Cuaca malam ini begitu buruk. Langit gelap gulita, angin yang sangat kencang, dan kilat yang menyambar terlihat begitu sangat mengerikan. Sepertinya akan terjadi hujan yang sangat lebat atau bahkan badai sebentar lagi.
Kevan baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya dengan handuk. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dan juga pecah.
Dengan cepat Kevan memastikan, kira-kira benda apa yang jatuh. Lalu Kevan melihat sebuah figura yang berisi foto candid Kinara itu jatuh dari atas nakas dan juga pecah, akibat angin yang berasal dari jendelanya.
Kevan pun menjauhkan pecahan-pecahan kaca tersebut, kemudian mengambil figura tersebut. Pikiran Kevan hanya tertuju pada satu orang. Seseorang yang ada di foto tersebut, Kinara. Perasaannya tiba-tiba saja tidak enak. Batinnya mengatakan kalau sesuatu telah terjadi pada Kinaranya.
Kevan segera mengambil handphonenya dan langsung menghubungi nomor Kinara. Namun dering pertama tidak diangkat. Begitu juga dengan dering kedua dan dering-dering berikutnya.
Kevan mulai cemas. Dia takut terjadi apa-apa pada Kinaranya. Kemudian Kevan teringat pada pesan yang terakhir kali Kinara kirimkan padanya. Dalam pesan tersebut, Kinara memberitahu padanya kalau dia akan pergi menjenguk adiknya Lilian. Lantas Kevan langsung menghubungi nomor Lilian.
Tetapi di dering pertama, Lilian tidak mengangkat telponnya. Kevan terus mencoba menghubunginya, sampai Lilian mengangkatnya pada panggilan ke lima.
"Halloo"
Kevan mendengar suara Lilian yang serak, sepertinya dia sedang menangis? Entahlah, Kevan tidak terlalu mempedulikannya. Sebab saat ini Kevan sangat ingin tahu bagaimana keadaan Kinara.
"Gue cuma mau tanya, apa Kinara masih ada di sana?"
Tidak ada jawaban dari Lilian, yang terdengar hanya suara isak tangis Lilian dan juga isak tangis orang lain?
"Halloo?? Lian??? Apa Kinara ada sama lo?? Gue tadi telpon ke hp-nya tapi ga dijawab-jawab. Gue khawatir terjadi sesuatu sama dia."
Kevan sangat mengkhawatirkan Kinara. Dia tidak sabar ingin mengetahui bagaimana keadaan Kinara, tetapi Lilian tetap tidak menjawabnya.
"Kalau dia ga lagi sama lo, gapapa, gue bisa susul dia ke rum-"
"Kinara kecelakaan." Ucap Lilian dengan nada getarnya.
Bagai tersambar petir, Kevan langsung kehilangan suaranya begitu mendengar perkataan Lilian barusan. Jantungnya berpacu sangat cepat, sementara tubuhnya menegang. Dan..
Braakkk
Handphone Kevan terjatuh begitu saja dari tangannya.
Kinara kecelakaan
Suara Lilian masih terus terngiang-ngiang di kepalanya. Sampai Kevan tersadar, dan dia langsung mengambil kunci motornya yang berada di atas nakas. Kevan berlari dengan sangat cepat, tidak peduli apapun, meskipun tadi hampir saja terpeleset di tangga.
Kevan langsung keluar dari rumahnya, tanpa peduli pada pintunya yang masih terbuka karenanya. Kevan langsung berlari ke garasi, kemudian melajukan motornya dengan cepat menuju rumah sakit.
Kevan melajukan motornya dengan sangat cepat, menerobos derasnya hujan. Tubuhnya basah kuyup, dengan tanpa memakai helm, Kevan nekat menerobos hujan. Tetapi Kevan tidak peduli.
Banyak yang membunyikan klakson ke arah Kevan, karena dia membawa motor dengan sangat ngebut. Hal itu dapat membahayakan dirinya dan juga orang lain. Tetapi sekali lagi Kevan tidak peduli. Sebab yang Kevan inginkan hanyalah agar dia cepat tiba ke rumah sakit untuk melihat bagaimana keadaan Kinaranya saat ini.
