Suatu hari seorang gadis cantik bernama Binarya Guhana mengikuti sanggar tari Pelita. Sanggar tari Pelita merupakan sanggar yang terkenal di kota ini. Mungkin menurut para gadis seumuran binar menari tarian tradisional tidaklah modern atau terkesan kuno, tapi tidak bagi binar. Menurutnya menari tarian tradisional itu hal yang mengasyikkan dan sangat membanggakan.
Hari demi hari berlalu, detik demi detik terlewat begitu saja tetapi Binarya selalu berlatih dan mengeluarkan kemampuan terbaiknya, terus menerus melakukan gerakan yang menurutnya sangat indah itu dengan rasa penuh bangga dengan budaya Indonesia ini.
.......
Pagi ini mentari bersinar begitu indah membuat pagi ku begitu menyenangkan. Aku beranjak dari tempat tidur ku lalu menuju bilik mandi untuk memanjakan tubuhku menyambut pagi ini. Aku pun keluar dari kamar tidur ku yang ku anggap seperti singgasanaku, aku berjalan menuju meja makan dan melihat ibu dan adikku menungguku untuk makan bersama. Ya, aku memiliki adik bernama Gemintang Guhana. Gemintang berumur 14 tahun yang masih meduduki bangku sekolah di SMP. Dia adik yang sangat penurut walau kadang menyebalkan tapi aku sangat menyayanginya. Ibu ku adalah ibu tercantik dan aku sangat sayangi. Ayahku sudah tiada. Semasa hidupnya, dia ayah yang sangat tangguh tapi dia sekarang sudah berada disisi Allah dan aku yakin ayahku bahagia disana.
“ Ayo kak makan, aku sudah tidak sabar memakan masakan ibu.” Kata Gemintang.
“ Iya iya, ayo kita makan “ kata ku sembari duduk disamping adikku.
Ibuku hanya tertawa melihat ketidaksabaran gemintang kalau sudah bertemu dengan makanan. Ibuku selalu memasak makanan yang lezat setiap harinya, membuatku tidak tidak bosan makan dirumah. Hari ini ibuku memasak cumi asin balado dan tumis kangkung, sederhana memang tapi ini sangat lezat. Semenjak ayahku meninggal kami harus berhemat karena ibu hanya bekerja sebagai penjual katering, tapi aku tidak malu untuk mengakui itu. Bahkan aku sangat bangga memiliki ibu yang tangguh dan cantik.
“ Ibu aku berangkat sekolah dulu ya.” Kata Gemintang sembari mengecup tangan ibu dan mecium pipi ku.
“ Iya hati-hati nak, kamu harus belajar yang fokus ya dan jangan lupa berdoa.” Pesan ibu pada Gemintang.
“ Awas ya, nilaimu jelek nanti kakak tidak akui jadi adik lagi.” Ancamku sembari terkikik.
“ Iya bu, iya kakak ku yang paling bawel.” Ledeknya.
“ Hush, gak boleh gitu ngomognya ama adik sendiri .” tegur ibuku.
“ Hehehe, hanya bercanda bu.” Kataku.
“ Ya sudah, aku pergi dulu assalamualaikum.” Ucap adikku.
“ Waalaikumussalam.” Jawab aku dan ibuku.
Setelah Gemintag pergi aku mengangkat piring kotor dari meja membawana ketempat cuci piring. Aku mencuci piring lalu ibuku memasukkan makanan kedalam lemari es.
“ Kak, apa sebaiknya kamu berhenti menari lalu mencari kerja untuk menambah kemasukkan kita” kata Ibu.
“ Kenapa haru berhenti menari bu, kan ibu tahu itu hal yang aku senangi” kataku terkejut ibu menyuhku berhenti menari.
“ Kak, katering ibu tidak akan cukup memenuhi kebutuhan kita kak. Ibu juga sudah tidak sesehat dulu, kalau bukan kakak mencari uang siapa lagi.” Lirih ibu.
“ Aku akan mencari uang untuk kita bu.” Kataku sembari memeluk ibu.
.......
