Hari ini.. Kevan sengaja membolos. Dia tidak pergi ke sekolah karena dia ingin menjaga Kinara di rumah sakit. Sudah cukup Kevan melihat Kinara bersedih saat dia mengetahui kalau ternyata dia lumpuh. Kevan tidak ingin Kinara merasa bahwa dia sendirian. Kevan akan menghibur Kinara.
Saat ini Kevan sedang membacakan sebuah cerita untuk Kinara. Entah didengarkan atau tidak, sebab dari tadi Kinara hanya duduk menyandar sambil melamun terus menerus. Dia juga tidak mau makan. Sehingga membuat Kevan hampir putus asa dibuatnya.
Kevan menutup buku yang tadi sempat dibacanya. Dia menghela napasnya sebelum akhirnya menangkup wajah Kinara dengan kedua tangannya. Sehingga membuat Kinara mau tidak mau menatap kepadanya.
"Heyy.. jangan terus melamun kayak gitu. Aku ada di sini untuk nemenin kamu ngobrol, tapi malah dicuekkin." Ucap Kevan pura-pura kesal.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Heyy.. jangan nangis.." ucap Kevan ketika melihat air mata Kinara mengalir begitu saja di pipinya. Lantas Kevan mengusap air mata tersebut dengan ibu jarinya.
"Kenapa aku harus lumpuh, Kevan? Kenapa?"
Kevan ingin menolong Kinara, tetapi dia tidak mengetahui apapun tentang Kelumpuhan yang diderita olehnya. Kevan hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Kinara saja.
"Aku menjadi orang yang tidak berguna! Aku hanya bisa menyusahkan semua orang! Aku tidak berguna, Kevan!!" Kevan langsung memeluk Kinara erat, mencoba untuk menenangkannya. Kevan tidak mengatakan apapun, hanya memberikan pelukan padanya.
"Jika tahu keadaannya akan seperti ini, kenapa aku tidak mati aja?! Aku lebih baik mati, dari pada harus menyusahkan orang lain!! Aku lebih baik mati!!"
Kevan dapat merasakan tangisan pilu Kinara. Sungguh, Kevan juga ikut terluka, walaupun hanya dengan mendengar tangisan dunianya. Tetapi Kevan tidak bisa melakukan apapun untuk saat ini.
Kevan melepaskan pelukannya. Dihapusnya kembali air mata yang membasahi wajah Kinara dengan begitu lembut.
"Aku lebih baik mati.." lirih Kinara.
"Sssttt kamu ga boleh bilang kayak gitu.. Memangnya siapa yang bilang kalau kamu itu nyusahin? Dan siapa yang bilang kalau kamu itu tidak berguna? Buat aku.. kamu itu ga nyusahin sama sekali.. dan kehadiran kamu itu sangat berarti buat aku, ayah dan juga bunda kamu. Kamu sangat berarti buat aku, sayang.."
Andai saja Kinara bisa bergerak, mungkin saja dia akan memeluk Kevan saat itu juga. Entah Kinara harus sedih atau bahagia. Kevan begitu mencintainya.
Kamu masih bisa bertahan dan kembali sadar pun aku sudah sangat bersyukur, sayang. Itu tandanya Tuhan masih memberikan kamu kesempatan untuk hidup lebih lama dengan orang-orang yang kamu sayang. Ucap Kevan sambil mengusap rambut Kinara.
"Jangan pernah bilang seperti itu lagi ya?" Kinara mengangguk dan Kevan kembali memeluk Kinara sebentar.
"Kamu janji tidak akan meninggalkan aku, kan?"
"Aku berjanji"
**
Kevan pulang ke rumahnya hanya untuk berganti baju. Kalau saja Kirana tidak memaksanya, mungkin saat ini Kevan masih berada di rumah sakit untuk terus menemani Kinara di sana.
Selepas mandi dan berganti pakaian, dia segera mengobati lukanya yang semalam. Rasanya sangat perih, sebab kulit di kaki bagian bawah itu robek. Setelah itu, Kevan segera berjalan -pincang- ke garasi. Kali ini dia membawa mobilnya, sebab motornya mengalami sedikit kerusakan dan harus diperbaiki.
