Loading...
Logo TinLit
Read Story - ALUSI
MENU
About Us  

 

Pukul 2 siang di dalam rumah sakit jiwa di Surabaya.

Nhay berjalan cepat dari parkiran menuju tempat dimana psikiater yang memeriksa keadaan Nao menunggunya. Beberapa perawat bahkan langsung menyapa dan mempersilahkan masuk karena memang hasil pemeriksaan itu sudah keluar. Sedangkan terlihat jelas dari jauh jika adiknya Nao pun datang ke situ. Namun karena ragu, dia memilih untuk sedikit menjauh dari ruangan itu.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Nhay seketika sampai dan duduk di depan psikiater ternama yang sudah dipanggilnya jauh-jauh untuk memeriksa kesehatan Nao. Psikiater itu pun segera menunjukkan beberapa lembar hasil pemeriksaan psikis maupun fisik.

“Skizofrenia?!” Nhay terkejut seketika. Bahkan dengan hitungan detik saja dia sudah lemas. Seolah harapan yang sudah dibangunnya selama ini untuk bisa menyembuhkan Nao pupus sudah. “Sebelumnya saya sudah bertanya ke psikiater yang dulu jika belum bisa dipastikan Nao menderita skizofrenia. Jadi saya pikir ini hanya semacam depresi yang bisa disembuhkan. Tapi ini,” Nhay menghela napas berat dengan kedua mata yang sudah buram.

“Pasien sudah memiliki dunianya sendiri. Dia sangat pasif terhadap aksi karena memang penglihatan, pendengaran maupun ingatannya sudah lepas dari sebenarnya. Tapi meski penyakit ini tidak bisa disembuhkan, saya usahakan untuk meringankan gejalanya dan menurunkan delusinya. Dan yang pasti, saya juga memohon agar pihak keluarga dan teman-temannya bisa membantunya untuk proses pemulihan ini. Karena seperti yang diketahui sebelumnya, kemungkinan bunuh diri tetap ada. Jadi kedepannya pasien harus lebih diperhatikan.”

Nhay pun mau tidak mau harus menerima kenyataan yang baru saja didengarnya itu. Walaupun sempat terkejut dan cukup kecewa dengan hasilnya, namun itu yang harus diketahuinya. Karena seperti kematian yang tidak diketahui jadwalnya, takdir pun demikian. Tidak ada yang tahu bagaimana bahasa sebuah takdir dan juga penokohannya. Jadi meskipun ini terlalu sulit dan teramat sakit, namun Nhay harus menerimanya. Setidaknya dia harus menerimanya... seperti seorang Nao yang mencintainya.

Setelah menyelesaikan beberapa kepentingan, Nhay pun segera keluar dari ruangan itu. Lalu dilihatnya dari jauh sosok gadis muda yang tengah berdiri tak jauh darinya itu. Dari kedua mata gadis itu nampak jelas tanda tanya besar untuk Nhaya. Seolah kedua matanya tengah bertanya tentang keadaan kakak yang disayanginya itu.

Nhay pun berjalan mendekat. Lalu dipeluknya hangat sosok gadis itu seolah menyuruhnya untuk menjadi kuat.

“Apa yang terjadi?” Gadis itu mulai membuka mulutnya dengan pikiran yang kembali kacau. “Apa hasilnya, Kak? Apa kakakku baik-baik saja? Apa kakakku bisa sembuh? Huh? Jawab aku, Kak!” Dia terus bertanya tanpa henti. Karena meskipun dia sudah cukup mengerti tentang apa yang terjadi, namun dia ingin memastikan bahwa semua baik-baik saja. Dia hanya ingin berharap satu kali lagi bahwa kakaknya baik-baik saja.

“Maafkan aku.” kata Nhay pelan sembari mengelus rambut gadis itu. Dia pun menangis. Dua perempuan itu menangis. Saling terisak sama pahitnya dengan kesakitan yang sama pula. Seolah ingin saling menguatkan, mereka eratkan pelukan itu hingga Tuhan sendiri yang datang memeluk mereka.

-------------------

Awal aku mengenalnya, ia menungguku di depan gerbang sekolah. Saat itu ia sangat jelek. Meskipun anak orang kaya, tapi penampilannya tak menunjukkan hal itu. Ia berdiri di samping pos satpam dengan buket bunga yang cukup besar. Ia juga menyiapkan sebuah kado. Sangat cantik dengan pita merah muda yang aku suka.

Ketika aku berjalan melewatinya, tiba-tiba ia menghentikanku dengan tangannya yang langsung menarik lenganku. Ia tersenyum. Lalu ia berikan buket besar itu beserta kado yang semakin membuatku terkejut dan bingung. Aku bahkan beberapa kali berusaha untuk menolak itu semua karena aku sama sekali tak mengenalnya. Namun bukan Nao jika menyerah begitu saja. Ia pun terus melakukan itu setiap hari hingga membuatku mengenalnya. Lelaki yang biasanya aku sebut ‘lelaki gila’ mulai berubah sebutan sebagai ‘Nao’ di keseharianku.

