Read More >>"> Heartache (5. Kepercayaan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Heartache
MENU
About Us  

“Krisan, darimana saja kau—”

“Apa...yang Anda katakan tadi itu benar?” Masamune terkejut mendengar pertanyaan dari wanita berjari lentik itu.

“Ap—perkataan apa?”

“Apa perlu aku mengulang kata demi kata yang Anda ucapkan pada klan Kira tadi?” sekuat apapun Krisan menahan air bah di pelupuk matanya, tetap saja keluar setetes demi setetes.

“Kau...apa kau mendengar semua—”

“Ya, aku mendengar semuanya!” jawab Krisan tak sabar.

“Tapi bagaimana bisa kau—harusnya kau bersembunyi di langit-langit atap rumah! Mustahil kau bisa kabur dari—”

“Tidak ada yang mustahil selama kita berusaha mencoba, Masamune-sama.”

Walau masih dalam keadaan terkejut, Masamune sedikit merasa lega karena dapat mengulur waktu untuk mencari alasan jika Krisan kembali menuntut penjelasan lebih padanya.

“Aku bisa sampai bersembunyi disini berkat bantuan anak buah Anda dan penduduk desa yang mengalihkan perhatian prajurit klan Kira agar aku dapat kabur sebelum berhasil ditemukan.” jelas Krisan ditengah-tengah emosinya yang mulai membludak keluar. Masamune hanya mengangguk membalas ber-oh-ria dari penjelasan wanita berjari lentik itu.

“Aku tanya sekali lagi kepada Anda.”

Glek!

“Apa...yang Anda katakan tadi itu benar?”

Sempat terjadi keheningan yang dihiasi suara dedaunan dari pepohonan dan suara semak belukar yang ditiup angin kencang.

“Ya...itu benar.”

“?!” kali ini tidak setetes air yang keluar melainkan berpuluh liter air keluar dari mata bulat Krisan.

“Tapi itu tidak semuanya!” buru-buru Masamune melanjutkan dengan gugup. “Aku berani bersumpah tidak semua yang kukatakan itu—”

“Bagaimana bisa...” Krisan berusaha menahan isak tangisnya. “Bagaimana bisa kau berbuat hal seperti itu padaku?”

“Krisan, tunggu! Dengarkan aku dulu—”

“Apa lagi yang harus kudengar darimu?! Kau sudah mengatakan semuanya! Selama ini kau memanfaatkan keberadaanku. Kau menjualku pada orang lain! Tapi mengetahui harga nilaiku yang dikatakan tinggi kau mengurungkan niatmu dan berganti menjadi menyewakanku pada kaum bangsawan. Dan kau...setelah kepentingan pribadimu berhasil kau dapatkan, kau berniat ingin menjualku pada klan Kira?” tanya Krisan tak habis pikir. Masamune menatap wanita berjari lentik itu dengan frustasi.

“Sudah kubilang kan, dengarkan dulu penjelasanku!!” dirinya ingin sekali menjelaskan semuanya pada Krisan, apa maksud dan rencana dirinya berkata seperti itu pada pihak musuh. Maksudnya melakukan ini semua baik, ini demi kepentingan Krisan, bukan untuk dirinya sendiri. Tapi tiap kali kata hatinya berkata A, mulutnya akan berkata B.

“Jadi itu benar, kan? Selama ini kau menganggapaku ‘boneka hidup’ yang bisa kau pergunakan kapanpun kau mau? Setelah itu kau akan membuangku, begitu?” dibeberapa kesempatan Masamune ingin menyuarakan pendapatnya tapi selalu dipotong oleh Krisan. “Jangan bilang, maksud perkataanmu “Krisan adalah milikku”sebenarnya bermakna “Krisan adalah—”

“Boneka hidupku.” Masamune akhirnya berhasil memotong ucapan Krisan.

“A-ap...” Krisan tak mampu berkata apa-apa lagi. Mulutnya sudah terkunci rapat mendengar pengakuan pujaan hatinya itu.

“Ya, Krisan adalah boneka hidupku!” Masamune kembali menegaskan dengan suara lantang. Mulutnya sudah tak bisa dikendalikan oleh hatinya. Kini yang berperan aktif menggerakkan anggota tubuhnya yakni otaknya yang berpikiran negatif. Wajahnya juga nampak merah padam akibat menahan emosi yang mulai keluar dari ubun-ubun.

”Aku pikir kau tidak menyadarinya sejak tinggal disini.”

“Padahal...padahal aku sudah mempercayaimu sejak pertama kita bertemu...”

“Tidak...kau pasti bercanda!” jawab Masamune berusaha menyembunyikan wajah keterkejutannya.

“Kau pikir aku berbohong?!” teriak Krisan mengamuk. “Jika aku tidak mempercayaimu aku tidak akan mungkin mau melakukan pelayanan sosial selama satu bulan!”

Tidak! Dia pasti bergurau! Dia hanya ingin merubuhkan pertahananku dengan cara seperti itu.

Dasar bodoh! Perkataannya itu benar! Dia sungguh-sungguh mempercayaimu!!

“Karena aku mempercayaimu...karena aku percaya kau tidak akan mungkin melakukan hal buruk padaku, aku bersedia melakukannya!”

“Lalu bagaimana denganku? Apa aku harus percaya padamu juga?” Krisan menjawab dengan ragu. Dia mengetahui munculnya keraguan dari nada pertanyaan Masamune.

“Te-tentu saja kau harus percaya—”

“Jadi kehadiranmu disini sebenarnya hanya untuk mencari sekoin uang, bukan untuk mencari tempat perlindungan dari pihak musuh?” Masamune balik menyerang wanita yang berada di hadapannya tanpa pikir panjang. Otaknya sudah tidak bisa menuruti semua kata hatinya. Kini yang menghantui perasaannya adalah rasa emosi yang begitu membludak.

Air mata wanita berjari lentik itu berhenti keluar, napasnya tercekat, jantungnya berdetak cepat, tubuhnya mematung, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk membela diri dan Masamune menganggap kebisuannya itu adalah benar adanya.

“Jadi aku benar, kan?” tanyanya tertawa meledek. “Jangan munafik!” sambung Masamune berjalan mengitari Krisan. “Di dunia yang selalu dihiasi pertumpahan darah akibat perang berkepanjangan dan hanya manusia kuatlah yang bisa bertahan hidup, saling memanfaatkan satu sama lain itu hal yang wajar, iya, kan?”

Glek!

“Kepercayaan itu memang penting tapi, bukankah nyawa juga penting untuk dijaga?” Masamune memperlihatkan senyum liciknya di depan wanita berjari lentik itu. “Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau sedang diincar sejak beberapa bulan yang lalu?”

Krisan masih tidak mengeluarkan suaranya

“Walaupun aku tahu kau sedang diincar, aku tetap mati-matian melindungimu dari pihak musuh agar aku bisa terus memanfaatkanmu sampai kepentinganku berhasil dicapai.”

