semoga pertemanan ini selalu bisa bertahan hingga mereka memiliki keluarganya sendiri. Karin juga yakin, ketika senyumannya berbuah pertemanan itu memang ada dan dia sudah merasakannya tepat 3 tahun lalu.

            Rasanya ingin menangis bahagia saat memeluk sahabat lamanya itu telah siap menampung segala kesedihan dan senangnya Karin saat ini juga. Mereka duduk berjejer dan mengingat beberapa hal kecil saat mereka pertama kali bertemu didepan stand pendaftaran kala itu. Lucu namun sangat berarti untuk sebuah kenangan yang tidak dapat dilupakan lagi.

How do you feel about this chapter?

2 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kisah Alya
335      238     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Letter hopes
1137      626     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
FaraDigma
1365      681     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
Aku Benci Hujan
7380      1945     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Time Travel : Majapahit Empire
53376      5566     10     
Fantasy
Sarah adalah siswa SMA di surabaya. Dia sangat membenci pelajaran sejarah. Setiap ada pelajaran sejarah, dia selalu pergi ke kantin. Suatu hari saat sekolahnya mengadakan studi wisata di Trowulan, sarah kembali ke zaman kerajaan Majapahit 700 tahun yang lalu. Sarah bertemu dengan dyah nertaja, adik dari raja muda Hayam wuruk
Dia yang Terlewatkan
396      272     1     
Short Story
Ini tentang dia dan rasanya yang terlewat begitu saja. Tentang masa lalunya. Dan, dia adalah Haura.
Laci Meja
499      337     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
Rindu
407      298     2     
Romance
Ketika rindu mengetuk hatimu, tapi yang dirindukan membuat bingung dirimu.
Kita
706      463     1     
Romance
Tentang aku dan kau yang tak akan pernah menjadi 'kita.' Tentang aku dan kau yang tak ingin aku 'kita-kan.' Dan tentang aku dan kau yang kucoba untuk aku 'kita-kan.'
IDENTITAS
709      484     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.