Aku akan pergi kerumah sahabatku. Sahabatku bernama Sekar Ayu Putri, dia sahabat yang selalu bersamaku baik suka maupun duka. Ia orang selalu mendukung disaat aku membutuhkan dukungan. Ia adalah sahabat yang cantik berhati baik. Kita bertemu di masa SMA, kami bertemu saat upacara penyambutan murid baru tahun ajaran. Aku selalu sekelas dengannya, Ia perempuan yang cukup pemberani. Ia sering membela jika aku diganggu oleh teman sekelasku lainya. Dia bahkan pernah memukul laki-laki yang menggodaku, dia sangat disegani disekolah ku pada waktu itu. Sekar merupakan atlet bela diri di pencak silat, makanya ta eran jika dia sehebat itu. Dia sering mengikuti pertadingan, hampir semua pertandingan yang dia ikuti, ia menangkan. Aku sering menonton pertandingannya, walau terkadang aku merasa takut melihat mereka saling pukul memukul.
“ Assalamualaikum, sekar ini aku binar.” Ujar ku sambil mengetuk pintu rumahnya.
“ Waalaikumussalam, eh Binar cari sekar ya. Masuk aja dia ada dikamarnya.” Sapa ibunya sekar.
“ Eh iya tante, aku masuk ya.” Ujar ku sembari meyaliminya.
Sesampainya dikamar sekar. Aku masih melihat dia bergelung dikasurya dengan selimut dan bantalnya. Aku menggelengkan kepala ku melihatnya masih tertidur. Aku menuju jendela dikamarnya lalu membuka hordeng jendela itu, membuat cahaya matahari masuk kekamarnya. Cahaya itu membuat ia terganggu ditidurnya, ia pun duduk lalu mengusap kedua matanya melihat siapa yang membuka jendela kamarnya.
“ Kok bisa ada kamu Binar?” tanyanya padaku.
“ Bisa dong. Emangnya aku ga boleh kerumahmu?” aku balik bertanya padaya.
“ Siapa bilang tidak boleh? Aku hanya bertanya. Lagian kamu datang pagi banget.” Jengkelnya padaku.
“ Ini sudah tidak pagi ya nyonya Sekar, lebih baik kamu mandi sana aku tidak kuat mencium aroma yang tidak sedap ditubuhmu.” Candaku padanya.
“ enak aja, aku enggak mandi tetap wangi yaa.” Elaknya.
Sekar pun mengambil handuk lalu menuju ke kemar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sambil menunggunya aku merapihkan kamrnya yang cukup membuat heran kamarnya seperti habis dihancurnya seseorang, cemilan berserakan, bantal ada yang dibawah tempat tidurnya, itu cukup menggambarkan seperti apa keadaan kamarnya . sekar pun selesai dari ritual yang ia lakuan dikamar mandi, lalu menghampiriku.
“ Ada apa binar? Kamu kayanya sedang bayak pikiran.” Tebaknya.
“ iya aku memang lagi banyak pikiran. Ibu menyuruhku berhenti menari , dan mencari pekerjaan untuk membantu keadaan ekonomi keluargaku. Tapi aku tidak ingin berhenti menari.” Kataku sambil menghembusan napas dengan kasar.
“ Bagaimana kamu membagi waktumu untuk bekerja dan menari?” ujarnya
“ Bagaimana caranya?” tanyaku padanya.
“ Begini, kamu latihan menari pada pagi hari lalu siang harinya sampai sore kamu bekerja.” Sarannya.
“ Mana ada pekerjaan yang bekerja mulai siang hari, biasanya kan pagi hari.” Kataku.
“ Ada kok, kamu kerja di cafe temanku. Nanti aku akan bilang kamu ambil jam siang di waktu tertentu.” Katanya.
“ Benarkah?” tanyaku dengan semangat.
“ Iya, aku akan menghubunginya dulu, nanti sore kita ke cafenya.” Katanya.
......
Sore hari pun tiba ketika matahari ingin pulang untuk beristirahat. Sekar telah menghubungi temannya yang memiliki kafe itu. Kami pun menuju ke kafe tersebut untuk membericarakan pekerjaan yang akan aku lakukan. Kafe itu menjual berbagai jenis kopi, ketika kami membuka pintu kafe itu, aroma yang pertama aku tercium oleh ku adalah aroma kopi. Kafe itu dirancangan dengan desain yang klasik,seakan aku berada di masa dulu atau masa kuno. Klasik tapi nyaman itulah yang aku rasakan berada dikafe ini. Kafe ini banyak sekali pengunjungnya anak remaja, kafe ini juga memilikitempat untuk berfoto ria. Jika aku bisa berkerja disini maka aku akan nyaman denga pekerjaannya. Aku membayangkan aku akan melayani pelanggan, membuatkan mereka kopi, dan aku akan mencium aroma kopi setiap harinya. Mungkin aroma kopi akan menjadi aroma yang aku sukai.