Yang bisa dilakukan Krisan hanya memandang pujaan hatinya dengan nanar. Perasaannya kali ini tak menentu antara marah, kecewa dan juga senang. Marah dan kecewa karena sudah dimanfaatkan namun senang karena sudah dilindungi.

“Namun tak kusangka, kau menyembunyikan sesuatu yang tidak diketahui orang lain.” sebelah mata Masamune menatap lekat sebelah tubuh Krisan yang tertutup kimono bercorak bunga krisan. Menyadari jika sebagian tubuhnya menjadi pusat perhatian, Krisan segera menyilangkan kedua tangannya berusaha menutupi sebagian tubuhnya yang sudah ditutupi kain kimono miliknya.

“Untung saja tidak ada orang selain aku yang mengetahui sebagian tubuhmu ada yang cacat.”

Jantung Krisan sangat tercekik mendengar kata yang baginya keramat itu keluar dari mulut pujaan hatinya dengan seenak jidat.

“Untung saja kau menyewakan jasamu dengan cara bernyanyi, bukan dengan menggunakan tubuh cantikmu itu.” aku Masamune. “Jika kau menyewakan tubuh cantikmu pada kaum bangsawan, apa kata mereka ketika melihat tubuhmu ada yang cacat?” ucapannya kini mulai diluar batas. Tanpa sadar Masamune sudah melukai hati wanita berjari lentik itu.

”Aku benar-benar takjub padamu. Menyimpan kedokmu sebagai buronan saja kau pintar apalagi menyimpan rahasia besar yang kau simpan seumur hidup—”

“Kau...!” balas Krisan menatap pujaan hatinya dengan amarah yang meluap-luap. Masamune sendiri kaget mendengar Krisan akhirnya membuka mulut setelah belasan menit dirinya mencerca wanita berjari lentik itu.

“Dasar brengsek!” tak lama Krisan pergi meninggalkan pujaan hatinya yang menganga selebar mulut kudanil. Dua kata itu bergema cukup keras di gendang telinganya sampai dirinya tak menyadari ada seseorang yang mendekati tubuh kakunya.

“Masamune-sama!” Masamune  menoleh ke belakang dan mendapati tangan kanannya tengah berdiri dengan tatapan kecewa padanya.

“Koujiro...”

“Sebelumnya saya ingin meminta maaf pada Anda tapi, jika saya boleh berkomentar kata-kata Anda tadi sungguh diluar dugaan.”

“Diluar dugaan?” beo Masamune kebingungan. “Lho, aku memang mengatakan hal yang sebenarnya, kan? Mengatakan jika aku—”

“Anda sudah melukai hati Krisan dengan mengatakan tubuhnya cacat.”

Masamune membelalakkan sebelah matanya. ”Da-darimana kau—”

“Saya sungguh minta maaf. Saya sudah mendengar pembicaraan kalian berdua sejak awal.” ucap Koujiro membungkukkan tubuhnya 90 derajat dihadapan tuannya.

But, wait!” wajah Masamune masih terlihat kebingungan. “Memangnya tadi akumengatakan apa? Aku ada mengatakan tubuhnya cacat?”

Namun pertanyaan Masamune tidak dijawab oleh tangan kanannya. Setelah menegakkan tubuhnya kembali, Koujiro hanya menatap tuannya nanar. Melihat hal itu Masamune mengumpat pada dirinya sendiri.

Fuck you!

                                                                                                                                                           **********

Di tengah hutan terlihat dua orang pemuda berseragam ninja dan berpakaian berwarna merah menyala tengah berjalan membelah daratan ditemani seekor kuda jantan yang dituntun oleh pria berbaju merah tersebut.

“Kau yakin mereka itu musuh kita?” tanya pria berbaju merah.

“Iya.” jawab pria berbaju ninja yakin. “Aku dan anak buahku sudah memastikannya. Mereka bahkan sudah merencanakan penyerangan ke desa kita beberapa bulan yang lalu.”

“Kau serius?! Mereka benar-benar berniat ingin menghancurkan Desa Kai?” tanyanya terkejut mendengar pernyataan pria berbaju ninja. Pria berbaju ninja itu mengangguk mantap.

“Makanya kita harus cepat memberitahukan kepada Oyakata-sama untuk menyiapkan strategi melawan mereka. Kita tidak tahu kapan musuh akan menyerang.Oleh karena itu kita harus selalu was—”

Saking asyiknya mengobrol dengan pria berbaju merah, pria ninja tak menyadari jika ada seseorang yang berlari menuju arahnya bagai kecepatan angin hingga tak sengaja menabraknya.

Bruukk!!

“Adududuh!!” pria berbaju ninja mengaduh kesakitan sambil memegang kepalanya yang sakit akibat benturan keras yang dia rasakan.

“Ma-ma-maaf-maaf...maafkan aku!” wanita itu segera bangkit berdiri, menahan rasa sakit dikepalanya akibat benturan keras dan segera meminta maaf ditengah suaranya yang parau.

“Sasuke, kau baik-baik saja?” tanya pria berbaju merah pada pria ninja yang bernama Sasuke itu. Sasuke mengangguk menjawab pertanyaan tuan mudanya.

“Hei, kau!” kata pria berbaju merah menatap seorang wanita yang menabrak anak buahnya. “Kalau jalan itu lihat-lihat! Kau itu punya mata, kan?”

“Su-sungguh saya minta maaf!” balasnya gugup. “Lain kali saya akan berhati-hati.” wanita itu membungkukkan badanya 90 derajat untuk meminta maaf kembali pada yang bersangkutan.

Merasa kepalanya sudah membaik, Sasuke bangkit berdiri sambil memegang sebelah kepalanya.

”Sudahlah Danna (Tuan Muda), jangan memarahi wanita i—” Sasuke terpana ketika kedua matanya dibuka lebar-lebar mendapati seorang wanita yang sangat diidolakannyanya berdiri tepat dihadapannya dengan wajah basah bercampur ketakutan.

“Kri-krisan?”yang dipanggil tidak menjawab.

Oh, tidak! Jangan bilang mereka berdua ini juga musuhku!!

“Krisan?” beo pria berbaju merah. “Krisan yang—”

Tanpa izin dan tanpa pikir panjang Sasuke langsung meraih tangan Krisan untuk berjabat tangan dengannya. Seketika rasa sakit di kepalanya langsung menghilang.

“Anda benar-benar Krisan kan?! Krisan musisi jalanan itu, yang terkenal akan suara yang merdu dan permaian gitarnya yang cantik itu kan?!” Krisan balas mengangguk disertai perasaan takut.

"Ya Tuhan! Betapa beruntungnya aku dapat bertemu dengan Anda disini!!” jerit Sasuke heboh, matanya tampak berbinar-binar bahagia.

“Wah, hebat...!” gantian pria berbaju merah yang terpana memandangi Krisan.

“Perkenalkan saya Sarutobi Sasuke, pasukan ninja Sanada Takeda. Dan pria berbaju merah ini adalah tuan mudaku, Sanada Yukimura.” Sasuke memperkenalkan dirinya dan tuan mudanya dengan semangat menggebu-gebu. Mereka tidak menyadari jika mata Krisan tengah basah oleh air bah.

