Waktu istirahat tiba. Kinara merapikan alat tulisnya dan kemudian memasukkannya ke dalam tasnya. Kinara berniat untuk pergi ke perpustakaan, tadinya. Tetapi Lilian menahannya.
"Mau ke mana?" Tanyanya.
Kinara yang merasa kesulitan untuk berbicara dengan orang asing pun hanya diam dalam posisinya.
"Aku.." Belum sempat Kinara menyelesaikan perkataannya, Lilian sudah kembali berkata.
"Ah udah, mending lo ikut gue ke kantin!"
Lilian sangat bersemangat untuk mengajak Kinara ke kantin. Jadilah Ia menarik lengan Kinara menuju kantin. Sementara Kinara yang merasa kebingungan pun hanya pasrah dengan tindakan Lilian.
"Kita duduk di sini aja." Ujar Lilian ketika mereka tiba di kantin yang terasa sesak karena dipenuhi banyak pengunjung.
"Mbak Yun!!! Mie ayam pangsit dua!!!"
Kinara terkejut saat mendengar Lilian berteriak sekeras itu di depannya. Ya ampun, ternyata ada juga spesies manusia semacam Lilian? Batinnya.
"Gue mau lo cobain mi ayamnya mbak Yun, dijamin! Pasti lo ketagihan!" Kinara hanya tersenyum saat mendengar perkataan Lilian. Sementara Lilian sudah tertawa geli, saat melihat tingkah Kinara yang sampai detik ini masih sangat kaku.
"Ga usah kaku gitu kalo sama gue. Santai aja." Lagi lagi Kinara tersenyum, mencoba untuk membiasakan diri agar tidak dikira aneh lagi oleh orang lain.
Mungkin benar kata bunda, dunia luar memang tidak semenakutkan itu. Dan tidak semua orang itu adalah orang jahat. Masih banyak orang di luaran sana itu orang baik, dan mungkin Lilian salah satunya. Batin Kinara.
"Gue heran, kenapa sih lo kayaknya takut banget buat ngomong sama orang lain?"
"A..aku ga takut" ucap Kinara terbata. Dan hal itu malah membuat Lilian tertawa.
"Tapi muka lo bilang kalo lo takut." Katanya.
Kinara menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Kinara pun tersenyum kaku. Kemudian datanglah seorang wanita dengan celemeknya, mbak Yun.
"Ini dia dua mie ayam pangsit pesanan neng Lian. Plus es teh tawar, gratis."
"Makasih mbak Yun" ucap Lilian semangat. Sementara Kinara hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih. Mbak Yun yang melihat Kinara pun menampakkan wajah herannya.
"Si neng nya orang baru, ya? Mbak Yun baru liat soalnya." Lagi lagi Kinara hanya mengangguk.
"Iya mbak Yun, dia namanya Kinara, anak baru di kelas saya."
"Oh yo wes lah kalau begitu, silakan menikmati."
Lilian dengan sangat lahap memakan mie ayam pangsitnya, sementara Kinara masih memperhatikan semangkuk mie ayam bagiannya.
"Kenapa cuma diliatin? Ayo buruan makan, nanti keburu dingin ga enak."
Kinara membayangkan akan bagaimana rasanya mie ayam tersebut ketika masuk ke kerongkongannya. Sebab ini baru pertama kalinya bagi Kinara untuk memakan mie ayam.
Satu suap mie ayam akhirnya masuk ke dalam mulut Kinara, dan responnya.
"Ini enak" gumamnya.
"Tuhkan!! Apa gue bilang, mie ayamnya mbak Yun itu emang paling the best di sini." Kinara pun tersenyum. Ia setuju dengan perkataan Lilian.
"Eh liliput?!"
Uhuuukk uhuuukkk
Lilian tersedak saat seseorang datang sambil menepuk bahunya.
"Aruuuuuuulllll!!!!" Lilian langsung memukuli Arul setelah dia selesai minum tadi.
"Lo mau buat gue mati apa ya?!" Sementara Arul sendiri malah tertawa. Dan dengan santainya Arul mengambil pangsit dari mangkuk mie ayam milik Kinara lalu memakannya. Hal itu membuat Kinara terkejut menatapnya.
"Bagi dikit" kata Arul.
"Ck lo tuh ya! Ngapain sih lo terus-terusan gangguin gue?! Pergi ga?!" Arul menggeleng.
"Astaga Arul!!!" Dan Arul tetap menggeleng.
"Ya udah kalo lo ga mau pergi, biar gue yang pergi!!" Lilian bangkit dari kursinya dan menarik paksa Kinara yang wajahnya kini sangat kebingungan.
"Mbak Yun! Mie nya dibayarin Arul ya!!"
"Liliput kamvret!!!"