Aku dan Sekar duduk diruang pemilik kafe itu berada. Ruangannya cukup klasik sama seperti desain kafe tersebut. Sekar dan aku pun menjabat tangan pemilik kafe itu. Kami pun mulai berbincang.
“ Akhirnya Sekar berkunjung lagi ke kafe ini, sudah lama sekali kamu tidak ke sini sekar.” Kata pemilik kafe itu.
“ Iya nih, belum sempat kesini lagi sibuk sama latihan biasa kesibukan atlet itu berlatih.” Ujar Sekar.
“ Wah, pasti lelah banget. Ini temanmu yang ingin bekerja disini?” tanya pemilik kafe itu sembari menatap ku dengan ramah.
“ Iya, dia namanya binar. Kira-kira dia bisa tidak ya kamu kasih pekerjaan disini?” tanya Sekar pada temannya itu.
“ Bisa kok, asalkan dia mau bekerja keras dan rajin.” Katanya.
“ Tenang dia orangnya rajin, kamar aku aja suka dirapihin sama dia. Tiba-tiba seelsai mandi aku liat kamar udah rapi aja sama dia. Kalau dimarahin malah dia yang lebih galak hehehe.” Ucap Sekar sambil melaporkan kegalakkan ku pada calon bos ku.
“ Wah, bagus kalau begitu, Seperti Binar cocok jadi pegawai disini.” Katanya.
“ Tapi setiap hari selasa dan kamis dia harus latihan menari saat pagi hari, jadi dia bisanya mulai siang kerjanya pada hari itu.” Kata Sekar.
“ oh, itu bisa diatur.” Katanya.
“ Wah, Bin gak papa katanya.” Kata Sekar sembari tersenyum padaku.
“ Saya belum perkenalkan diri ya, namanya saya maya beswari. Kamu bisa panggil saya mbak maya.” kata mbak maya.
“Eh, iya mbak maya.” Kataku sopan.
“ Jangan sungkan ya, kalau ada apa apa bilang ke saya aja.” Kata mbak maya.
“ Iya, terima kasih mbak maya.” Ucapku.
“ kamu sudah bisa mulai bekerja besok ya, sebelum pulang minta seragam kafe sama pegawai yang dikafenya.” Ujarnya.
“Iya mbak, terima kasih sekali lagi telah menerima aku untuk bekerja disini.” Kataku.
“ Iya sama-sama.” Jawabnya.
“ Kita pulang dulu ya may, sudah malam juga nih. Takut dicariin sama ibu tercinta.” Kata Sekar.
“ Iya iya sana pulang, husshh”.” Kata mbak maya seolah-olah mengusir, aku dan Sekar tertawa melihatnya.
Pada perjalanan pulang aku dan Sekar berbincang-bincang dan sesekali kami melontarkan celotehan dan tertawa bersama karena celotehan itu. Aku sangat berterima kasih dengan Sekar karena membantuku mencari jalan keluar dari masalah yang ku hadapi, aku tidak bisa berhenti menari karena dengan menari aku senang, karena menari bebanku perlahan meringan, karena menari membuat ku bebas, menari sudah menyatu dalam diriku. Sekar selalu membantuku tanpa memikirkan imbalan yang akan atau tidak ia dapatkan. Aku sangat menyayangi Sekar dia sudah seperti saudaraku sendiri, aku dan Sekar tidak mudah mempertahankan persahabatan ini, aku dan dia pernah bertengkar tapi kami selalu saling memaafkan karena persahaatan kami tulus adanya tanpa menginginkan suatu hal dari yang kami miliki masing-masing.
......
Hari ini adalah pertama aku bekerja di cafe coffeetaria. Aku sudah mengenakan seragam dari kafe itu, aku sudah pamit dengan ibuku. Oh iya, ibuku sangat senang mendengar aku mendapatkan pekerja, ia sampai memelukku erat dan menciumi keningku sebelum aku berangkat bekerja. Aku sangat senang bisa mendapatkan pernghasilan nantinya dengan jerih payahku, dulu aku hanya membantu kalau ibu mendapat pesanan katering tapi sekarang aku akan bekerja untuk keluarga ku dan untuk impianu menjadi seorang penari yang handal.
