Read More >>"> Light in the Dark (4(Bintang aneh)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Light in the Dark
MENU
About Us  

4

Bintang aneh

            Bintang memarkirkan motornya di depan pondok itu, dan meletakkan helmnya. Lalu, ia berjalan masuk ke dalam pondok.

            “Bintang, muka lu kenapa sampe biru gitu? bukannya lu jago berantem?” tanya temannya itu, Yogi dengan nada meledek

            “Apa sih, berisik amat lu, lu nanya apa bully gue sih sebenernya?” tanya Bintang agak sensitif, maklum bawaan kesal.

            “Bully sih, eh mau ikut ga malem ini ada balap bentar lagi.” Ujar Yogi, ia mengambil kopinya di meja lalu menyeruputnya.

            “Bu’, es kopi satu.” Pekik Bintang.

            “Wey, gue dikacangin nih, Bro! lu kenapa sih, kok ga asik banget hari ini?” tanya Yogi, dia pasti sewot kalo teman satunya ini sudah berdiam diri.

            Brian mendekat ke arah Bintang dan Yogi, lalu duduk di samping Bintang.

            “Kenapa lu? ada masalah apa?” tanya Brian.

            Bintang menggeleng, padahal terlihat jelas dari raut mukanya ia sangat tidak bersemangat.

            “Gue tau kok, pasti lu ga mood. Lu ga usah ikut balap dulu aja deh malem ini, bahaya kalo lu lagi ga mood, lu malah ikut balap. Ntar adanya lu ga fokus.” jelas Brian.

            Bintang mengambil Es kopinya dan menyereputnya, dan tak menggubris perkataan Brian.

            “Parah sih, kalo Bintang lagi ga mood kaya cewek dianya.” Yogi beranjak dari tempat duduknya dan memasang jaketnya.

            “Yaudah, kita ke arena dulu. Kalo lu mau nonton, silahkan. Kita duluan, ya!” Brian beranjak dari tempat duduknya dan mereka pergi meninggalkan Bintang sendirian di pondok.

 

 

 

 

***

 

Bulan bersandar di sofa kamarnya. Ia masih saja teringat kejadian tadi siang, saat kak Kelvin mengganggunya dan perkelahian antara Bintang dan kak Kelvin, sampai ia tak sadar bahwa bang Zafran sedaritadi mengetuk pintu kamarnya.

            “Bulan? Kok lu melamun sih? Mau kesambet lu?” tanya bang Zafran, ia duduk di samping Bulan.

            “Maaf bang, soalnya Bulan lagi banyak pr, jadi bingung mau ngerjain yang mana dulu.” elak Bulan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Gausah ngeles, lu aja ga ngerjain pr, kalo lu ngerjain pasti disini buku-buku lu udah pada berserakan semua.” bang Zafran menunjuk ke kasur Bulan yang masih rapi dan tak ada satupun buku tergeletak di kasurnya.

“Maaf bang, Bulan bohong.” Bulan menunduk, memang ia tidak pandai dalam hal berbohong.

“Buruan gih makan, ada makanan kesukaan lu tuh.” Bang Zafran beranjak dari sofa dan segera keluar dari kamar adiknya.

Bulan yang memang kebetulan lapar langsung saja keluar dari kamarnya dan menuju ke bawah untuk makan malam.

 

 

***

 

            Bintang beranjak dari tempat duduknya, dan meninggalkan pondok. Ia melajukan motornya dengan kecepatan rendah, ia menikmati angin malam yang dingin. Ia ingat 3 tahun yang lalu, pertama kali ia merasakan keluar dari rumah dan menikmati dunia malam. 3 tahun yang lalu pula, sosok Bintang Pratama berubah. Berubah drastis dari apa yang di perkirakan. Malam semakin larut, sepi semakin menjadi-jadi, Bintang memarkirkan motornya di bahu jembatan yang sepi itu. Ia mengambil HP nya dan mengetikkan nama “BULAN”

 

            “lu udah tidur?”

