Alya memang mengenal Ajar. Dulu ia adalah teman bermainnya. Ia benar-benar ingat ketika masih bocah dulu, mereka bermain bersama dengan segenap keceriaan. Kala itu mereka masih kecil, sebelum alya bersekolah. Ia bocah dulu yang pernah diajaknya bermain masak-masak-an. Wajahnya mirip, belum lagi sepeda itu yang sama sekali tidak berubah.
Dulu ayah Ajar bekerja sebagai tukang kebun di rumah Teuku Danish Alam Syah, ayah Alya. Ajar setiap hari di bawa oleh ayahnya. Namun, kebersamaan mereka hanya berlangsung beberapa bulan. Ayah Ajar sudah tidak lagi bekerja di sana karena suatu sebab. Sampai saat itulah mereka tidak berjumpa lagi. Namun, Alya masih mengenalnya dengan pasti.
Dulu, Setiap pagi ketika Alya diantar ke sekolah oleh ayahnya, Ia hampir selalu melihat Ajar mengayuh sepeda dari balik kaca mobil. Sempat beberapa kali juga, ia menanyakan pendapat ayahya tentang Ajar ketika ia tampak di pinggir jalan. Ayahnya bilang, itu memang anak tukang kebun itu.
Ajar yang dulu dan sekarang telah jauh berbeda. Kenapa? Pertanyaan itu yang acap kali muncul ketika Alya mengingatnya. Dulu, dengan senyuman penuh ia menanggapi semua komentar Alya. Sekarang, bahkan tidak sama sekali.