Desa Quel, ??? ???
Kediaman kepala suku, Siang hari
Vain yang di temani Gorla bertemu dengan kepala suku Desa Quel, Vain yang meminta bantuan kepada kepala suku desa Quel untuk mencari tahu apa yang terjadi kepadanya.
“ Kepala suku desa Quel, Querla sudah berumur 150 tahun jadi jaga sikapmu “ Gorla berbisik kepada Vain sebelum memasuki ruangan kepala suku desa Quel
“ Tenang saja “ Vain membalas
Sesampainya di dalam ruangan kepala suku desa Quel, seorang wanita yang terlihat tua sedang duduk di tengah – tengah ruangan di damping dua orang penjaga.
“ Masuklah dan silahkan duduk “ Kepala suku desa Quel, Querla mempersilahkan Vain dan Gorla untuk masuk dan duduk
Vain dan Gorla kemudian duduk di depan kepala suku desa Quel
“ Aku butuh bantuan .. “ Vain memohon
“ Ya aku sudah tau apa yang terjadi kepadamu “ Querla menyela Vain
“ Vain sudah kubilang “ Gorla kesal dengan sikap Vain
“ Gorla sudah tidak apa – apa “ Querla tersenyum
“ Yang terjadi kepadamu seperti legenda yang pernah tertulis ribuan tahun yang lalu sebelum daratan Neverends menjadi satu benua, Legenda ini disebut Kronos Bend yang berarti retaknya ruang dan waktu yang mengakibatkan kekacauan di dalamnya, dahulu kala kejadian ini pernah terjadi sekali dan itu di sebabkan oleh seorang putri yang ingin mengembalikan waktu karena pangerannya terbunuh dalam perang. “ Querla bercerita
“ jadi apa ad acara untuk kembali ke duniaku? “ Vain menyela Querla
“ dengarkan dulu sampe akhir cerita ini “ Querla melanjutkan ceritanya
“ Putri yang berhasil memutar balikan waktu terjebak dalam ruang dan waktu, dan tidak dapat kembali ke dunia asalnya maupun bertemu dengan sang pangeran semasa hidupnya, sang putri ini menggunakan sihirnya untuk menghancurkan ruang dan waktu, karena kekuatan sihirnya yang cukup kuat dan terbentuklah retakan di ruang dan waktu tersebut, ketika ruang dan waktu tersebut retak beberapa dunia yang ada di dalamnya mulai bertabrakan dan sekarang dunia tersebut telah terbuat menjadi daratan ini, disebut Neverends karena dunia – dunia yang bertabrakan tersebut, lalu sang putri pun wafat di karenakan kehabisan energy sihir yang digunakannya secara berlebihan “ Querla bercerita panjang
“ Bagiku tidak masalah tidak dapat kembali tapi yang membuatku bingung kenapa kejadian ini bisa terjadi kepadaku? “ Vain yang tadinya berharap dapat kembali ke dunianya sontak lansung berubah menjadi penasaran akan yang terjadi kepadanya.
“ Sepertinya ada seseorang yang memiliki kekuatan seperti sang putri bahkan bisa lebih hebat dari dia, Apa kamu tidak mengingat apa yang terjadi sebelumnya? “ Querla bingung
“ Sebenarnya setiap kali aku mencoba mengingat kejadian itu kepalaku lansung sakit yang luar biasa “ Vain menjawab
“ Mungkin ada seseorang di daratan untama yang dapat menjawab apa yang terjadi, karena yang aku takutkan orang yang melakukan ini kepadamu dapat melacakmu, ini semacam sihir yang kekuatanya melampaui batas normal jadi untuk sementara waktu jangan mengingat hal kejadian itu dulu “ Querla yang tadinya tenang tiba – tiba berubah menjadi khawatir akan yang terjadi kepada Vain.
“ Jika kamu mau ke daratan utama aku bisa mengantarmu kesana, tapi beberapa hari kedepan akan ada festival berburu, aku Gorla! Sebagai pejuang terkuat desa Querla tidak dapat meninggalkan acara ini “ Gorla dengan rasa bangga memberikan bantuan kepada Vain
“ Kalau begitu aku kita tunggu sampai acara festival berburu selesai “ Vain membalas
“ Vain takdir yang menunggumu di depan sana sangat pekat, tidak dapat terlihat olehku jadi selagi kamu disini belajarlah bertarung dengan Gorla dia sangat ahli dalam bertarung “ Querla memegang dan melihat telapak tangan Vain
“ Hehe tentu saja Gorla! “ Gorla semakin merasa bangga terhadap dirinya
“ Tapi dia bodoh dalam banyak hal, dan tidak dapat menggunakan sihir jadi tolong jaga dia Vain “ Querla dengan nada sedikit menyindir
“ Ehehe “ Gorla tersipu malu
“ Sepertinya akan merepotkan “ Vain tampak tersenyum sedikit
Setelah berbincang – bincang dengan kepala suku Querla, Gorla mengajak Vain berkeliling desanya yang tidak terlalu besar. Setelah berkeliling desa Gorla mengajak Vain ke suatu lapangan yang cukup luas di luar desa, di sini Gorla mengajarkan beberapa teknik dasar dalam bertarung melawan hewan buas ataupun manusia.