            Pesan itu terkirim, namun Bulan terlihat aktif 1 jam yang lalu. Mungkin Bulan sudah tidur fikirnya, ia memasukkan kembali Hpnya ke dalam sakunya dan menikmati kembali angin malam.

 

***

 

            Tidur Bulan tak nyenyak, ia masih terfikir akan kejadian itu. Ntah  kenapa kejadian itu sangat mengusik fikirannya, sampai ia pun bangun kesiangan.

            Pukul 06.00

            “Telat lagi.”

Bulan langsung saja beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi.

 

***

            Bulan keluar dari mobil dan menggoyang-goyangkan pagar, berharap Pak satpam membuka pagar.

            “Pak, pak!! Bukain dong, Pakkkk!!!” teriak Bulan sekuat mungkin, masa bodoh jika ia dikatakan “GILA” saat ini, baginya sangat penting untuk masuk karena sekarang pelajaran Bu Dahlia. Tak ada jawaban sama sekali, Bulan pun teriak lagi agar di dengar oleh pak satpam.

            Pak satpam yang tak tahan dengan pekikan Bulan pun segera menghampiri Bulan,

“Kenapa sih? Berisik banget.” Omel pak satpam, ia geram dengan Bulan. Bahkan, ia bosan melihat muka Bulan yang sering terlambat.

“Pak, pak. Bukain tolong, pak!” ujar Bulan dengan muka memelasnya.

            “GAK! MENDING PULANG SONO!” pak satpam lalu pergi meninggalkan Bulan yang masih berdiri di depan pagar.

            “Ih, gimana nih, kalo gue telat atau ga masuk pelajaran bu Dahlia kan bisa gawat urusannya,” Bulan mondar-mandir tak jelas sedaritadi, ia mencari cara agar ia bisa masuk ke kelas tanpa telat.

            Andi teman Kelvin yang melihat Bulan berdiri di depan pagar segera menghampiri Bulan.

            “Kenapa lu? telat?” tanya Andi, ia melihat ke arah Bulan yang mondar-mandir tak jelas sedaritadi.

            “Ga liat apa? Ngapain gue berdiri depan sini kalo ga telat?” jawab Bulan emosi, ia kesal dengan orang yang banyak tanya.

            “Dih, garang banget.” Andi berjalan meninggalkan Bulan yang masih berdiri di depan pagar menuju teman-temannya yang sedang nongkrong.

            “Eh, Vin. Bulan di depan tuh.” ujar Andi.

            “Ngapain dia di depan?” tanya Kelvin yang sedang asyik bermain game online bersama teman-temannya.

            “Dia telat. Samperin gih, kayaknya disini lu bisa deh bantu dia.” Andi duduk di samping Kelvin.

            “Yaudah, lu mainin game gue ya, awas lu kalo kalah!” Kelvin beranjak dari tempat duduknya dan segera menuju pagar sekolah.

            “Pak, pinjem kunci dong.” Kelvin mendekati pak satpam.

            “Mau ngapain?” tanya pak satpam.

            “Mau bukain pager buat cewek yang di depan, buruan pak!”

“Tapi ntar di balikin lagi,ya.”

“Siap, pak!” tanpa basa-basi, pak satpam langsung saja memberikan kunci pagar ke Kelvin.

Kelvin segera berjalan mendekat ke arah pagar, masih terlihat di sana Bulan tetap mondar-mandir tak jelas sedari tadi.

            Zrttttttttttttttttttttttt. Pintu pagar terbuka, bagaikan keajaiban bagi Bulan. Ia langsung saja masuk, namun ia melihat seorang lelaki yang berdiri di belakang pagar itu dengan kunci dan gembok di belakangnya.

            “Thanks, kak.” Bulan tersenyum dan berlarian menuju kelasnya, sedangkan Kelvin hanya tersenyum memandangi Bulan yang semakin lama semakin menghilang.

            Dan benar, Bu Dahlia sudah memulai kegiatan belajar mengajar di kelas.

            TOK TOK TOK.