“Ha-halo...sa-saya Krisan...” balas Krisan gagap. Mendengar suara aneh wanita yang diidolakannya, disitu baru disadarinya raut wajah ketakutan, penampilannya yang tidak karuan dan kedua matanya yang basah.

“Hei hei, Anda kenapa? Kenapa Anda ketakutan seperti itu? Dan juga kenapa Anda menangis?”

“Ak-aku...” jantung Krisan dag dig dug serasa diinterogasi seperti itu oleh Sasuke.

“Tenanglah, kami ini orang baik, kok! Kami tidak akan menyakitimu.” ucapan Yukimura membuat perasaan Krisan sedikit lega. Krisan hanya memandang Sasuke dan Yukimura seperti anak kehilangan induknya.

“Danna, bagaimana kalau kita bawa dia ke desa? Nanti dia bisa menceritakan apa yang terjadi dengannya pada kita dengan leluasa.”

“Ide bagus!” usulan Sasuke diterima baik oleh Yukimura. “Krisan-dono (Nona Krisan), Anda tidak keberatan berkunjung ke Desa Kai? Jaraknya tidak jauh dari sini. Tinggal satu setengah kilometer lagi dan kita akan sampai!” jelas Yukimura berusaha membuat Krisan agar mempercayai perkataannya.

“Yang dikatakan Danna benar. Anda tidak perlu mengkhawatirkan atau takut mengenai apapun. Kami yang akan menjagamu dari segala bahaya.” tambah Sasuke menghibur Krisan. Wanita berjari lentik itu balas mengangguk setuju tanpa berkomentar apa-apa.

Akhirnya Sasuke dan Yukimura kembali pulang sehabis misi yang diberikan oleh atasannya ditemani Krisan yang berada ditengah-tengah mereka berjalan beriringan bagaikan boneka hidup.

 

Selama di perjalanan awalnya Krisan hanya mengeluarkan suara sesenggukan yang ditahannya. Kedua pria yang ada disamping kiri dan kanannya sempat kebingungan harus berkata dan bersikap apa. Jika dibiarkan takutnya Krisan akan menangis kembali, jika dihibur takutnya tidak dihiraukan. Mula-mula Yukimura—pria yang penuh dengan semangat membara bagai kobaran api—mengajak Krisan mengobrol berbagai macam hal dengannya, salah satunya bermain teka-teki. Sasuke berpikir tindakan tuan mudanya itu pasti sangat mustahil berhasil mengingat hampir 10 menit lamanya Krisan tak pernah menjawab apalagi tertawa mendengar jawaban dari teka-teki Yukimura yang penuh dengan lelucon. Tapi dengan semangat pantang menyerah yang tumbuh dari tekadnya, usaha Yukimura untuk membuat Krisan tertawa akhirnya berhasil. Sasuke sampai menganga melihat keajaiban itu.

“Danna, bagaimana bisa kau membuatnya tertawa?”

Krisan sendiri berusaha mengatupkan kembali mulutnya tapi tidak bisa lantaran masih mengingat lelucon Yukimura tadi.

“Tentu saja aku bisa!” jawabnya bersemangat. “Dengan semangat juang dan pantang menyerah, apapun pasti bisa kau capai! Percayalah padaku.”

“Ppfftt...yuki..mura-san..pfftt!!” tawa Krisan tak tertahankan. Yukimura terkekeh memandang wanita berjari lentik itu.

“Danna, kau curang!” kata Sasuke iri melihat tuan mudanya berhasil membuat wanita yang diidolakannya tertawa tertahan seperi itu. “Aku kan, juga ingin membuatnya tertawa!”

“Ya sudah, lakukan saja.” balasnya santai. ”Aku juga sudah kehabisan ide.”

Namun kesempatan Sasuke ingin membuat wanita yang diidolakannya tertawa seperti yang dilakukan tuan mudanya tidak bisa terwujud lantaran mereka bertiga sudah sampai di pintu gerbang Desa Kai.

“Kita sampai!” teriak Yukimura merentangkan kedua tangannya ke langit dengan senang.

Mulut Krisan menganga melihat dihadapannya ada pintu kayu yang sangat besar menjulang tinggi hampir menembus langit biru dan tembok-tembok dari batu bata bertengger kokoh di kedua sisinya. Ketika pintu dibuka lebar, tampak halaman yang diberi sekat batu bata hingga berbentuk labirin disepanjang jalan. Setelah melewati jalan berbentuk labirin, kita akan berjumpa dengan pohon beringin di kiri dan kanan jalan dan juga rumah-rumah kecil dari kayu jati yang menghiasi jalan setapak.

“Kenapa jalannya berbentuk labirin seperti ini?” tanya Krisan mulai bersuara. Perasaannya sekarang sudah tidak diliputi ketakutan lagi melainkan perasaan lega luar dalam.

“Kami sengaja membuatnya agar pihak musuh yang datang kesulitan menuju rumah utama.” jelas Sasuke sebelum tuan mudanya kedapatan membuka mulut.

“Rumah kecil tadi itu apa?”

“Oh, itu hanya gudang. Sekalian sebagai pengecoh.” sambung Sasuke lagi.

“Ah, kukira didalamnya ada orang yang tinggal.” Krisan mengangguk paham. “Ngomong-ngomong, Desa Kai berbeda dengan Desa Oushuu, ya!”

Huh? Kenapa dia tahu Desa Oushuu?

“Kalau dilihat dari letak geografisnya memang berbeda. Desa Oushuu kan, ada dataran tinggi dan rendah sedangkan Desa Kai hanya dataran rendah saja.” jawab Yukimura menjelaskan.”Wilayah kami kan, di tengah-tengah Negara Jepang.”

“Aku baru menyadarinya. Pantas saja udaranya tidak sesejuk di sana.” balas Krisan mengibas-ngibaskan sebelah tangannya untuk mengipasi dirinya yang kepanasan.

Apa dia ada tinggal di Desa Oushuu?, tanya Sasuke mulai curiga.

“Dan juga rumah-rumah penduduk desanya ada dimana? Sepanjang perjalanan aku tidak ada melihatnya.”

“Rumah penduduk Desa Kai ada di belakang rumah utama kami.” tunjuk Sasuke setibanya mereka di depan rumah utama Desa Kai, untuk sementara dirinya mengesampingkan perasaan curiganya terhadap idolanya.

“Rumah penduduk tidak kelihatan dari sini kecuali Anda masuk ke dalam.” sambung Sasuke lagi. “Halaman belakang rumah utama akan langsung menembus halaman depan daerah rumah penduduk.”

“Woaahh~” Krisan tidak hanya takjub akan konsep desa yang dibangun oleh pemimpin Desa Kai, melainkan arsitektur rumah utama yang begitu megah dan bernilai seni.

Tanpa mereka sadari, muncul seorang pria bertubuh besar keluar dari rumah utama.

