Bukanlah hal yang sulit untuk berinteraksi dengan alam Sydney. Dira bisa menguasai bahasa inggris dengan cepat, Dira juga bisa menggunakan Bus untuk berpergian kemana-mana jika jaraknya lumayan jauh. Awalnya, Dira sering takut, tapi semakin hari, Davin sering mengajaknya menaiki Bus kota, jadi Dira sudah terbiasa lagi dengan Bus kota.
Setelah selesai belajar di Akademi, Davin mengajak Dira untuk bermain ke sebuah taman yang jaraknya lumayan jauh dari Asrama. Jadi, harus menaiki bus sebanyak dua kali untuk sampai di sana. Masih di Sydney, namun tempatnya lumayan jauh dari Asrama.
“Kenapa lo selalu ajak gue jalan-jalan?” Pertanyaan itu dengan mudahnya keluar dari bibirDira. Entah kenapa, di sini Davin lebih senang mengajak Dira pergi, ke kafetaria, atau sekedar bermain di taman.
“Biar lo tahu, dunia ini seperti apa. Bukan Cuma Bandung yang bisa kasih lo kisah indah, tapi Sydney juga”
“Kemana kita siang ini?”
“Lihat Bus ini berhenti sampai di mana”
“Mau ngelucu lo?”
“Nggak, Cuma gue nggak tahu kemarin Bus ini berhenti di mana, yang jelas gue ketiduran di dalam Bus, dan saat bangun Bus ini udah berhenti di pemberhentian terakhir, dan gue main ke taman yang indah banget”
Dira menaiki Bus, mengikuti Davin yang sudah naik terlebih dulu. Entah kenapa, Sydney kini terasa hambar, yang Dira lihat itu-itu saja dan tidak ada yang berbeda. Lebih indah Bandung, lebih beragam Bandung, dan Dira ingin pulang ke Bandung.
Bus ini melaju begitu saja, Dira juga memperhatikan keadaan Sydney dari dalam bus. Walaupun sudah beberapa kali Dira menaiki Bus ini. Dan itu artinya sudah beberapa kali juga Dira memperhatikan jalanan ini.
Dan soal Zali, Dira tidak mau melawan rencana semesta. Sama sekali, Dira tidak pernah menyusun rencana untuk berusaha bertemu dengan Zali. Menurutnya, kemanapun Zali pergi, Jika Dira adalah Rumahnya, Zali akan tetap kembali. Memang, usia Dira yang baru menginjak 17 tahun sangat muda untuk berbicara soal cinta, dan apalagi soal jodoh. Tapi, inikan cinta SMA. Masa SMA dan Masa di mana Zali hadir membuat kisah yang indah, yang tak akan pernah Dira lupakan. Jika memang Zali ada di Sydney, bagaimanapun keadaannya, dengan tubuh yang sakit gagal hati atau dengan tubuh yang sehat, Dira akan tetap menerima laki-laki itu. Zali pergi karena sebuah alasan. Alasan yang kuat dan bukan alasan main-main.
Bersama dengan sebuah keramaian Bus, Dira masih bisa sejenak menyelipkan pikirannya tentang Zali. Sejak membaca buku biru Zali, tiba-tiba juga Zali seakan hadir lagi, padahal ia tidak datang. Padahal juga Dira baru putus cinta dari Adit. Dan tentang ini, Dira belum sama sekali berbicara pada Davin.
“Ayo turun”
Tidak terasa, Bus ini sudah berhenti dan tinggal Dira dan Davin yang ada di dalam sini.
Sambil berjalan, Davin juga mengajak Dira untuk mengobrol, tentang logikanya yang pasti.
“Tahu nggak, kenapa tuhan nyiptain Bus, Pesawat, motor, dan mobil?”
“Biar kita bisa pergi jauh, tanpa harus lelah karena berjalan”
“Hampir mendekati. Tapi jawaban gue berbeda”
Iya, Dira mana pernah satu paham dengan Davin. Laki-laki ini memang selalu berpikir menggunakan logikanya yang tak berujung.
“Tuhan ciptain semuanya biar kita bisa lebih mudah untuk menuntut ilmu sejauh-jauhnya. Lo pernah nggak mimpi ada di tempat sejauh ini karena kecerdasan lo?”
Dan akhirnya, mereka sampai di sebuah taman luas, yang di tumbuhi oleh rerumputan hijau juga bangku taman yang disusun secara rapih dan beraturan.
“Bukan cuma kecerdasan, tapi juga karena usaha dan tentunya doa. Gue Cuma anak pemilik kedai kue kecil-kecilan, tapi gue harus ngubah hidup gue, bisa bikin ibu bangga, dan ayah gue tersenyum di surga sana.”
Dira duduk di sebuah kursi panjang yang ada di taman ini. Davin juga langsung menyusul Dira, kini mereka duduk di sebuah kursi yang sama.
“Kadang ya, hidup tuh nggak bisa ditebak Ra, Satu minggu yang lalu, gue ketemu sama Zali, di sini. Dan parahnya, tepat di kursi ini”
Bercanda, Davin pasti bercanda. Mana mungkin Zali ada di sini. Ini Sydney, memang sih, Zali ada di Australia, tapi mana mungkin Zali ada di sini, di kota yang sama dengan Dira.
“Taman ini lumayan jauh dari asrama. Sekitar 45 menit buat sampe ke sini, Tempat tinggal Zali juga agak jauh dari sini. Sekitar 30 menit naik bus.”
“Lo tahu?”
“Iya”
Davin dan Zali kan musuhan, itu yang terjadi di Bandung.
“Sydney udah merubah semuanya. Termasuk kisah yang awalnya diawali dengan hajar-hajaran, kini sudah berakhir dengan baik.”
“Seriously?”
“Untuk lo, nggak ada yang bercanda”
***