“ Pilihlah senjata yang cocok untukmu “ Gorla memberikan beberapa senjata kepada Vain.
“ Sepertinya pisau saja, aku cukup baik dalam menggunakan pisau ( saat memasak di dapur ) “ Vain memilih senjata sejenis pisau dari Gorla.
“ Ini bukan pisau ini adalah Short Sword “ Gorla menghela nafas dan memberi tahu Vain.
“ Hehehe mirip seperti pisau di dapur “ Vain menyeringai tertawa.
“ Cobalah menyerangku aku akan menilai apa kamu harus di ajari bertarung atau tidak “ dengan sikap sombong Gorla mengangkat tanganya dan memancing Vain.
Vain menggunakan short sword dengan tenang menghadapi Gorla yang memegang dua kapak Tomahawk di tanganya.
“ Tunggu sebentar aku lupa, ini pakailah tameng kecil Buckler ini sangat cocok di gunakan dengan senjatamu “ Gorla melempar tameng tersebut.
Setelah memakai tameng, Vain berencana untuk menyerang duluan dari arah depan, Vain berlari sembari mengangkat tangan kirinya yang di pasangkan tameng untuk melindungi daerah sekitar dada dan tangan kanannya yang memegang pedang ke arah belakang. Gorla yang sudah dalam jarak jangkauan pedang Vain, tanpa berfikir lama Vain mengayunkan pedangnya dari arah belakang menebas dari arah samping kanan, Gorla pun dengan mudah menghindari serangan tersebut dengan melompat mundur kebelakang, namun tindakan itu menguntungkan Vain yang dalam keadaan lari mengayunkan tamengnya ke arah muka Gorla dan menabraknya, Gorla pun terpental jatuh kebelakang, Gorla yang terjatuh lansung berguling dan melompat kebelakang kembali berdiri ke posisi semula.
“ Ternyata kamu boleh juga, tapi masih 10 tahun lebih cepat untuk mengalahkan Gorla! “ Gorla bersemangat dan bersiap dalam posisi menyerang.
Tiba – Tiba dari arah belakang Gorla muncul sosok Wanita dan dia ternyata adalah ibunya Gorla.
“ Apa yang kau lakukan dasar bodoh! “ Ibu Gorla menjitak kepala Gorla dan memarahi dia
“ Vain baru saja sehat sehabis tidak sadarkan diri, bagaimana bisa seorang petarung hebat melawan orang yang baru sembuh, mamah kecewa! “
“ Tapi mah Gorla hanya melatih Vain untuk acara festival besok “ Gorla tampak takut menjawab ibunya.
“ Tidak ada alasan, cepat pulang! “ Ibu Gorla tiba – tiba membanting Gorla yang berbadan besar dengan mudahnya.
“ ( Gorila! ) “ Vain terkejut dengan apa yang terjadi.
Tidak terasa matahari pun sudah mulai terbenam, Vain, Gorla dan Ibunya kembali kerumah untuk makan dan istirahat untuk persiapan besok.
“ ketika malam hari monster – monster menjadi semakin buas, itu di karenakan bulan di langit yang berwarna ungu yang berada di ujung cakrawala, memang sudah dari dulu seperti itu tapi belakangan ini warnanya semakin terang dan monster – monster menjadi semakin buas “ Ibu Gorla bercerita kepada Vain di ruang tamu.
“ Selagi ada Gorla tidak perlu takut akan malam hari “ Gorla sembari membanggakan dirinya.
Vain pun beristirahat mengakhiri hari. Keesokan harinya Vain, Gorla dan penduduk desa berkumpul di tengah desa di depan rumah kepala suku dan bersiap memulai festival.
“ Peraturanya seperti biasa, tangkapan yang bernilai tinggi dialah yang menang “ Querla sebagai kepala suku mengumumkan festival akan dimulai.
“ Semua yang berasal dari Neverends akan kembali kepadanya, Festival di mulai! “ Querla berdoa dan Festival berburu pun di mulai.
Vain, Gorla, dan semua peserta yang ikut dalam lomba ini pergi ke hutan utara Howling Forest. Sesampainya di sana Vain dan yang lain berpencar berburu monster dengan nilai tinggi, Vain yang baru pertama kali berada di dalam hutan merasa bingung dan tidak tahu harus kemana, dia pun asal memilih arah. Tidak lama berada di dalam hutan Vain tiba di depan sebuah air terjun yang cukup besar.