Namun karena itu juga ia mulai menyebarkan virus di sekolah. Ia mengatakan ke semua orang jika aku dan ia pacaran. Awalnya aku sangat malu sekaligus marah. Tapi meskipun aku melontarkan kata-kata kasar atau memukulnya, besoknya ia tetap menyebarkan virus itu dan membuatku menyerah dengan sendirinya. Aku pun membiarkan dan mulai terbiasa. Bahkan karena setiap hari ia membawakanku bekal, ketika ia tidak masuk sekolah aku selalu merasa sekarat meskipun di sakuku banyak uang. Karena tidak hanya akan menghabiskan waktu istirahat tanpa bekal, aku juga akan sendirian ketika pulang sekolah. Karena setiap hari ia akan menungguku di depan gerbang dan memaksaku untuk pulang jalan kaki berdua.

Dari awal aku memang tak pernah bilang jika aku menyukai itu semua. Aku berlari menjauh jika Nao mendekatiku di depan teman-teman. Aku juga sering menjelekkannya di depan Zhia ketika Zhia mulai curiga dengan kedekatanku itu. Tapi meski begitu, ketika tak ada satu pun orang yang mengenalku melihatnya, aku membiarkan ia menggandeng tanganku. Aku juga membiarkan ia memelukku. Bahkan aku akan menginginkan itu setiap kali merasa butuh. Karena bagiku, tak ada pelukan ternyaman selain pelukan lelaki itu.

Beberapa bulan bersama, aku sangat bahagia. Meski sesekali aku masih mendekati Ezha, namun ia tetap menyukaiku dan mewanitakan aku dengan sangat baik. Ia juga pernah bilang jika aku tak perlu mencintainya. Karena selama aku menyukai kebersamaanku dengannya, itu sudah cukup. Biarkan ia yang mengembangkan dan menumbuhkan cinta itu. Karena dengan begitu, ia bisa melindungiku tanpa membuatku tersakiti.

“Aku harap kau bahagia di duniamu yang sekarang.” kata Nhay pelan yang tengah duduk di depan Nao. Menatapnya dalam dengan air mata yang sudah mengalir dari beberapa saat yang lalu. Dia juga tengah memegang tangan kiri Nao. Menggenggamnya hangat dengan mimik wajahnya yang mengungkapkan kasih sayang. “Dari dulu aku sangat penasaran tentang apa yang kau lihat di balik jendela itu. Tapi mulai sekarang, daripada penasaran aku akan lebih memilih untuk selalu berdoa. Semoga di dalam lamunanmu itu, kau bahagia. Kau bertemu dengan perempuan cantik yang membuatmu tersenyum tanpa sakit.”

Nhay tersenyum parau. Melihat Nao yang tak juga meresponnya dan masih saja melamun di pojok ruang, membuatnya semakin merasa sulit. Karena jika yang dikatakan psikiater itu benar, maka dia harus menerima kenyataan jika Nao akan seperti itu selamanya. Lelaki pemilik pelukan hangat itu akan terus terkurung dengan dunianya sendiri dengan tampilan menyedihkan seperti itu.

“Maaf karena dulu aku tak mencarimu. Meskipun aku merindukanmu, tapi aku membiarkan ego menguasaiku. Maaf!” Nhay menangis semakin deras. Dicengkeramnya baju Nao dengan kepalanya yang menunduk dalam. Terus terisak lebih keras dengan kesakitan yang semakin menyesakkan dadanya.

Namun apapun itu, penyesalan tak ada gunanya. Meskipun diary usang yang terjadi di beberapa tahun lalu sudah terbaca, untuk menangisi itu sudah tak dibutuhkan. Karena seperti Tuhan yang menakdirkan alur, begitu juga sebuah cinta. Jika waktu sudah berjalan di batas rohnya, maka cinta yang sesungguhnya akan meluap menjadi rasa sakit yang tak bisa ditahan. Dan jika itu yang terjadi, maka tak akan ada senyuman yang melebihi air mata itu sendiri. Seperti Nao yang selalu mencintainya dan menunggunya di depan gerbang sekolah, meskipun saat ini Nhaya menangis di depannya, itu sudah tak dibutuhkan. Karena takdir Tuhan sudah dijalankan.

“Tapi meskipun ini terlambat, aku ingin mengatakannya. Meskipun kau tidak mendengarkan dengan baik, tapi aku akan mengatakannya!” Nhay perlahan mulai mengangkat kepalanya dengan berat. Terisak beberapa saat dengan air mata yang menurun lambat. Lalu masih dengan tatapan yang penuh rasa sedih itu, dia berkata dengan nada tegasnya. “Kenyataan bahwa aku mengenalmu... kenyataan bahwa aku memiliki banyak kenangan tentang kita... dan kenyataan bahwa kau mencintaiku... aku tak pernah menyesalinya. Karena dengan mengenalmu aku tersenyum... dengan memilikimu di sampingku aku merasa tenang. Aku menjalani hari dengan sangat bahagia. Melihatmu menyambutku di depan kelas setiap pagi... memarahimu karena telat memberikanku bekal makan siang... memukulmu karena berani memegang tanganku ketika pulang bersama... juga menikmati malam yang indah di bubungan atap... aku menyukai itu semua. Bahkan ketika kau mengkhayal bodoh dan memimpikan sesuatu yang berlebihan, aku menyukai itu. Aku menyukai khayalanmu itu... karena aku bahagia.” Nhay perlahan menyatukan tangan kirinya untuk ikut menggenggam tangan kanan Nao bersamaan. Lalu dengan seuntas senyuman yang penuh air mata, ia kembali meneruskan. “Karena aku menyukaimu. Dan kenyataan itu, mulai saat ini kau harus hidup dengan memahami itu di dunia delusimu. Harus.”