Saat melewati lampu merah, Kevan menerobosnya begitu saja. Tanpa sadar bahwa ada sebuah truk container yang melintas di depannya. Kevan terkejut dan dia langsung mengerem mendadak. Sampai bagian depan motor Kevan menabrak sedikit bagian ban belakang truk container tersebut. Namun beruntung Kevan cepat mengerem motornya, hingga sekarang motornya hanya terguling ke arah kiri, dan kaki kirinya tertindih oleh motornya. Karena jika Kevan tidak mengerem motornya, bisa-bisa dia terpental jauh dan kondisinya akan lebih buruk dari sekarang.
Semua pengguna jalan di sana berhenti. Mereka semua melihat ke arah Kevan yang kini sedang berusaha membebaskan kakinya dari body motor miliknya.
"Makanya kalau bawa motor jangan ngebut-ngebut mas." Ucap supir truk container yang kini sedang membantu Kevan untuk berdiri.
"Mas gapapa?" Tanyanya lagi.
Namun Kevan mengabaikannya. Dilihatnya siku kiri Kevan yang terdapat lecet, ditambah dengan kaki kirinya yang terluka. Celana jeans yang dipakainya robek di bagian lutut, dan darah yang keluar dari mata kakinya. Kevan merasa kakinya sakit dan juga perih. Tetapi lagi dan lagi Kevan tidak peduli.
"Makasih" katanya sebelum kembali melajukan motornya dengan cepat.
**
Hujan sudah mulai reda ketika Kevan tiba di depan rumah sakit. Kevan memarkirkan motornya sembarangan, sehingga security meniup peluit, menegurnya. Namun Kevan tetap tidak peduli. Dia terus berlari walaupun harus dalam keadaan pincang.
Kevan langsung berlari menuju UGD. Di sepanjang dia berlari melewati koridor, semua orang memperhatikan ke arahnya. Mungkin mereka aneh pada Kevan, sebab dia basah kuyup dan larinya juga pincang. Mereka mengira kalau Kevan adalah korban kecelakaan. Walau memang benar adanya kalau Kevan tadi kecelakaan.
Kevan terus berlari hingga dia akhirnya tiba di depan ruang UGD. Kevan melihat ada orang tua Kinara dan juga Lilian di sana. Kirana dan Lilian yang menangis dengan posisi duduknya, dan Danu yang tubuhnya kini sudah meluruh ke lantai, Ia menangis dalam diamnya.
"Om, tante, gimana keadaan Kinara?"
Suara Kevan ternyata mampu membuat ketiganya menoleh. Kirana dan Lilian terus menangis, tanpa bisa menjawab pertanyaan Kevan. Sementara Danu bangkit dari posisinya. Danu menghampiri Kevan dan langsung memeluknya. Danu menangis.
"Kinara.." Danu tidak mampu berkata apa-apa lagi.
**
Dokter keluar dari ruangan UGD, sehingga membuat Danu, Kirana, Kevan dan Lilian, keempatnya menghampiri dokter.
"Bagaimana keadaan putri saya, dokter???" Tanya Danu.
"Keadaan pasien saat ini sedang kritis dan harus segera dioperasi. Tetapi kami tidak bisa langsung menjalankan operasinya, sebab pasien kehilangan terlalu banyak darah. Apa di antara kalian ada yang mempunyai golongan darah yang sama dengan pasien?? Sebab persediaan golongan darah O di rumah sakit ini sedang kosong."
Baik Danu, Kinara, Kevan atau pun Lilian, keempatnya sama-sama terdiam.
"Pasien saat ini sangat membutuhkan donor. Jadi untuk itu, mohon kerja samanya dari kalian untuk segera mencarikan donor untuk pasien. Selagi itu, kami dari pihak rumah sakit juga sedang berusaha untuk mendapatkan supply darah dari rumah sakit lain. Permisi." Kirana menatap Danu dengan tatapan sedih, cemas dan juga takut.
"Bagaimana ini ayah?" Tanyanya.
"Ayah akan coba tanya ke teman-teman ayah." Danu segera mengambil handphonenya dan langsung menghubungi temannya satu per satu.
"Kalau aja darah gue sama kayak lo, Ki. Gue udah pasti akan donorin darah gue sebanyak yang lo butuhkan. Tapi sayangnya darah gue beda!" Lilian menjambak rambutnya sendiri. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa menolong Kinara. Sedangkan Kevan?