            Bulan memberanikan untuk mengetuk pintu, berharap keajaiban mungkin Bu Dahlia mau berbaik hati menyuruhnya duduk tanpa menjalani hukuman.

            “Ngapain kamu? bawa jam tangan kan? jam berapa sekarang?” tanya wanita itu, ia memasang wajah sangarnya.

            “Jam 07.45 Bu’,” jawab Bulan sambil unjuk gigi.

            “Masih sempat jual gigi? sekarang kamu pilih tidak masuk pelajaran saya, atau masuk tapi menjalankan hukuman dari saya?” tanya wanita itu, nada bicaranya sudah tak santai.

            Ekspresi Bulan pun langsung berubah, “Saya pilih masuk tapi menjalankan hukuman dari Ibu.” jawab Bulan, ia pun bisa masuk kelas walau akan menerima hukuman, ntah hukuman apa itu.

            “Baiklah anak-anak saya akhiri pembelajaran hari ini, untuk Bulan hukuman kamu yaitu besok bantu saya persiapkan acara seminar di sekolah, sampai selesai! Ingat TIDAK BOLEH KABUR, kalau kamu ketahuan kabur, nilai kamu akan saya beri C, ingat itu!” memang Bu Dahlia ini tak pernah mentoleransi anak muridnya yang melanggar aturannya, dan itu sangat ditakuti oleh anak muridnya.

Bulan kali ini memilih menghabiskan waktu istirahatnya di taman sendirian, sedangkan Erna? Ia sedang makan di kantin bersama anak lain.

Bulan memasangkan earphone di telinganya, dan memutar lagu kesukaannya.

You don’t know babe

When you hold me

And kiss me slowly

It’s the sweetest thing

And it don’t change

If I had it my way

You would know that you are

Erna mencabut earphone dari telinga Bulan.

“Ish, apaan sih. Ganggu aja lu.” Bulan mengambil lagi earphone yang di lepaskan oleh Erna.

            “Di meja lu ada surat, nih. Baca gih, penasaran gue tuh surat dari siapa, pas gue tanya sama anak lain mereka jawab ga tau.” Kata Erna, ia menyodorkan surat itu ke Bulan.

            Bulan mengambil surat itu dan membacanya.

            “Maaf, ya. Gue gangguin lu kemarin, gue ga ada maksud buat gangguin lu kok sebenernya. Gue seneng bisa liat lu tadi pagi senyum. You are my Moodbooster.”-K.L.P-

            Bulan menutup surat itu dan menyimpannya di sakunya.

            “Dari siapa, Lan?” tanya Erna, ia sungguh penasaran akan pengirim surat itu.

            “Bukan siapa-siapa kok. Mending kita ke kelas, bentar lagi pasti masuk.” Bulan beranjak dari kursi taman. Padahal ia menghabiskan waktu istirahat di taman hanya untuk melihat Bintang, dan biasanya pula Bintang sering ke taman saat istirahat. Namun, hari ini Bintang belum terlihat batang hidungnya.

 

 

***

 

Di kelas Bintang, ramai orang membicarakan sikap Bintang hari ini, pasalnya sikap Bintang hari ini nampak beda dari biasanya. Ia hanya menghabiskan waktu di kelas dan berdiam diri sedaritadi. Reza masuk ke dalam kelas dan melihat ke arah Bintang yang duduk manis sambil menggambar sesuatu. Reza melangkahkan kakinya menuju kursi yang kosong di samping Bintang, dan duduk di samping Bintang.

“Kok lu diem aja daritadi?” tanya Reza membuka pembicaraan. Ia mengarahkan kursinya ke Bintang.

“Gapapa, gue lagi gak mood ngobrol sama siapa-siapa.” jawab Bintang, ia tetap fokus pada gambarannya yang abstrak itu.

“Yakin? Bukan karena Bulan?” tanya Reza sekali lagi.

“Apa sih, urus kantor sana. Biasa juga lu di kantor daripada di kelas.” Bintang menjauhkan kursinya dari kursi Reza.

“Lu ga kasihan apa sama gue? gue baru hari ini bisa bebas dari kantor.”