Tidak perlu waktu lama, Kevan untuk segera tiba di rumah sakit. Namun betapa sialnya dia, karena waktu menjenguk sudah habis dan hanya diperbolehkan satu orang saja yang menemani pasien.
Di lorong menuju ruangan Kinara, Kevan bertemu dengan Danu. Kemudian Kevan teringat perkataan Danu yang kemarin. Ketika Danu mengatakan kalau Kinara bukan anak kandungnya. Kevan pun penasaran..
"Om? Mau ke mana?" Tanya Kevan.
"Saya mau cari makan sebentar, mumpung lagi gantian bundanya Kinara yang jaga." Jawab Danu.
"Boleh saya ikut, om?" Danu pun mengangguk.
Kevan dan Danu berjalan bersama menuju ke sebuah restoran yang tak jauh dari rumah sakit.
"Kaki kamu kenapa?" Tanya Danu penasaran, ketika melihat gaya Kevan berjalan.
"Oh ini.. semalem waktu mau ke sini saya jatoh dari motor, om.." jawab Kevan santai.
"Ya ampun. Terus gimana sekarang? Udah diperiksa ke dokter?" Tanya Danu cemas.
Kevan tersenyum, karena akhirnya dia bisa merasakan bagaimana rasanya dicemaskan oleh orang tua pria alias seorang ayah. Ya walaupun bukan oleh papanya.
"Udah gapapa, om. Luka segini mah nggak seberapa, nanti juga sembuh sendiri."
Danu hanya menggelengkan kepalanya saat melihat Kevan tidak mempedulikan luka yang ada di tubuhnya. Sebegitu besarkah cinta Kevan pada Kinara? Dia terjatuh dari motor, tetapi masih tetap datang dan terus menemani Kinara di rumah sakit?
Dan setibanya Kevan dan Danu di restoran. Mereka langsung duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari pintu masuk. Mereka pun langsung memesan makanan ketika salah satu pelayan datang menghampiri.
Setelah memesan makanan.. Kevan sudah tidak sabar ingin bertanya mengenai fakta itu. Entah kenapa Kevan merasa sangat penasaran dengab hal itu.
"Om?" Danu menoleh. "Saya mau tanya soal yang kemarin. Apa memang benar kalau Kinara itu bukan anak kandung om dan tante?"
Danu terkejut ketika Kevan menanyakan hal tersebut padanya. Karena kalau boleh jujur, Danu tidak pernah ingin hal itu diketahui oleh orang lain. Tetapi yang bertanya ini Kevan, dia bukan orang lain, kan? Dia kekasih putrinya dan Danu juga sudah menganggap Kevan sebagai keluarga.
"Kinara memang bukan anak kandung kami. Tetapi dia sudah kami anggap sebagai putri kami sendiri. Kinara adalah putri kesayangan saya dan juga Kirana." Ucap Danu.
Semua orang yang mengenal Danu, mereka sudah pasti akan mengetahui betapa Danu sangat menyayangi keluarganya. Danu adalah tipikal suamiable dan juga ayah yang sangat baik. Dia memperlakukan Kinara dengan sangat baik, meskipun faktanya Kinara bukanlah anak kandungnya. Dan yang membuat Kevan bingung adalah..
"Jika Kinara bukan anak kandung om dan tante, terus dia anak siapa?" Tanya Kevan yang semakin penasaran.
"Permisi.. ini pesanannya.. silamat menikmati.." ucap pelayan yang membawakan makanan yang dipesan tadi.
"Terima kasih" ucap Danu.
Setelah pelayan itu pergi. Kevan masih menatap Danu dengan tatapan bingungnya.
"Mari makan dulu" Ketika Danu memegang sendok dan garpunya, Kevan menahan tangan Danu. Bisa-bisanya Danu mengalihkan pembicaraan mereka. Kevan tidak terima itu.
"Jawab dulu pertanyaanku, om!" Katanya.
"Kenapa kamu sangat ingin tahu hal itu??" Tanya Danu.
"Kinara adalah orang yang sangat saya cintai. Dan sudah jadi hak saya untuk tahu semua hal tentang Kinara." Jawab Kevan dengan cepat.
