Angin berhembus kencang meniup reranting rindang yang menutupi area taman yang luas itu. Menambah kesejukan sekaligus kehangatan berhembus ke segala arah tanpa bosan. Tempat yang nyaman untuk menenangkan pikiran. Menenangkan pikiran Taehyung setelah menyelesaikan ujian menyeramkan. Taehyung benci ujian, bahkan semalam ia lupa untuk belajar. Lebih memilih mementingkan rasa lelahnya. Rasa lelah dari pikirannya.
“Hyung!!!” teriak pria berambut cokelat gelap tepat di atas kepala Taehyung.
“Ahkamchagiya!! Kookie kau ishhh!” reflek Taehyung seketika membuka matanya yang tadinya terpejam.
Jungkook terkekeh.
“Hyung. Aku lelah.. traktir aku di tempat kerjaku. Ya ya ya?” rayu Jungkok. Ternyata ada maunya.
“Memangnya kau tidak bekerja?” saut Taehyung lagi masih bersandar pada pohon besar nan rindang.
“Aku libur hari ini. Pikiranku banyak sekali hari ini. Setelah kemarin bosku hampir memecatku. Padahal baru pertama bekerja.” Keluhnya.
“Bagaimana bisa? Hobimu ingin dipecat memangnya?” dengus Taehyung tak percaya.
“Hei!” teriak Jungkook.
“Halo?” balas Taehyung santai dengan wajah polosnya.
“Bukan begitu. Kemarin ada pelanggan memesan minuman. Saat itu ada aku dan bosku. Padahal aku sudah mengatakan ada yang bisa dibantu?. Tapi pelanggan itu memesan minum pada bosku. Dia mengira jika akulah bosnya, dan bosku adalah pelayan. Karena itu kemarin dia hampir memecatku, bahkan tidak mengajakku bicara seharian. Salahku apa?” Jungkook menarik lengan Taehyung. Berjalan menuju cafe tempat kerjanya.
Taehyung terkekeh mendengar penjelasan Jungkook. “Letak kesalahanmu itu pada wajah. Tutup wajahmu itu dengan kardus!”
“Nanti aku jadi cowok kardus!” kesal Jungkook.
Taehyung kembali terkekeh. Jungkook memang sahabat yang polos.
Taehyung belum bisa berhenti tertawa sesaat setelah melihat penampilan bos Jungkook yang baru masuk ke dalam ruangannya. Ternyata benar dugaannya, penampilan Jungkook jauh lebih terlihat seperti bos daripada bosnya sendiri.
Bukan masalah dari tampangnya, karena dari wajah ia terlihat seperti anak konglomerat. Putih bersih selalu tersentuh alat perawatan di salon. Tapi jika dilihat dari cara berpakaiannya, siapapun tidak akan menyangka kalau ia adalah seorang bos. Celana jeans ketat bahkan sobekan sengaja pada lututnya, dengan baju kaos yang ditutupi hem lengan pendek kotak-kotak. Namun, ia pintar sekali memanage cafenya sampai berkembang pesat. Padahal cafe ini baru saja diresmikan beberapa bulan lalu.
“hppfftt... pantas saja orang mengira dialah pelayannya daripada kau..” ditahannya tawa Taehyung masih tak percaya dengan kejadian yang dialami sahabatnya itu.
“Ssstt..!! nanti dia mendengarnya. Kudengar dari teman yang lain, bosku memang pendiam. Pantas saja aku tidak diajak omong olehnya seharian penuh” Jungkook berbisik sambil menatap ruangan tertutup milik bosnya.
“Ehemm!!” terdengar deheman seorang pria dari belakang mereka berdua; Taehyung dan Jungkook.
Sedangkan Taehyung dan Jungkook masih belum berani menoleh. Keduanya masih saling berbisik.
“Hyung.. apa kau yakin tidak melihat bosku keluar dari ruangannya?”
“Aku yakin, dia masih di dalam sana”
“Kira-kira kalau yang berdehem di belakang adalah bosku, apa dia akan mendengar percakapan berbisik kita?”
“Aku rasa tidak..” Taehyung semakin mengecilkan suaranya.
“Jika aku dipecat?” Jungkook benar-benar polos.
“Aku akan menggajimu, sampai kau mendapat pekerjaan lagi”
Setelah sekian lama mereka berunding, berbisik, dan saling bernegosiasi. Keduanya menoleh ke asal suara. Wajah familar terpampang jelas di mata mereka.
“Yakkk!! Kau membuat kami jantungan Jin Young..” teriak Taehyung.
Jin Young terkekeh memandangi wajah pucat mereka secara bergantian. Lalu ikut duduk setelah menaruh tasnya di bawah meja.
“Memang apa yang kalian bicarakan? Serius begitu” timpal Jin Young yang langsung meminum minuman Jungkook tanpa permisi.
“Hyung!! Itu minuman gratisku! Kau harus menggantinya tidak mau tau” Jungkook harus ekstra sabar menghadapi Jin Young. Hidupnya tak pernah tenang selama Jin Young disisinya. Hidupnya juga takkan tenang jika Jin Young tidak disisinya. Jungkook memang alay yang tak bisa dideskripsikan lagi.
“Tae! Lihat.. dia bukannya Hyun Jin? Dia menuju kesini? Kau mengajaknya juga? Hei dia kesini! Apa karena dia melihat kita?” cerocos Jin Young mengabaikan Jungkook yang sedang merajuk.
“Ti-tidak.. aku tidak mengajaknya. Bagaimana ini? Apa kira-kira dia marah? Aku lupa mengabarinya semalam kalau sampai rumah.” Jantung Taehyung berayun seperti ayunan taman semakin lama semakin cepat.
“Tenanglah.. kau tidak salah, kau kan belum sampai rumah? Semalam kau menginap di apartemenku bukan?” balas Jin Young dengan tenang.
Tidak Jungkook tidak Jin Young. Mereka sama-sama sahabat Taehyung yang tidak beres. Taehyung menjitak kepala Jin Young keras merasa tidak sependapat dengan ucapan Jin Young.
“Cantik..” singkat padat dan jelas. Setelah lama sekali Jungkook hanya menatap kaca tanpa mendengar percakapan Taehyung dan Jin young. Kata cantiklah yang muncul membuat kedua alis Taehyung bertautan.
“Jangan suka padanya, cukup aku saja. Kau ini!” ucap Taehyung mencoba sesantai mungkin.
“Cckkk! Jadi benar itu alasannya kau tak pernah bercerita padaku? Hey aku kenal situasi Hyung, mana mungkin aku menikung milikmu!” lihatlah, Jungkook mulai merajuk lagi.
“Aku hanya bercanda kookie sayang.. “ rayuan maut ala Taehyung mulai menyerang Jungkook yang merajuk.
“Kapan kau memanggilku dengan sebutan itu?” pertanyaan terlontar dari mulut Jin Young.
Persahabatan yang sempurna. Tak pernah ada di dunia. Saling melengkapi, melengkapi kegilaan mereka masing-masing.