Sesampainya aku di kafe, aku belum tahu apa yang harus aku lakukan. Aku terus bertanya dengan pegawai yang sudah senior menurutku. Aku sedikit paham apa yag harus ku lakuka di kafe ini, aku mengantarkan pesanan ke meja pelanggan, aku menyambut pelanggan lalu memberinya daftar menu. Aku menyukai pekerjaanku, karena aku bekerja tanpa terpaksa dan ini untuk keluargaku.
Aku sudah cukup mengenal para pegawai di kafe ini, mereka sangat baik padaku. Mereka membantuku jika aku kurang paham, mereka tidak semena-mena padaku, mereka memperlakukan aku dengan baik.
“ Desi, ini aku letakan dimana serbuk kopinya?” tanya kepada Desi, salah satu pegawai yang kukenal.
“ Oh, taruh saja dilemari kaca tepat diatasmu.” Jawab Desi.
“ Oh iya, terima kasih Des.” Ucapku
“ Iya, jangan sungkan kalau ingin bertanya padaku.” Kata Desi.
“ Des, kamu sudah berapa lama bekerja disini?” tanya ku.
“Belum lama, aku baru bekerja 2 tahun” ucapnya.
Aku pun berbincang-bincang dengannya terkadang tentang kafe ini, terkadang tentangnya, dan banyak lagi, Desi orang yang baik sekali.
.....
Hari ini aku harus menuju sanggar latihanku untuk berlatih menari. Aku sangat senang karena masih bisa menari. Aku memasuki kawasan sanggar tari Pelita, aku meletakkan sepedaku ditempat biasanya aku menaruhnya. Semua penari juga sedang memasuki kawan ini, disanggar ini ada hal yang unik yaitu dilarang membawa kendaraan mewah seperti, motor ataupun mobil, yang hanya boleh dibawa hanya sepeda.
Aku telah berada diruang dimana aku akan melakukan gerakan yang indah itu. Sebelum kami memulai latihan biasanya akan diabsen terlebih dahulu, absenku berada dibagian awal tapi tidak pertama. Kami sedang memulai melatih gerakkan yang diajarkan oleh pelatih kami, pelatih kami saat masa jayanya ia merupakan penari yang terkenal dimasanya karena gerakkan yang ia lakukan seakan membius orang lain untuk tetap memperhatikan gerakkannya dan tidak boleh ada yang terlewat.
“ Oke, saya akan memberitahu kalian, bahwa saya akan memilih beberapa orang dari kalian untuk mengisi acara yang diadakan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan” kata pelatihku.
“ Acara apa coach?” tanya seorang dari temanku disanggar ini.
“ Acaranya yaitu festival tari Indonesia, yang diadakan sebulan lagi.” Jawabnya.
“ Wah, sepertinya itu acara yang menarik ya Binar! Apalagi diadakan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan langsung.” Seru salah satu penari yang cukup dekat denganku.
“ Jadi minggu depan saya akan menyeleksi beberapa orang dari kalian untuk mengikuti acara itu, saya tidak mau sembarangan dalam memilih karena itu akan membuat nama saggar kita buruk nantinya kalau kalian tidak serius melakukannya.” Ujarnya.
“ siap coach, kami akan berusaha semaksimal mungkin!” seru kami.
“ Bagus.” Katanya.
Kami pun mulai berlatih dan terus berlatih dengan melakukan gerakan itu, seolah-olah tubuh kami dikendalikan oleh sesuatu saat melakukan gerakan itu. Aku jadi sedikit kurang percaya diri, meilhat teman-temanku melakuka gerakan itu dengan sangat lemah gemulai dan sangat luwes. Aku harus bisa memberika yang terbaik dari kemampuan yang aku miliki. Aku melakuan gerakkan itu seakan-akan hanya ada aku seorang diri yang penari tanpa memikirkan penari lainnya yang berada didekatku.
Selesai berlatih aku bergegas menuju kafe tempat aku bekerja. Aku mengayuh sepedaku dengan kecepatan sedang dan penuh semangat. Aku tidak sabar mencium harumnya kopi di kafe itu. Aku terus memacu sepedaku untuk sampai disana, sesampainya disana aku meletakkan sepeda itu di tempat yang sudah disediakan. Aku pun bekerja dengan rasa penuh tanggung jawab dan ikhlas, makanya aku selalu semangat. Aku mulai melakukan pekerjaan itu tanpa kenal lelah.