Nhay tersenyum sekali lagi dengan amat cantik. Meski Nao tak melihatnya, namun dia ingin meyakinkan diri sendiri bahwa Nao bisa merasakannya. Kenyataan bahwa dia ada di sampingnya, Nao harus mengerti itu. Dan perlahan, dengan air mata yang kembali terjatuh bergantian, dia berdirikan setengah tubuhnya lalu dia jorokkan ke arah Nao. Dia cium kening lelaki itu dengan sangat lembut dan dengan air mata yang berjatuhan tanpa penyesalan.

Jika Tuhan memiliki takdir lain untuk kita berdua, aku yakin itu lebih baik daripada mencintaiku dan terluka seperti ini. Jadi jika Tuhan memiliki takdir lain untuk kita berdua, aku harap aku yang gila,

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kinanti
1635      730     1     
Romance
Karena hidup tentang menghargai yang kamu miliki dan mendoakan yang terbaik untuk masa nanti.
Ignis Fatuus
2058      781     1     
Fantasy
Keenan and Lucille are different, at least from every other people within a million hectare. The kind of difference that, even though the opposite of each other, makes them inseparable... Or that's what Keenan thought, until middle school is over and all of the sudden, came Greyson--Lucille's umpteenth prince charming (from the same bloodline, to boot!). All of the sudden, Lucille is no longer t...
CATCH MY HEART
2831      1101     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Tembak, Jangan?
255      214     0     
Romance
"Kalau kamu suka sama dia, sudah tembak aja. Aku rela kok asal kamu yang membahagiakan dia." A'an terdiam seribu bahasa. Kalimat yang dia dengar sendiri dari sahabatnya justru terdengar amat menyakitkan baginya. Bagaimana mungkin, dia bisa bahagia di atas leburnya hati orang lain.
A Slice of Love
293      246     2     
Romance
Kanaya.Pelayan cafe yang lihai dalam membuat cake,dengan kesederhanaannya berhasil merebut hati seorang pelanggan kue.Banyu Pradipta,seorang yang entah bagaimana bisa memiliki rasa pada gadis itu.
ARTURA
317      255     1     
Romance
Artura, teka-teki terhebat yang mampu membuatku berfikir tentangnya setiap saat.
Jingga
6124      1557     2     
Romance
Kehilangan memang sangat menyakitkan... Terkadang kita tak mampu mengekspresikan kesedihan kita membuat hati kita memendam sakit... Tak berakhir bila kita tidak mau mengakui dan melepas kesedihan... Bayang-bayang masa lalu akan selalu menghantui kita... Ya... seperti hantu... Jingga selalu dibayangi oleh abangnya yang sudah meninggal karena kecelakaan... Karena luka yang mendalam membuatnya selal...
Persinggahan Hati
2071      836     1     
Romance
Pesan dibalik artikel Azkia, membuatnya bertanya - tanya. Pasalnya, pesan tersebut dibuat oleh pelaku yang telah merusak mading sekolahnya, sekaligus orang yang akan mengkhitbahnya kelak setelah ia lulus sekolah. Siapakah orang tersebut ? Dan mengakhiri CInta Diamnya pada Rifqi ?
Ruang, Waktu Dan Cinta
5241      1714     0     
Romance
Piya Laluna, Gadis yang riang itu berubah kala ia ditinggal ayahnya untuk selama-lamanya. Ia kehilangan semangat, bahkan ia juga jarang aktif dalam komunitas sosialnya. Selang beberapa waktu, ia bertemu dengan sosok laki-laki yang ia temui di beberapa tempat , seperti toku buku, halte, toko kue, dan kedai kopi. Dan di ruang waktu itulah yang memunculkan rasa cinta diantara keduanya. Piya yang sed...
Sepasang Dandelion
6935      1375     10     
Romance
Sepasang Dandelion yang sangat rapuh,sangat kuat dan indah. Begitulah aku dan dia. Banyak yang mengatakan aku dan dia memiliki cinta yang sederhana dan kuat tetapi rapuh. Rapuh karena harus merelakan orang yang terkasihi harus pergi. Pergi dibawa oleh angin. Aku takkan pernah membenci angin . Angin yang selalu membuat ku terbang dan harus mengalah akan keegoisannya. Keindahan dandelion tak akan ...