“Yukimura! Sasuke!” panggilnya ketika melihat orang kepercayaannya tiba di depan rumah utama.

“Oyakata-sama, kami pulang!” Yukimura berlari menghampiri tuannya.

“Kami pulang.” sapa Sasuke mengikuti.

Pria bertubuh besar itu mengangguk membalas salam mereka. Tak sengaja kedua matanya mendapati sosok asing yang memasuki daerah kekuasaannya.

Seorang wanita?, pria bertubuh besar itu makin menajamkan indra penglihatannya yang mulai rabun. Kenapa dia bisa ada disini?

“Oyakata-sama, kami ingin melapor pada Anda.” kata Yukimura terlihat bersemangat.

“Sebelumnya, izinkan kami untuk memperkenalkan seseorang kepada Anda.” sambung Sasuke tak kalah semangatnya dengan tuan mudanya.

“Siapa orang yang ingin kalian perkenalkan padaku?” pria yang dipanggil dengan sebutan “Guru” itu menatap anak buahnya ragu.

“Dia.” tunjuk Yukimura pada Krisan yang berdiri disamping Sasuke.

Wajah Krisan tampak ketakutan saat beradu pandang dengan pemimpin Desa Kai yang bertubuh besar, berkumis, memakai baju besi berwarna merah menyala dan memiliki rambut panjang berwarna coklat. Perawakannya yang sudah tua makin membuat bulu kuduk Krisan berdiri bagai jarum pentul.

“Kenalkan, wanita itu adalah Krisan-dono. Anda tahu kan, dia musisi jalanan yang terkenal itu?”

“Oh, aku tahu.” jawabnya pendek.

“Krisan-san, perkenalkan beliau adalah Takeda Shingen, pemimpin Desa Kai.” ucap Sasuke kepada Krisan.

Krisan membungkukkan badannya 90 derajat memberi hormat kepada pemimpin Desa Kai.

“Se-se-selamat siang, Shingen-sama! Sa-saya...Krisan. Sa-sa-salam kenal!” wanita berjari lentik itu memperkenalkan dirinya dengan gugup. “Sa-saya sudah mendengar...banyak tentang Anda.”

Shingen hanya balas dengan menatap wanita berjari lentik itu tajam dari ujung kepala sampai ujung kaki. Karena risih ditatap seperti itu, Krisan melapor pada pria yang berada disebelahnya.

“Sasuke-san, aku-aku takuutt!” bisik Krisan takut.

“Tenanglah, Oyakata-sama tidak akan menggigit Anda.”

“Tapi tetap saja...”Krisan menggembungkkan kedua pipinya.

Bagaimana ini? Apa aku harus memberitahukannya pada mereka? Bagaimana jika mereka mengkhianatiku? Harusnya sih, tidak mungkin karena informasi yang aku berikan sangat berguna bagi mereka, pikir Krisan hati-hati.

Sekarang bukan rupa pemimpin Desa Kai yang membuatnya ketar-ketir melainkan ada hal lain yang disembunyikannya.

Jika dipikir-pikir ini kesempatan sekali dalam seumur hidup. Kalau dibiarkan, bisa-bisa aku—

“Masuklah. Akan lebih nyaman jika kita mengobrol sambil minun teh.” tak lama Shingen masuk ke dalam meninggalkan mereka bertiga di depan pintu rumah utama.

Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan wanita itu dari kami, batinnya curiga.

“Ada apa dengan Oyakata-sama?” tanya Yukimura heran. “Kelihatannya dia tidak enak badan. Apa dia sakit, Sasuke?”

Tidak, jawab Sasuke dalam hati. Eh, tunggu dulu! Wajah Oyakata-sama terlihat meragukan, pikir Sasuke kalut. Tadi juga...apa Oyakata-sama sudah mulai mencurigai Krisan-san?, tanyanya memperhatikan wanita berjari lentik itu lebih cermat dari sebelumnya.

“Hm? Ada apa, Sasuke-san?” tanya Krisan memasang wajah tanpa dosa. 

Aku harus memasang ekspresi senormal mungkin jika tidak ingin dicurigai oleh orang-orang dari Kai.

“Ah, tidak. Tidak ada apa-apa, kok!” balas Sasuke bohong. “Silahkan masuk kedalam. Danna akan mengantarmu.”

Pada akhirnya Yukimura mengantar Krisan masuk ke dalam menuju ruang tamu. Sebelum Sasuke masuk menyusul mereka bertiga, mendadak instingnya mengatakan sesuatu.

Sebaiknya aku mengawasinya dari sekarang, batinnya sambil melangkahkan kaki mengekori yang lainnya.

 

Setibanya di ruang tamu...

“Terima kasih sudah mau singgah di tempat kami.”

“Tidak-tidak! Justru sayalah yang seharusnya mengucapkan terima kasih karena sudah diperbolehkan bertamu di tempat Anda.” Krisan menjawab pernyataan Shingen gugup sampai berkeringat dingin.

Jika benar Krisan-san ada menyembunyikan sesuatu, bagaimana cara Oyakata-sama membuka kedoknya?, tanya Sasuke penasaran.

“Kalau boleh tahu, bagaimana ceritanya kau bisa bertemu dengan Yukimura dan Sasuke?” pertanyaan Shingen terdengar tidak begitu tertarik di telinga Krisan dan Sasuke seakan-akan pertanyaan itu hanyalah basa-basi belaka sebelun ke inti permasalahannya. Namun Yukimura tidak menyadari adanya ketegangan diantara mereka bertiga. Jadilah yang menjawab pertanyaan Oyakata adalah anak buahnya sendiri.

“Kami menemukannya di hutan sebelah barat daya sehabis pulang dari menjalankan misi. Dihutan tak sengaja Krisan-dono menabrak Sasuke. Karena kami melihat ada yang tidak beres dengannya kami memutuskan untuk membawanya kesini.” jelas Yukimura detail namun singkat dan mudah dimengerti.

Hoo~ Basa-basi dulu ya..., senyum Sasuke nampak puas.

“Begitu rupanya.” angguk Shingen paham. “Kalau boleh tahu, kau tinggal dimana?”

Mampus! Haruskah aku menjawab dengan jujur?, tanya Krisan pada dirinya sendiri.

Ditatapnya pemimpin Desa Kai yang duduk dihadapannya dengan cermat. Krisan meyakini dirinya jika Shingen dan orang-orang dari Desa Kai dapat dipercaya.

“Sa-saya untuk sementara..tinggal di Desa Oushuu.” jawab Krisan kikuk.

“Tokuganryu?”

“Ja-jadi..gosip itu benar?”

“Kau...kau tinggal bersama dengan Masamune-dono (Tuan Masamune)?” tanya mereka bertiga kompat terkejut bagai terkena serangan jantung. Krisan hanya mengangguk kaku, menyalahkan dirinya karena sudah memberikan jawaban yang terlalu polos kepada orang tak dikenal.

“I-iya..begitulah.” angguk Krisan kaku.