“Ngapain, kalo gue kasihan gue kasih duit receh.” Celetuk Bintang, Reza yang mendengarnya langsung berdiri dan meninggalkan Bintang sendirian.

“Dasar cowok baperan.” gumam Bintang pelan, ia melanjutkan gambarannya yang sempat terhenti.

 

***

 

            Bel pulang berbunyi, Bulan mempercepat langkah kakinya untuk menuju kelas Bintang, namun Kak Kelvin menyapa Bulan yang memang lewat dari kelasnya.

            “Bulan? mau kemana?” tanya Kelvin, ia tersenyum dan mendekat ke arah Bulan.

            “Ada urusan di lantai 3 kak,” jawab Bulan, ia melangkahkan lagi kakinya, namun dicegat Kak Kelvin berhasil menahan tangan Bulan.

            “Yaudah, aku boleh nemenin kamu?” tanyanya, Bintang lewat di depan mereka berdua dan acuh tak acuh terhadap mereka berdua.

            “Bintang?” tanya Bulan, ia melepaskan tangan Kak Kelvin, dan berjalan menuju Bintang, Bintang menghentikan langkahnya.

            “Kenapa?” tanya Bintang balik, dari raut mukanya ia nampak tak bersemangat sama sekali.

            “Boleh ikut balik?” lagi-lagi Papa Bulan tidak menjemputnya, hal ini memaksanya agar pulang bersama Bintang.

            “Vin?  Bulan mau ikut balik, anter ya gue sibuk!”

Kelvin mengangguk, Bintang berjalan menuruni tangga lantai 2, sedangkan Bulan hanya bingung melihat sikap Bintang yang memang benar-benar aneh hari ini.         

 

***

 

            Di mobil, tak ada pembicaraan sama sekali antara Bulan dan Kelvin, hingga Kelvin membuka suara agar tak menimbulkan rasa canggung.

            “Gimana kalo kita jalan?” tanya Kelvin yang tetap fokus pada jalan.

            “Ga usah, gue sibuk lagi ada kerjaan!” jawab Bulan jutek, kenapa seorang Bintang harus menyuruhnya pulang bersama Kelvin.

            “Yaudah, gue temenin ya.”

            “Apaan sih, gue bilang ga usah ya jangan dong! udah berhenti di depan aja.” Nada bicara Bulan naik, ia sudah tak sabar ingin keluar dari mobil Kelvin.

            Kelvin meminggirkan mobilnya di tepi jalan, dan Bulan keluar dari mobil Kelvin tanpa mengucapkan terima kasih.

 

***

 

Bulan menghentakkan kakinya, ia sungguh kesal terhadap Bintang. Bisa-bisanya dia menyuruh Bulan dan Kelvin satu mobil, dan anehnya lagi sikap Bintang yang aneh dan tak seperti biasanya. Bulan duduk di kursi yang berada di depan kafe. Ia mengambil Hpnya dari dalam tasnya dan membuka Hpnya. Seseorang berjalan menuju ke arah Bulan, dan menghampirinya.

“Ngapain lu disini?” tanya Bang Zafran, ia duduk di samping Bulan. Bulan terkaget, ia memasukkan Hpnya ke dalam sakunya.

“Ih, nggak usah lu suruh pulang juga gue udah pulang, Bang.” Jawab Bulan.

“Gue ngeliat lu dari kafe situ, tuh liat itu temen-temen.” Bang Zafran menunjuk teman-temannya dari luar kafe itu.

“Yaudah, gue ikut lu aja ya Bang, tolong!” mohon Bulan, ia sudah bingung harus kemana lagi, jika di rumah juga Bulan akan bosan.