Kevan juga merasa kesal pada dirinya sendiri sama seperti Lilian. Sebab golongan darahnya juga berbeda dengan Kinara. Kemudian Kevan mencoba untuk menanyakannya pada Arul. Kevan pun menghubunginya.
"Hallo mas bro.. tumben lo telpon? Ada apa?" Ucap Arul ceria seperti biasa.
"Apa golongan darah lo???" Tanya Kevan to the point.
"Kenapa lo tiba-tiba nanyain goldar gue?"
"Cepetan jawab!!" Kevan merasa kesal setiap kali harus berbicara pada Arul. Jika saja Kevan tidak sedang membutuhkan bantuan, tidak mungkin Kevan mau menelponnya. Ini semua demi Kinaranya.
"Iya seloww.. golongan darah gue B, emangnya kenapa?? Apa ada yang lagi butuh donor darah???" ucap Arul penasaran.
"Kinara kecelakaan, dan dia sedang membutuhkan banyak darah sekarang.."
"APAAA?!?!" Teriak Arul tidak percaya.
"Kinara kecelakaan?! Ampun gusti!!! Kok bisa?!"
"Gue gatau! Yang jelas sekarang lo bisa bantu gue ga buat cariin donor darah buat dia???"
"Gue bakal sebarin infonya lewat medsos, lo tenang aja. Terus apa golongan darahnya Kinara?"
"O"
"Oke, nanti gue kabarin lo lagi kalau ada orang yang darahnya cocok sama Kinara."
"Makasih"
Sambungan telpon pun diputus. Kevan berdoa dalam hati, semoga Kinara akan mendapatkan donor darahnya segera. Amiin.
Tetapi.. ketika Kevan melihat ke arah Kirana yang terus saja menangis. Kevan baru sadar sekarang.. Salah satu di antara Danu dan Kirana, pasti ada satu orang yang memiliki golongan yang sama dengan Kinara. Itu pasti. Karena mereka orang tuanya Kinara. Namun saat dokter tadi bertanya, mereka tidak menjawab apapun.
Lalu apa ini? Kenapa golongan darah Kinara berbeda dari kedua orang tuanya? Apa jangan-jangan.. Kinara bukan anak kandung mereka?! Tapi itu tidak mungkin!! Batin Kevan.
"Bagaimana?" Tanya Kinara pada Danu, dan Danu hanya menggeleng lesu.
Kemudian Dokter kembali datang dan menanyakan apakah sudah dapat pendonor untuk Kinara atau belum. Keempatnya hanya terdiam. Hingga seorang suster keluar dari ruangan.
"Dokter, kondisi pasien memburuk. Kalau tidak segera mendapatkan donor darah, nyawa pasien yang menjadi taruhannya." Katanya.
"Dokter tolong selamatkan putri saya, dok!!" Danu memohon kepada dokter.
"Kalian berdoa saja agar pasien segera mendapatkan don-"
"Ambil darah saya, dok!!"
Semua orang menatap ke sumber suara. Dan saat Kevan mengetahui siapa yang bersedia mendonorkan darahnya untuk Kinara, Kevan sangat terkejut.
"Tapi pasien kehilangan darah yang sangat banyak, tidak cukup jika hanya sa-" belum selesai Dokter dengan kalimatnya yang akan dia ucapkan, orang itu kembali memotongnya.
"Ambil darah saya sebanyak yang dia butuhkan."
"Baiklah, kalau begitu, suster cepat antar dia ke ruangan untuk pengecekan darahnya. Sementara itu saya akan memanggil tim saya untuk segera melakukan operasi."
Danu dan Kirana mengucapkan banyak terima kasih kepada orang itu, begitu juga dengan Lilian. Namun berbeda dengan Kevan yang masih menatapnya tidak percaya. Dan ketika orang itu menghampiri Kevan, sebelum ikut dengan suster..
"Everything's gonna be ok." Kata orang itu sambil menepuk pundak Kevan. Sementara Kevan masih bisu dalam ketidakpercayaannya. Namun ketika orang itu berlalu dari hadapannya, dalam hati Kevan berkata..
Terima kasih... Rega.