Terkutuk kau, Krisan! Bisa-bisa kau menggali kuburanmu sendiri disini!, umpatnya kesal setengah mati.

“Bagaimana bisa kau tinggal bersama dengannya?” tanya Shingen penasaran namun matanya sedari tadi tidak pernah lepas dari mangsanya.

“Ti-ti-tinggal bersama?!” ulang Krisan wajahnya penuh dengan semburat merah.

Hm? Wajahnya memerah. Apa dia menyukai Tokuganryu?

“Y-yah, maksud kami bagaimana bisa kau tinggal di Desa Oushuu, begitu.” jelas Sasuke buru-buru sebelum terjadi kesalahpahaman yang makin mendalam.

“Tidak mungkin juga kan, di sana hanya kalian berdua saja yang tinggal...” kalimat sambungan Sasuke makin memperparah keadaan. Krisan sampai harus memalingkan wajahnya ke arah lain agar tidak bisa dilihat oleh ketiga pria yang ada di ruangan itu walau dirinya tahu usaha itu sia-sia belaka. Sasuke baru menyadari jika dirinya membuat kesalahan ketika pemimpin Desa Kai menatapnya dengan bengis.

“Kau membuat kesalahan besar, Sarutobi Sasuke!”

“Ma-maafkan saya!” pinta Sasuke buru-buru meminta maaf pada tuannya. Yukimura yang sedari tadi hanya menjadi penonton menatap mereka bertiga tak mengerti.

Mereka ini kenapa sih? Aneh.

“ Uh, um...bagaimana menceritakannya, ya...” balas Krisan mengulur waktu agar ada yang mengganti topik pembicaraan. “Ceritanya...sangat panjang...”

Shingen berdeham untuk mencairkan suasana yang kikuk tak karuan. “Maaf jika pertanyaanku membuatmu merasa tidak enak.” potongnya meminta maaf dengan membungkukkan sedikit badannya. Krisan sampai gugup harus menjawab apa.

“Tidak-tidak! Jangan meminta maaf seperti itu!” 

“Yukimura!” panggilan mendadak Shingen membangunkan mata Yukimura yang hampir tertutup rapat saking bosannya.

“Ya, Oyakata-sama!”

“Tolong buatkan tamu kita secangkir teh hangat dan bawakan juga makanan ringan sebagai tambahan. Tuan rumah tidak bisa menyajikan untuk tamunya dengan tangan kosong.”

“Baik, Oyakata-sama!” jawab Yukimura patuh. Dirinya lalu bangkit berdiri dan segera pergi meninggalkan Shingen, Krisan dan Sasuke.

“Kau juga, Sasuke. Bantu Yukimura di dapur.”

“Ba-ba-baik!” Sasuke langsung angkat kaki dari tkp dan berlari kecil menyusul tuan mudanya ke dapur.

Kuserahkan membongkar kedok Krisan-san pada Anda, Oyakata-sama!, ucap Sasuke kepada pemimpin Desa Kai yang dibalas oleh Shingen melalui kontak mata sebelum akhirnya dirinya benar-benar pergi menyisakan wanita berjari lentik dan pemimpin Desa Kai.

“Jadi...hanya tinggal kita berdua.” kata Shingen membuat jantung Krisan berdetak kencang merasakan ketakutan yang amat sangat.

“I-iya.” jawab lawan bicaranya gagap.

“Aku tidak ingin basa-basi lagi denganmu dan kuharap kau bisa bekerja sama saat beberapa pertanyaanku muncul di udara.” balas Shingen menatap Krisan penuh kecurigaan.

Glek!

“Apa-apa Anda mencurigai saya?”

Shingen mengangguk menjawab pertanyaan Krisan. “Dari tatapan matamu sepertinya kau menyembunyikan sesuatu dari kami.”

“Apa..yang ingin Anda ketahui dari saya?”

“Apa yang kau sembunyikan dari kami?”

“?!” mata Krisan melotot, mulutnya sedikit menganga, tidak ada satupun suara yang keluar kecuali napasnya yang tercekat.

“Apa pertanyaan itu terlalu sulit untuk kau jawab?” tanya Shingen mulai terlihat tak sabar. Krisan masih diam tak bergeming. “Apa mungkin jika kau memberitahukannya padaku nyawamu akan terancam?”

Krisan menatap pemimpin Desa Kai tajam dengan sedikit keberanian. “Apa-apa Anda mata-mata Kira Sakamoto?!” tanya Krisan sedikit berteriak.

“Kira Sakamoto?” ulang Shingen tak mengerti. “Maksudmu pemimpin dari klan Kira itu?” tanyanya makin mencurigai Krisan. “Apa hubungannya kau dengan klan Kira?”

“Ja-jadi...Anda...Anda bukan mata-mata klan Kira?” tanya Krisan menatap pemimpin Desa Kai dengan wajah pucat bagai hantu gentayangan.

“Sudah kubilang kan, aku Takeda Shingen pemimpin dari Desa Kai. Aku bukan mata-mata bahkan Desa Kai tidak memiliki hubungan dengan klan Kira.”

Terdengar helaan napas lega dari arah Krisan.”Syukurlah..syukurlah aku masih selamat!” serunya senang. Shingen menatap Krisan bingung.

“Memangnya apa yang terjadi? Apa hubunganmu dengan klan Kira?”

Sebelum membuka mulut, Krisan mengedarkan pandangan kesekeliling, mencari-cari tempat yang mungkin dapat ditembus oleh musuh jika dirinya membocorkan hal penting dari klan Kira.

Tahu jika Krisan takut ada yang menguping pembicaraannya, Shingen berusaha meyakinkan wanita berjari lentik itu.

“Tidak perlu khawatir.” kata Shingen membuang suara ditengah keheningan sore menjelang malam. “Tidak akan ada yang mendengar pembicaraan kita.”

“Anda yakin? Bagaimana jika musuh datang? Nyawa saya bisa jadi taruhannya!” ucap Krisan suaranya terdengar bergetar saking ketakutan. Shingen kembali meyakinkan wanita berjari lentik itu.

“Aku berjanji akan melindungi nyawamu dari musuh sekalipun itu dari Kira Sakamoto.” balas Shingen serius. Melihat jika pernyataan pemimpin Desa Kai dapat dipercaya, akhirnya Krisan membuka mulut dan membongkar rahasia yang selama ini ditutupinya.

“Sebenarnya saya ini seorang buronan yang dicari oleh klan Kira.” kata Krisan memulai ceritanya. Shingen nampak terkejut mendengar ucapan Krisan barusan.

“Buronan?”

Krisan mengangguk mengiyakan. “Ya.”

“Kenapa kau bisa menjadi buronannya klan Kira?”

“Beberapa bulan yang lalu, saya sempat mendengar diskusi yang dilakukan oleh Sakamoto dan tangan kanannya, Tamura Yusuke sebelum dia mati.”

“Siapa yang sudah membunuh tangan kanan Sakamoto?” tanya Shingen penasaran.