“ Sepertinya aku sudah masuk hutan terlalu jauh, harusnya aku bertanya dulu kepada ibunya Gorla bodohnya aku “ Vain menggerutu sendiri sembari menghela nafas.
“ ( Vain ... ) “
“ ( Vain …) “
Vain mendengar sesuatu seperti ada yang memanggil namanya, namun dia tidak tahu dari arah mana suara yang memanggilnya itu. Vain yang mencoba mendekati air terjun dengan waspada.
“ Sepertinya tidak terlalu dalam, aku bisa mendekat “ Vain mulai mendekati air terjun.
Ketika Vain sudah dekat dengan air terjun dia mendengar ada suara gemuruh dari dalam air terjun, Vain pun mencoba mengecek apakah ada jalan memasuki air terjun tersebut, dan benar diapun memasuki tempat itu. Vain masuk lebih dalam ke dalam goa yang berada di dalam air terjun tersebut, sesampainya di dalam dia melihat ada seorang perempuan yang tertidur di atas batu besar, Vain pun mencoba mendekati perempuan tersebut.
“ Apa ini, kenapa ada anak kecil di tempat seperti ini dan sedang tidur? “ Vain bertanya kepada dirinya sendiri dan merasa bingung.
Suara gemuruh pun semakin keras dan munculah dari arah depan Vain seekor monster ular raksaksa.
“ Astaga … monster itu sungguhan ada … “ Vain hanya bisa bengong dan terkejut melihat monster tersebut.
“ Shhhhhh!! “ tampaknya monster tersebut bersiap menyerang Vain.
Vain segera berlari mengitari ruangan besar tersebut, kepala ular tersebut terus mengikuti pergerakan Vain.
“ Apa yang harus aku lakukan, tidak ada waktu untuk berfikir, aku tidak boleh kalah dengan mahluk ini “ Vain meyakinkan dirinya untuk tetap kuat.
Ular tersebut menyerang dengan kepalanya, namun Vain sudah menduga hal itu akan terjadi Vain pun menghindar dan berlari memutari Ular tersebut dan berniat menyerang bagian belakangnya, namun buntut ular tersebut menghantam badan Vain, Vain pun terpental ke dinding goa tersebut, akibat luka yang di terimanya secara telak Vain pun memuntahkan darah.
“ Sial … tidak kusangka mahluk ini dapat berfikir “ Vain pun mengelap darah di mulutnya dan kembali menyerang.
Vain kembali bangkit dengan luka yang di terima Light Armor yang dia pinjam dari Gorla pun rusak, jika dia terkena serangan sekali lagi badan nya akan rusak. Vain kembali memutari ular tersebut sembari menghindari serangan kepalanya, dan kepala ular tersebut menyerang seperti yang sudah di tunggu Vain, Kepala ular tersebut menabrak dinding goa dan dengan cepat vain menusuk kan pedangnya ke bagian samping ular tersebut. Pedang Vain tersangkut di badan ular dan sulit untuk di cabut, karena ular itu memberontak Vain pun terombang – ambing di udara sambil ber pegangan kuat pada pedangnya, namun akhirnya Vain terpental ke arah batu besar dimana perempuan tadi tidur. Vain pun memuntahkan darah lagi tapi sekarang lebih banyak, Vain hanya bisa bersandar dan menunggu ajalnya, Ular itupun mendekati Vain dan mulai membuka mulutnya lebar – lebar.
“ Tidak akan ku biarkan Pangeranku mati lagi “
Vain mendengar suara di dalam kepalanya
“ Sial … “ Vain hanya bisa pasrah
Ketika ular itu ingin segera melahapnya, tiba – tiba sebuah pedang jatuh di atas kepalanya dan menancap hingga ke tanah, Vain pun pingsan. Tidak lama kemudian Vain terbangun dari pingsannya dan melihat bangkai ular tersebut masih di depannya, Vain berusaha bangkit mencoba menahan rasa sakit yang di rasakannya, luka luar Vain tidak begitu parah tapi efek serangan sebelumnya membuat luka dalamnya cukup menghawatirkan. Vain segera menggendong anak kecil yang tertidur tersebut dan bergegas keluar dari goa tersebut, Vain keluar dari goa tersebut dengan berjalan tertatih – tatih, sesampainya mendekati mulut goa pandangan Vain mulai kabur lagi, tapi Vain berusaha untuk tetap sadar. Sesampainya di loar goa Vain sudah tidak sanggup lagi dan pingsan ke dalam air yang mengalir.
“ bunyi apa barusan? … huh, ada orang mengambang di air! “ seseorang melihat Vain dan anak kecil di dekat air terjun
“ Cepat tolong mereka! “ beberapa orang kemudian menolong Vain dan anak kecil tersebut dan membawanya kembali ke desa.