Hari pun berlalu cepat, aku merenggangkan badanku yang sudah kupacu untuk melakukan kegiatan hari ini. Aku bergegas kekamar mandi untuk mengganti pakaianku. Aku pamit kepada teman-teman kerjaku. Aku berlajan keluar menuju tempat dimana sepedaku berada. Aku mulai memacunya lagi untuk menuju rumahku. Aku pun sampai dirumah dengan selamat dan tubuh yang cukup lelah, langsung saja aku mengetuk pintu lalu meyalimi ibuku. Au langsung menuju kamarku untuk mengistirahatkan tubuhku dan menyambut hari esok dengan semangat penuh lagi. Aku mulai terlelap dan melihat semuanya sudah gelap.
......
Aku mulai melakukan aktivitas yang biasa aku lakukan ditempat kerjaku seperti melayani pelanggan, membawakan pesanan mereka, membersihkan meja yang habis digunakan. Aku tidak bosan dengan melakukan hal ini. Tak lama kemudian, jam istirahat giliranku tiba aku menuju mushola untuk melakukan ibadah sebagai seorang muslim, lalu menyantap bekal yang ibuku buatkan untuk ku. Oke, sekarang kita lihat bekal apa yang ibuku buatkan, wah! Tenyata ikan asin balado dan tumis kangkung aku menyukai makanan daerah ini.
“ Kamu bawa bekal apa Des?” tanyaku
“Aku dibawakan rendang oleh ibuku, kamu mau mencicipinya?” tawarnya.
“ Oh, terima kasih des. Kamu makan aja nanti tidak kenyang lagi kalau aku minta.” Candaku.
“ Aku tidak terlalu banyak kalau makan, nanti kalau mau bilang padaku ya.” Katanya.
“ Baiklah.” Jawabku.
“ Aku dengar-dengar kamu penari ya?” tanya Desi.
“ Ah, iya kamu tahu dari mana?” kataku.
“Aku tahu dari bos, kemarin aku menanyakan mu kenapa kamubelum datang pagi ini padanya” ujarnya.
“ Oh ternyata seperti itu.” Kataku.
Kami pun terus berbicang-bincang hingga akhirnya waktu istirahat kami usai, dan kami melanjutan pekerjaan kami.
.....
Hari begitu cepat berlalu, tak terasa hari peyeleksian itu tiba. Aku dengan percaya diri melangkahkan kakiku keruangan seleksi. Aku berharap, aku menjadi salah satu yang terpilih untuk mengikuti acara itu.
Kami pun dihadapka oleh beberapa coach yang akan menguji kami. Aku berada diundian seleksi urutan 38, aku terus menenangkan diriku agar tidak tegang saat giliranku tiba. Tak terasa, urutanku sudah dipanggil untuk diseleksi mereka. Dengan penuh percaya diri akan kemampuanku, aku melangkahkan kakiku memasuki ruang seleksi tersebut.
“ kamu akan membawakan tarian apa Binar?” tanya salah satu coach yang menguji.
“ Aku akan membawaka tarian Jaipong coach.” Kataku.
“ Baiklah, kamu bisa memulainya.” Ujarnya
Musik pun sudah terdengar mengalun indah ditelingaku, aku melakukan gerakan itu dengan secantik mungkin. Aku melakukan gerakan itu seolah-olah aku sedang menari sendiri disuatu ruangan yang tidak ada seorang pun melihat. Para penguji pun terus mengamati gerakanku, aku terus melakukannya untuk membius mereka agar terus memperhatikan gerakan yang aku lakukan ini dan membuat mereka menikmati tarian yang aku bawakan. Musik pun mengiringi gerakkan ku dan lagu ini seolah menyatu dengan gerakan yang kulakukan. Setelah usai, aku hormat lalu keluar dari ruangan itu dan menunggu hasil seleksi itu tiba diakun sosial media sanggar tariku.
“ Gimana tadi Bin?” tanya temanku.
“Huft... awalnya aku sangat gugup, tapi aku menyadarkan diriku kalau aku harus percaya diri. Semoga kita terpilih ya Karin.” Harapku.