“Masamune..sama..” jawab Krisan tak bersemangat. Entah kenapa menyebut nama pujaan hatinya membuat dadanya sempat terasa sesak.

“Sejak kapan...” namun perkataannya tidak digubris oleh Krisan. Kembali Krisan melanjutkan ceritanya.

“Saya mendengarnya di sebuah rumah makan. Saat itu saya baru pulang dari Desa Eichi dan memutuskan untuk makan malam disana.” Krisan sempat memberikan jeda sejenak sebelum melanjutkan. “Ketika saya hendak pulang, tepat di sebelah ruangan saya, saya mendengar jika ada dua orang pria yang sibuk membicarakan Desa Kai.”

“Setelah kita mengambil alih Desa Nara, kita akan mengambil alih Desa Kai.” Yusuke menjelaskan rencananya pada tuannya.

“Kenapa kita tidak menyerang Desa Kai baru ke Desa Nara?” tanya Sakamoto mengkerutkan keningnya.

“Bukannya saya tidak yakin dengan kekuatan Anda tapi, menghadapi Takeda Shingen itu sama saja dengan menghadapi diri Anda sendiri.” jelas Yusuke memberikan penjelasan. “Kekuatan Anda sebanding dengan kekuatan Takeda Shingen dari Desa Kai. Kita juga harus menyiapkan persiapan yang matang karena tidak hanya Takeda Shingen saja yang menjadi masalah.”

“Memangnya siapa lagi yang menjadi penghambat kita?” tanya Sakamoto meminta penjelasan lebih.

“Takeda Shingen memiliki  Macan dari Kai, Sanada Yukimura yang kekuatannya setara dengan Tokuganryu dari Desa Oushuu, Si Bishamon dari klan Shimura yang merupakan teman sekaligus rival sejati Takeda Shingen serta pasukan ninja sekaligus mata-mata yang sangat hebat yaitu Sarutobi Sasuke. Jika kita tidak mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, itu sama saja dengan bunuh diri!” jelas Yusuke meyakinkan tuannya yang terlihat ragu sejenak. “Akan menjadi masalah besar bagi kita jika Sasuke Sarutobi mengetahui rencana kita dan Si Bishamon ikut campur dalam pertarungan kita nanti!”

“Hm...baiklah. Kalau begitu kita rebut wilayah Desa Nara. Beberapa bulan lagi kita akan merebut Desa Kai.” akhirnya Sakamoto menyetujui pendapat tangan kanannya.

“Sakamoto-sama...” terlihat matanya berbinar-binar. “Anda—”

Kretek!

Tak sengaja Krisan yang sedari tadi menguping pembicaraan menginjak sepotong ranting pohon yang tergeletak disana. Otomatis kepala Sakamoto dan Yusuke menoleh ke asal suara dan mendapati ada bayang-bayang seorang wanita tengah berdiri tepat di depan pintu ruang makan mereka.

“Yusuke!”

“Serahkan pada saya.” segera Yusuke keluar dari ruang makan untuk mengejar sosok wanita tersebut. Namun sayang bagi mereka, Krisan sudah berlari jauh meninggalkan tkp. Tapi disatu sisi mereka mendapat petunjuk siapa gerangan yang menguping pembicaraan mereka.

“Mereka mengetahui jika saya yang menguping pembicaraan mereka dari pemilik rumah makan tersebut.” Krisan tersenyum penuh kepasrahan. “Yah, bodohnya saya yang tidak menyadari betapa tenarnya saya sampai dicari-cari seperti ini.”

“Jadi itu alasanmu kenapa sejak beberapa bulan lamanya kau hengkang dari hadapan khalayak ramai.”

“Anda benar. Dan yang paling ditakuti mereka saat ini jika saya menceritakan semuanya pada Anda, Shingen-sama.”

“Jika nyawamu ingin selamat harusnya kau tidak perlu repot-repot menceritakan semuanya padaku.”

Mata Krisan terbelalak kaget. Dia...dia menipuku?

“Tapi, aku sangat berterima kasih bahkan Desa Kai berhutang nyawa padamu.” sambung Shingen bangkit berdiri dari tempatnya duduk. Krisan memandang pemimpin Desa Kai tak mengerti.

“Ma-maksud Anda..apa?”

“Aku sangat salut akan keberanianmu yang mau menceritakan semua rencana klan Kira dan mengagumi betapa perhatiannya kau pada desa kami, walau kau tahu nyawamu taruhannya.”

“I-itu karena Anda sudah berjanji akan melindungi nyawa saya! Makanya saya mau—”

“Apa kau lari dari Desa Oushuu karena Tokuganryu tahu jika kau telah memanfaatkannya?”

“?!” sejenak Krisan tak dapat berkutik. Tanpa sadar dirinya mengepalkan tangannya begitu kuat hingga melukai telapak tangannya sendiri. “Dia...dia juga sudah memanfaatkan saya! Jadi..jadi wajar saja, kan..jika saya balik memanfaatkannya?!”

“Di dunia yang selalu dihiasi pertumpahan darah akibat perang berkepanjangan dan hanya manusia kuatlah yang bisa bertahan hidup, saling memanfaatkan satu sama lain itu hal yang wajar, iya kan?”

Apa?! Tunggu! Kenapa..kata-kataku barusan terdengar seperti perkataan Masamune-sama?

Jadi tebakan asalku benar, ya?, dugaan Shingen tidak meleset.

“Jadi, kau ingin balas dendam padanya?” Krisan tetap diam tak berkomentar.

Shingen melangkahkan kakinya menuju daun pintu. “Aku tidak tahu masalah apa yang sedang menimpa kalian hingga kejadiannya sampai seperti ini.” sambungnya berusaha untuk tidak menyindir Krisan. “Tapi jika boleh kusarankan sebaiknya kau jangan balas dendam padanya.”

“Ap-apa?!”

“Balas dendam tidak akan menyelesaikan masalah, pasti kau sering mendengar orang tua dulu mengatakan hal seperti itu dan kenyataannya memang benar.” Shingen membalikkan badannya ingin melihat respon wanita berjari lentik itu. “Jangan membuang-buang waktu hanya karena didepanmu ada tembok besar yang menghadang.”

“Shin..gen..sama..” Krisan terpana akan kata-kata bijak yang keluar dari mulut pemimpin Desa Kai tersebut.

“Jika kau ingin menghancurkan tembok besar itu dengan mudah, bicaralah baik-baik padanya. Aku yakin dia pasti akan mengerti.”

“Ta-tapi..dia—”

“Perkataanku benar kan, Yukimura dan Sasuke?” tanya Shingen menangkap basah kedua anak buahnya yang rupanya sedari tadi menguping pembicaraan dirinya dengan Krisan. Yukimura dan Sasuke yang bersembunyi di balik pintu bergidik ketakutan ketika mendengar suara berat tuannya itu.

“I-i-itu benar..Oyakata-sama.”

“Tidak ada yang salah dengar perkataan Anda, Oyakata-sama.” jawab mereka berdua keluar dari persembunyian memasang senyum lebar tanpa dosa.