"Baiklah.. Saya akan jawab semua yang akan kamu tanyakan. Tapi setelah kita selesai makan. Saya lapar.." Danu terkekeh saat mengetahui bahwa Kevan memang sepenasaran itu pada asal usul Kinara.
**
"Kinara memang bukan anak kandung kami. Tetapi sejak bayi, dia sudah dititipkan pada kami."
Danu sudah memulai untuk menceritakan asal usul tentang Kinara pada Kevan. Dan Kevan menatap Danu serius. Sungguh, Kevan sangat penasaran dengan hal itu. Entah kenapa, Kevan juga tidak tahu.
"Awalnya.. Saya dan Kirana baru saja menikah. Hingga dua bulan kemudian, Kirana hamil. Kami sangat bahagaia saat mengetahui bahwa Kirana sedang mengandung anak pertama kami. Kami berusaha dengan baik untuk menjaga kandungannya sampai kelak anak itu akan lahir.
Namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Di usia kandungannya yang baru mencapai empat bulan, Kirana mengalami keguguran. Kami sangat sedih ketika itu. Kami tidak pernah menyerah. Kami terus berusaha agar Kirana bisa hamil kembali."
Danu membayangkan semua yang dia ceritakan. Membayangkan betapa bahagianya dia ketika tahu Kirana hamil. Dan juga betapa sedihnya dia ketika harus kehilangan buah hatinya, bahkan sebelum Ia terlahir ke dunia.
"Tetapi kenyataannya kami memang tidak bisa memiliki seorang anak, sebab dokter memvonis bahwa Kirana menderita kanker rahim. Sehingga mengharuskan adanya pengangkatan rahim."
Setetes air mata lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Membayangkan betapa menderitanya Kirana saat itu. Namun Danu tetap melanjutkan ceritanya.
"Kirana sangat bersedih dan juga hampir putus asa, begitu juga dengan saya. Sampai suatu hari, kami bertemu dengan seseorang. Dia sahabatnya Kirana. Dia datang dalam keadaan hamil. Dia bercerita pada kami, kalau ternyata dia sudah dibohongi oleh kekasihnya. Dia berpikir kalau dia akan segera menikah ketika kekasihnya itu mengetahui tentang kehamilannya. Tapi ternyata tidak. Dia bahkan tidak tahu kalau ternyata kekasihnya itu sudah beristri. Dan lebih parahnya lagi, istri kekasihnya itu sedang hamil tua. Dia tidak terima, sehingga dia kabur." Danu menghela napasnya sebentar, sebelum Ia kembali melanjutkan ceritanya.
"Dia tidak tahu harus pergi ke mana. Sementara dia tidak mungkin pulang ke rumahnya dalam keadaan mengandung. Hingga pada akhirnya Kirana memutuskan untuk memperbolehkan dia untuk tinggal bersama kami. Setidaknya Kirana bisa melupakan penderitaannya, sejak kedatangan sahabatnya itu. Sampai ketika sahabatnya itu melahirkan.. Lahirlah Kinara. Namun nasib buruk terjadi pada sahabatnya Kirana. Dia meninggal setelah melahirkan. Tetapi dia sempat menitipkan Kinara kepada kami. Dia juga meminta kepada kami untuk merawat Kinara seperti anak kandung kami sendiri."
Kevan mengerti sekarang. Kenapa Danu dan Kirana sangat menyayangi Kinara seperti anak kandung mereka sendiri. Sebab semenjak Kinara di kandungan, Kirana dan Danu juga ikut andil dalam perkembangannya. Tetapi Kevan tidak mengerti tentang sahabatnya Kirana. Kenapa dia sampai tidak tahu kalau kekasihnya itu sudah beristri?? Tetapi Kevan juga merasa kasihan, karena dia harus pergi dari dunia ini, bahkan sebelum dia bisa melihat bagaimana wujud anaknya.
"Kalau boleh tahu, siapa nama sahabatnya tante Kirana itu, om?" Tanya Kevan penasaran.
"Namira"
DEG
Kevan mematung ketika mendengar nama itu yang disebutkan oleh Danu.
"Namanya Namira Danendra" Sekali lagi Danu ucapkan.
ITU TIDAK MUNGKIN!!!