“ Aamiin, semoga kita terpilih.” Jawabnya.
Setelah itu, aku menuju tempat kerjaku untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kopi sembari menunggu pengumuman yang lolos seleksinya. Aku harap cemas mengingat tentang hasil seleksi itu. Seleksi itu akan diberitahu sore nanti.
Sore hari pun tiba, aku dengan perasaan cemas membuka handphone yang aku milliki dan melihat hasil seleksi itu diakun sanggar tariku. Dengan mengucapkan Bismillah aku membukanya, aku terus mencari namaku dibagan itu. Aku melihat nama karin disana, tapi aku belum menemukan namaku. Dengan lesu aku terus mecari namaku, akupun menemukannya. Aku senang sekali namau lolos dalam seleksi itu.
“ Ada Binar kamu sepertinya sedang senang sekali?” tanya Desi dengan raut penasaran.
“ Desi aku lolos dalam seleksi untuk acara yang diadakan menteri kebudayaan!” seruku sambil memeluk Desi.
“ Wah, aku ikut senang mendengarkan ya Binar !” serunya membalas pelukanku.
Kami pun terus berbincang tentang sanggar tari dan pegalamanke selama menari. Aku akan memberikan yang terbaik untuk hal yang akan aku jalani. Aku akan membuktikan bahwa menjadi seorang penari itu tidak hanya untuk orang yang kaya dalam hal materi, tetapi yang sesungguhkan kalau seseorang ingin menjadi seorang penari yang hebat haru memiliki tekad yang kuat, percaya diri akan hal yang dimiliki, dan mau terus berusaha serta jangan memandang orang lain lebih buruk dibandingkan diri sendiri.
.......
Hari terus berganti seiring berjalannya waktu, mempertemukan aku diwaktu yang kali pertama berlatih menari untuk acara yang besar. Aku dan teman-temanku terus diberikan arahan terhadap tarian yang akan kita bawakan nantinya. Tarian yang kami bawakan yaitu Tarin Tarek Pukat yang berasal dari aceh tarian ini cukup sulit tapi sangat bagus. Tarian ini bermakna yaitu kerja sama dan kebersamaan. Tarian ini biasanya biasanya dibawakan untuk acara perayaan dan cocok untuk acara itu.
“ Tarian Tarek Pukat ini cukup sulit karena tarian ini akan membentuk jala, jadi disini kalian haru saling kompak. Jika salah satu akan salah semua.” Kata pembimbing kami.
“ siap coach .” kata kami serentak.
Selesai pelatihan tadi kami bergegas membereskan ruangan itu. Sebelum kami meninggalkan ruangan itu kami berbincang-bicag terlebih dahulu.
“ Eh, Tarian Tarek Pukat susah ya. Tadi aja kita ngelakuinnya banyak yang salah.” Kata salah satu teman disanggarku.
“ Iya, kita harus benar-benar kompak untuk mendapatan hasil yang terbaik diacara nanti.” Ujar Karin.
“ Memakai jala itu loh yang sulit, benar-benar sulit. Kita harus serius latihannya.” Kata temanku lainnya.
“ Semoga aja kita tampil maksimal dan memberikan yang terbaik untu semuanya diacara nanti.” Kataku memberi semangat kepada teman-temanku.
“ Iya, aamiin.” Kata mereka serentak.
Aku memutuskan meninggalkan sanggar lebih cepat, karena aku harus kekafe seperti biasa berkutat dengan hal yang beraroma kopi. Semakin lama aku mencium aroma kopi membuat lelahku karena latiahn sedikit berkurang dan membuatku tenang.
Setelah selesai bekerja aku kembali kerumah, saat aku memasuki rumah adik dan ibuku sedang menungguku dimeja makan untuk makan bersama.
“ Assalamualaikum.” Salam dariku.
“ Waalaikumussalam.” Jawab ibu dan adikku.
“ Sini kan, kita makan bersama. Kakak pasti lelah abis bekerja.” Kata ibu dengan penuh perhatian.
“ Iya bu, aku lelah hari ini.” Kataku manja.
“ Yaudah, nanti habis makan kakak langsung kekamar langsung main habis itu istirahat.” Kata ibu.
“ Ayo bu, ayo kak, kita makan. Makanan didepan kita udah meminta untuk disantap.” Kata Gemintag sambil mengeluas perutnya.