“Yukimura-san..Sasuke-san...” panggil Krisan tak percaya.

“O-o...jangan salah paham dulu, Krisan-dono! Kami tidak bermaksud menguping pembicaraan Anda dengan Oyakata-sama. Sasukelah yang memaksaku untuk melakukan hal ini.”

“Hei, Danna! Jangan memfitnah orang seenaknya, ya! Aku kan, memaksamu untuk pergi ke dapur membuat teh untuk Krisan-san bukannya menguping pembicaraan mereka berdua!” bela Sasuke tak terima dituduh sembarangan oleh tuan mudanya.

Krisan yang sekarang menjadi penonton hanya memandang perdebatan antara Yukimura dan Sasuke dengan melongo. Shingen sendiri sudah menyiapkan kuda-kudanya untuk memberikan pelajaran berharga kepada kedua anak buah kesayangannya.

“Kalian berdua..” panggilan Shingen terdengar menakutkan.

“Hiii!” Yukimura dan Sasuke terlihat bergidik ketakutan.

“Bukankah aku sudah menyuruh kalian untuk membuat teh di dapur dan membawa makanan ringan ke sini, huh?” tanya Shingen sebelum kehilangan kendali emosinya. “Kalian tidak ingin membuat tamu kita menunggu kan?!”

“Ba-ba-baiklah!”

“Akan..akan kami siapkan segeraaa~” ucap mereka berdua kompak bagai anak kembar sembari berlari ketar-ketir menuju ruang dapur agar tidak mendapat pelajaran berharga dari tuan mereka.

                                                                                                                                                        **********

Di taman kediaman rumah klan Date...

“Dimana dimana dimana dimana dimanaaa!!!” teriak Tokuganryu tak bisa menahan amarahnya. “Dimana Bunga Krisan Sialan itu berada?!”

“Mo-mohon tenang sejenak, Masamune-sama.” pinta Koujiro berusaha menenangkan amukkan tuannya. “Yang lain sedang mencari keberadaan Krisan. Jadi sebaiknya Anda—”

Masamune menatap tangan kanannya tak ramah. “Jadi kau akan menyuruhku duduk dan menunggu kabar dari mereka, begitu Koujiro?” tanyanya tak sabar.

“Y-yah..kira-kira seperti itu!” tidak biasanya Kojirou bisa menangani amukan naga bermata satu dari Desa Oushuu ini.

Drap! Drap! Drap! Drap!

Tak lama dari tempat mereka berdiri terdengar beberapa langkah kaki tengah berlari menuju ke arah mereka.

“Ketua! Katakura-sama!” panggil Si Megane dan Si Gendut berbarengan. Masamune dan Kojirou melihat kedatangan anak buah mereka dengan harap-harap cemas.

“Ketua! Katakura-sama! Hosh! Hosh!” panggil Si Megane sesampainya di hadapan tuannya.

“Krisan-sama...hosh! Hosh!” sambung Si Gendut makin membuat Masamune tak sabar menunggu ucapan mereka. Ditodongnya mereka dengan sebilah pedang yang dibawanya.

Cling!

“Dimana Krisan sekarang?” tanya Masamune garang. Si Megane dan Si Gendut sampai jatuh terduduk saking takutnya menghadapi tuannya yang sedang dilanda emosi berkepanjangan.

“Masamune-sama! Ugh!” bahkan Kojirou sendiri juga ditodong oleh Tokuganryu.

“Jawab pertanyaanku dalam waktu 3 detik. Dimana Krisan sekarang?!”

“Ke-ke-ketua...!” jawab Si Megane berkeringat dingin.

“Satu...” Masamune mulai berhitung.

“Ano...Krisan-sama..Krisan-sama...” balas Si Gendut gagap.

“Dua...” Masamune makin memajukkan sebilah pedangnya ke arah Si Megane dan Si Gendut.

“Kalian berdua! Cepat beritahu dimana Krisan berada jika kalian tidak ingin—”

“Tiga...”

“Ta-tapi—” ucap Si Megane dan Si Gendut berbarengan.

Time’s up!” Masamune tengah bersiap mengayunkan pedangnya ke arah kedua anak buahnya sampai akhirnya Si Megane membuka mulut terlebih dahulu.

“Kami melihat Krisan-dono ada di depan gerbang bersama dengan Macan dari Kai dan ninjanya!” teriakkan Si Megane membuat ayunan Masamune terhenti.

“Apa katamu? Krisan bersama dengan orang-orang dari Kai?” tanya Koujiro tak percaya.

“Kami juga kaget! Makanya kami langsung—Ketua!” perkataan Si Gendut langsung dipotongnya karena melihat tuannya tengah berlari bagai jaguar menuju pintu gerbang Desa Oushuu.

 

Di depan pintu gerbang Desa Oushuu...

“Terima kasih banyak sudah mengantarku. Maaf jika aku ada merepotkan kalian semua.” ucap Krisan membungkukkan badannya 90 derajat di hadapan Yukimura dan Sasuke.

“Tidak-tidak! Jangan berkata seperti itu.” balas Sasuke menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. “Kami sangat senang bisa membantumu dalam menghadapi kesulitan.” sambungnya tersipu malu dihadapan idolanya.

“Anda tidak perlu khawatir lagi, Krisan-dono!” Yukimura ikut menambahkan dengan semangat api yang tertanam di dalam dirinya. “Apapun yang tejadi pada Anda, kami dari klan Takeda pasti akan menyelamatkan Anda dari marabahaya, ingat itu!”

“Um! Aku pasti akan mengingatnya.” balas Krisan tersenyum kepada kedua pria yang ada dihadapannya.

“Astaga!” tiba-tiba terdengar suara yang sangat dikenal oleh Krisan muncul di udara. “Tak kusangka kau bisa juga membawa pulang dua pria dari Desa Kai.” Krisan membalikkan badannya dan mendapati pujaan hatinya tengah berdiri di depan pintu gerbang dengan gayanya yang cool itu.

“Ma-samune...sama...” panggil Krisan seperti baru melihat hantu.

“Bagaimana? Sudah puas menggoda laki-laki lain?” tanya Masamune menghampiri Krisan.

“Huh? Menggoda laki-laki lain?” beo Yukimura tak mengerti.

“Uh, Tokuganryu, kami bisa jelaskan. Sebenarnya—”

“Aku tidak ada berbicara denganmu, ninja sialan!” balas Masamune menatap Sasuke tajam. Sasuke bergidik ngeri melihat tatapan tajam dari Tokuganryu.

“Ma-masamune-sama! Bisa aku jelaskan—”

“Kita bicara didalam.” tanpa menunggu Masamune langsung menarik lengan Krisan dengan paksa tanpa mengucapkan apa-apa kepada para tamunya.

 

Di sebuah kamar kediaman klan Date...

Greek!

Masamune membuka pintu geser kamar dengan keras, mendorong wanita berjari lentik itu masuk ke dalam lalu menutupnya kembali tidak kalah kerasnya dengan sebelumnya.