Bang Zafran mengangguk, ia berjalan masuk ke kafe, di ikuti Bulan di belakangnya yang tersenyum.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Iskanje
4843      1345     2     
Action
Dera adalah seorang mahasiswa pindahan dari Jakarta. Entah takdir atau kebetulan, ia beberapa kali bertemu dengan Arif, seorang Komandan Resimen Mahasiswa Kutara Manawa. Dera yang begitu mengagumi sosok lelaki yang berwibawa pada akhirnya jatuh cinta pada Arif. Ia pun menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Pada mulanya, ia masuk menwa untuk mencari sesuatu. Pencariannya menemui jalan buntu, tetapi ia...
I Can't Fall In Love Vol.1
2408      960     1     
Romance
Merupakan seri pertama Cerita Ian dan Volume pertama dari I Can't Fall In Love. Menceritakan tentang seorang laki-laki sempurna yang pindah ke kota metropolitan, yang dimana kota tersebut sahabat masa kecilnya bernama Sahar tinggal. Dan alasan dirinya tinggal karena perintah orang tuanya, katanya agar dirinya bisa hidup mandiri. Hingga akhirnya, saat dirinya mulai pindah ke sekolah yang sama deng...
Aleya
2340      739     4     
Romance
Kau memberiku sepucuk harapan yang tak bisa kuhindari. Kau memberiku kenangan yang susah untuk kulupakan. Aku hanyalah bayangan bagimu. Kita telah melewati beberapa rute tetapi masih saja perasaan itu tidak bisa kukendalikan, perasaanmu masih sama dengan orang yang sama. Kalau begitu, kenapa kau membiarkan aku terus menyukaimu? Kenapa kau membiarkan aku memperbesar perasaanku padamu? Kena...
North Elf
1901      856     1     
Fantasy
Elvain, dunia para elf yang dibagi menjadi 4 kerajaan besar sesuai arah mata angin, Utara, Selatan, Barat, dan Timur . Aquilla Heniel adalah Putri Kedua Kerajaan Utara yang diasingkan selama 177 tahun. Setelah ia keluar dari pengasingan, ia menjadi buronan oleh keluarganya, dan membuatnya pergi di dunia manusia. Di sana, ia mengetahui bahwa elf sedang diburu. Apa yang akan terjadi? @avrillyx...
Error of Love
1152      557     2     
Romance
Kita akan baik-baik saja ketika digoda laki-laki, asalkan mau melawan. Namun, kehancuran akan kita hadapi jika menyerah pada segalanya demi cinta. Karena segala sesuatu jika terlalu dibawa perasaan akan binasa. Sama seperti Sassy, semua impiannya harus hancur karena cinta.
The Yesterday You
331      235     1     
Romance
Hidup ini, lucunya, merupakan rangkaian kisah dan jalinan sebab-akibat. Namun, apalah daya manusia, jika segala skenario kehidupan ada di tangan-Nya. Tak ada seorang pun yang pernah mengira, bahkan Via sang protagonis pun, bahwa keputusannya untuk meminjam barang pada sebuah nama akan mengantarnya pada perjalanan panjang yang melibatkan hati. Tak ada yang perlu pun ingin Via sesali. Hanya saja, j...
Comfort
1184      509     3     
Romance
Pada dasarnya, kenyamananlah yang memulai kisah kita.
Meta(for)Mosis
9812      2119     4     
Romance
"Kenalilah makna sejati dalam dirimu sendiri dan engkau tidak akan binasa. Akal budi adalah cakrawala dan mercusuar adalah kebenaranmu...." penggalan kata yang dilontarkan oleh Kahlil Gibran, menjadi moto hidup Meta, gadis yang mencari jati dirinya. Meta terkenal sebagai gadis yang baik, berprestasi, dan berasal dari kalangan menengah keatas. Namun beberapa hal mengubahnya menjadi buru...
It Takes Two to Tango
431      315     1     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
Pensil Kayu
341      222     1     
Romance
Kata orang cinta adalah perjuangan, sama seperti Fito yang diharuskan untuk menjadi penulis buku best seller. Fito tidak memiliki bakat atau pun kemampuan dalam menulis cerita, ia harus berhadapan dengan rival rivalnya yang telah mempublikasikan puluhan buku best seller mereka, belum lagi dengan editornya. Ia hanya bisa berpegang teguh dengan teori pensil kayu nya, terkadang Fito harus me...