Kami pun makan dengan tenang. Selesai makan aku membantu ibu merapihkan meja makan, lalu kekamar untuk melakukan yang ibu suruh tadi. Setelah mandi aku langsung terlelap disinggasanaku.
..........
Sebulan kemudian.
Hari ini hari dimana aku dan teman-temanku akan mengikuti acara Festival Tari Indonesia yang diselenggarakan. Kami bersiap-siap memakai alat dan baju adat yang mendukung tarian yang akan kami bawakan. Sebelum kami tampil, kami berdoa bersama untuk kelancaran tarian yang aka kami bawakan.
“ Saya yakin kalian pasti bisa, saya sangat berharap kalian menarikannya dengan sangat penuh rasa tanggung jawab dan kecintaan terhadap budaya Indonesia ini.” Katapelatih kami.
“ siap coach, kami akan meneluarkan semua kemampuan terbaik kami.” Kata kami serentak.
Kami pun memasuki panggung yang berada tepat didepan para penonton, aku melihat bangku paling depan ada menteri kebudayaan yaitu bapak Muhadjir Effendy dan jajarannya. Kami mengambil posisi untuk melakukan tarian itu. Selesai kami membawakan tarian itu, terdengar suara riuh tepuk tangan dari penonton dan bapak Muhadjir sendiri yang berdiri emberikan apresiasi terhadap tarian yang kami bawakan. Kami pun tersenyum melihatnya dan kammi senang dengan hasil yang kami dapatkan ini.
Setelah pertunjukkan ini, kami dihadiahi uang dan sertifikat bahkan kami disponsori tetap oleh menteri kebudayaan. Aku sangat puas dengan hasil yang kudapatkan, tapi aku harus terus mengasah kemampuanku untuk yang lebih baik.
......
Aku mendapatkan gaji pertama dari bekerja dikafe dan aku berikan pada ibuku sisanya kutabung untuk masa yang akan datang. Ibuku mendengar aku berhasil dalam acara kemarin jadi mendukungku untuk terus menari meningkatkan potensi diri. Aku bisa membuktikan bahwa untuk mengejar impian tidak harus memiliki materi dan kedudukan, tapi impian itu dikejar dengan kerja keras dan tekad yang kuat serta selalu berdoa kepada Allah yang akan selalu menyertai kita.
Aku selalu bermimpi menjadi seorang penari yang membanggakan semua orang dan menceritakan pada dunia inilah budayaku yaitu Budaya Indonesaiku, negara dimana aku dilahirkan dan dibesarkan, dan kemana pun aku pergi Indonesia tetap selalu berada dihatiku. Menari adalah hal yang sangat menyenangkan, jika ada orang yang bilang menari tradisonal itu tidak keren atau semacanya kita harus buktikan bahwa penilaian mereka salah.
......
Lima tahun kemudian....
Aku memakai baju yang sangat cantik untuk acara ini. Aku mengahadiri acara world cultural festival yang berada di Inggris. Aku mewakili Indonesia dalam menjelaskan kebudayaan yang Indonesia miliki.
“ Aku tidak menyangka Binar, kamu bisa menjadi salah satu orang yang mewakili Indonesia diajag ini.” Kata Sekar berbinar.
“ Aku juga tidak menyangka aku berada disini, aku hanya melakukan apa yang hatiku mau dan apa yang aku senangi.” Kataku.
“ Kamu hebat Binar, aku dan masyarakat Indonesiia bangga padamu.” Kata Sekar.
“ Kamu juga hebat Sekar bisa menjadi atlet pencak silat internasional, aku dan masyarakat padamu.” Kataku memelukknya.
Kami pun menikmati acara ini dengan seksama, setelah aku berpidato diatas panggung tersebut aku dan Sekar berjalan-jalan di negara yang jauh akan Indonesiaku. Kami pun meikmati hasil dari kerja keras yang kami lakukan dahulu.
Kita sebagai anak bangsa harus bisa melestarikan kebudayaan Indonesia dan memberitahu dunia inilah Indonesia dengan keberagaman budayanya. Banyak cara untuk mengenal budaya bangsa kita sendiri tanpa menutup mata dengan budaya lain. Jangan sampai budaya yang kita junjung tinggi ini justru semakin kita abaikan karena rasa kepedulian akan menjaga budaya kita meluntur.
TAMAT.