“Masamune-sama—ukh!”

Buk!

Tak segan-segan sesampainya di kamar entah milik siapa Masamune langsung mendorong wanita berjari lentik itu ke tembok dan tak sengaja sedikit mencekik lehernya.

“Ma..sa..mune..sama..ukh!” panggil Krisan serasa kehabisan napas.

“Kau!” panggil Masamune suara dan tubuhnya sudah diluar kendali.

Samar-samar Krisan bisa melihat untuk pertama kalinya pemimpin klan Date tengah mengamuk bagai naga liar. Tubuh Krisan bergetar melihat salah satu mata Masamune berubah menjadi merah darah, hidungnya yang kembang kempis menahan emosi dan suara gertakan giginya yang begitu menyakitkan.

“Masa—akh!” Masamune makin mencekik leher Krisan hingga wajahnya mulai berwarna biru.

“Selama sisa hari ini...kau ke mana saja?” tanya Masamune membuka pembicaraan. Namun tangannya masih juga tidak melepaskan cengkramannya dari leher Krisan. Yang bisa dilakukan wanita berjari lentik itu hanyalah berusaha mencari udara segar ditengah peperangannya melawan tangan besar nan kuat milik pujaan hatinya.

“Apa kau tahu selama sisa hari ini aku, Koujiro dan yang lainnya berusaha mencarimu kemana-mana! Kami berpikir kau sudah ditangkap oleh klan Kira karena sampai malam kau tak kunjung pulang. Tapi—”

“Aakh! Masa..mu—” sekarang bukan leher Krisan lagi yang menjadi sasaran melainkan perut Krisan yang disodorkan sebuah katana dibagian ujungnya yang tumpul. Jadi aman bagi Krisan darahnya tidak keluar tapi sebagai gantinya rasa sakit harus diterima perutnya.

“Kau malah asyik-asyiknya menggoda pria lain? Orang-orang dari Kai?” tanya Masamune tak percaya. Tawa getir terdengar di telinga Krisan.

“Ma-masamune..sama..aku..akh! Aku bisa—”

“Apa kau tahu jika aku sangat mengkhawatirkanmu. Apa kau tahu aku ingin sekali meminta maaf padamu karena perkataanku yang sudah menyakiti perasaanmu dan tentang kebohonganku tapi...kau malah pergi dan ketika kau kembali pulang kau malah membawa pria lain yang kau goda?!” teriak Masamune di akhir kalimatnya.

“Masamune..sama..dengarkan..bhuaakk!” Krisan mendapat satu serangan lagi dari pujaan hatinya.

“Sekarang..bagaimana aku bisa mempercayaimu jika kau sudah membuatku kecewa seperti ini?!”

Mengecewakannya?, tanya Krisan tak mengerti. Mengecewakan bagaimana?

“Masamune...uhuk uhuk! Hoeek!” Krisan sempat muntah darah akibat pukulan cukup keras dari pujaan hatinya. “Aku..aku tidak..mungkin menge..cewakan..mu..sungguh...” balas Krisan sekuat tenaga.

“Tidak!” balas Masamune menundukkan kepalanya. “Kau benar-benar sudah mengecewakanku, Bunga Krisan.” merasa lelah dan berpikir semua ini akan sia-sia belaka, Masamune memutuskan untuk melepaskan mangsanya dan pergi dengan tubuh lunglainya.

Melihat jika pujaan hatinya akan pergi, Krisan berusaha bangkit dari rasa sakitnya untuk menghentikan langkah gontai Masamune.

“Tunggu, Masamune-sa—” namun Krisan gagal menghentikan langkah kaki pujaan hatinya itu karena dirinya mendapat tatapan bengis dari pujaan hatinya.

“Enyahlah kau!” kata Masamune kasar dan pergi begitu saja meninggalkan Krisan yang jatuh terduduk dibalik pintu geser kamar. Krisan hanya menatap didepannya nanar, kepalanya masih terngiang-ngiang akan perkataan terakhir pujaan hatinya.

Ya, itulah perkataan terakhir Masamune. Karena dihari-hari berikutnya nanti, dirinya tidak akan bisa mengatakan hal-hal yang manis pada wanita berjari lentik itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ilusi
468      266     3     
Short Story
Fifi, gadis yang tidak pernah membayangkan akan mengalami kejadian diluar nalar. Dia yang baru saja pindah dari kota harus dihadapi oleh hal-hal aneh, semua teman barunya pun tidak ada yang berani mendekati, bahkan dia bisa melihat apa yang seharusnya tidak terlihat. Hanya Aldi yang mau berteman dengan Fifii, hal aneh makin terlihat saat Aldi meminta tolong padanya. Kejadian yang Fifi alami seak...
Akhir yang Kau Berikan
487      337     1     
Short Story
\"Membaca Novel membuatku dapat mengekspresikan diriku, namun aku selalu diganggu oleh dia\" begitulah gumam Arum ketika sedang asyik membaca. Arum hanya ingin mendapatkan ketenangan dirinya dari gangguan teman sekelasnya yang selalu mengganggu ia. Seiring berjalan dengan waktu Arum sudah terbiasa dengan kejadian itu, dan Laki Laki yang mengganggu ini mulai tertarik apa yang diminati oleh Arum...
Story of April
1618      672     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
HARMONI : Antara Padam, Sulut dan Terang
1081      481     5     
Romance
HARMONI adalah Padam, yang seketika jadikan gelap sebuah ruangan. Meski semula terang benderang. HARMONI adalah Sulut, yang memberikan harapan akan datangnya sinar tuk cerahkan ruang yang gelap. HARMONI adalah Terang, yang menjadikan ruang yang tersembunyi menampakkan segala isinya. Dan HARMONI yang sesungguhnya adalah masa di mana ketiga bagian dari Padam, Sulut dan Terang saling bertuk...
My Upside Down World
338      239     0     
Short Story
When a perfect girl finds out that life isn't so perfect after all.
coba
58      56     0     
Mystery
hai
Jangan pergi !!
412      286     3     
Short Story
Surga dan neraka adalah akibat dari orang tuamu
Kamu
2117      1128     1     
Romance
Dita dan Angga sudah saling mengenal sejak kecil. Mereka bersekolah di tempat yang sama sejak Taman Kanak-kanak. Bukan tanpa maksud, tapi semua itu memang sudah direncanakan oleh Bu Hesti, ibunya Dita. Bu Hesti merasa sangat khawatir pada putri semata wayangnya itu. Dita kecil, tumbuh sebagai anak yang pendiam dan juga pemalu sejak ayahnya meninggal dunia ketika usianya baru empat tahun. Angg...
Kuncup Hati
611      417     4     
Short Story
Darian Tristan telah menyakiti Dalicia Rasty sewaktu di sekolah menengah atas. Perasaan bersalah terus menghantui Darian hingga saat ini. Dibutuhkan keberanian tinggi untuk menemui Dalicia. Darian harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Ia harus mengungkapkan perasaan sesungguhnya kepada Dalicia.
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
5537      1044     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...