**
"Kenapa pergi?" Tanya Kirana setelah mereka berada cukup jauh dari kantin.
"Males gue kalo ada Arul. Nih ya gue kasih tau aja sama lo, Ki. Jangan sampai lo deket-deket sama Arul."
"Kenapa?"
"Arul itu sangat sangat sangat menyebalkan. Dia itu jahil banget. Kelakuannya ya ampun, bikin orang lain darah tinggi." Kinara membelalakkan matanya saat mendengar perkataan Lilian tentang Arul. Benarkah seperti itu? Pikirnya.
"Ah iya sorry ya, gara-gara gue narik lo tadi, lo jadi ga selesain makan lo."
"Gapapa"
Lilian membawa Kinara menuju halaman belakang sekolah. Di sana terdapat taman. Biasanya digunakan sebagai tempat para siswa untuk menghabiskan waktu istirahat selain di kantin. Di sana Lilian bercerita banyak hal. Sementara Kinara, kini Ia sudah mulai terbiasa untuk berbicara pada orang lain. Setidaknya berbicara pada Lilian, temannya.
**
Pulang sekolah sudah tiba. Semua murid SMA Merdeka sudah mulai meninggalkan gedung satu per satu. Begitu juga dengan Kinara yang sekarang sedang merapikan alat tulisnya. Ia baru saja keluar dari perpustakaan, setelah semua teman-teman sekelasnya lebih dulu pulang. Kelasnya memang dipindahkan ke perpustakaan, sementara lab ipa masih dalam tahap perbaikan.
"Kinara??"
Kinara sempat terkejut saat mendengar seseorang memanggil namanya. Kinara kira sudah tidak ada orang lagi di peprustakaan selain dirinya dan ibu penjaga perpus, namun ternyata masih ada.
"Lian?" Ya orang itu Lilian.
"Kok lo belum pulang?" Kinara hanya menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Aku mau ke kelas dulu" ucapan Kinara membuat Lilian terkejut.
"Ngapain?" Tanyanya.
"Buku aku tertinggal di kelas sepertinya." Kinara mengingat kecerobohannya yang sudah meninggalkan buku catatan matematikanya di kelas.
"Mau gue anter ga?" Mendengar tawaran Lilian, Kinara tersenyum lalu menggeleng. Lilian mengangkat bahu acuh. "Ya udah, hati-hati. Gue duluan ya. Bye."
Kinara melangkahkan kakinya segera menuju kelasnya. Melihat keadaan sekolah yang sudah cukup sepi, sebab hanya tersisa beberapa siswa yang masih berada di koridor sekolah. Mereka sepertinya sedang wifi-an. Pikir Kinara.
Kinara melewati segelintir orang yang kelihatannya kakak kelasnya itu sambil menunduk. Beruntung mereka tidak mempedulikan siapa yang melewatinya. Dan karena itu Kinara bisa bernapas lega.
Setibanya di kelas, Kinara langsung membuka pintu dan langsung menampakkan suasana kelas yang sepi dan sunyi. Di sana hanya ada Kinara sendiri. Tanpa pikir panjang, Kinara langsung melangkahkan kaki menunu tempat duduknya. Namun, betapa kagetnya Kinara saat menemukan seseorang sedang tertidur dengan kepala tertutup buku, buku catatan matematika milik Kinara.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa" Sungguh Kinara sangat terkejut. Kinara berteriak sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Ck ganggu gue lagi tidur aja."
Mendengar suara tersebut, Kinara memberanikan diri untuk melepaskan tangannya dari wajahnya. Dengan jantung yang berdegup kencang karena kaget tadi, Kinara berkata dalam hati. Setidaknya dia masih manusia.
Mata Kinara terbuka dan pandangannya langsung tertuju pada seseorang di hadapannya. Seorang siswa dengan seragam yang lusuh, rambut berantakan dan juga luka di mana-mana. Dengan takut Kinara bertanya.
"Ka..kamu si..siapa??"
Sementara orang itu hanya menatap Kinara datar dengan sebelah alisnya yang terangkat.
"Si anak baru rupanya."
Deru napas Kinara semakin memburu. Sungguh, Kinara merasa sangat takut. Kinara tidak tahu siapa orang yang sedang berada di depannya, yang Kinara inginkan hanyalah buku catatan miliknya, selepas itu barulah Kinara pulang.
Kinara tidak berani menatap seseorang di hadapannya. Ia mengalihkan pandangannya pada buku miliknya yang masih berada di tangan orang asing itu. Bagaimana aku bisa mengambilnya? Pikir Kinara.
"Ngapain lo ke sini?" Kinara tidak mempedulikan pertanyaan tersebut, karena yang Kinara pedulikan hanyalah bukunya.
"Ma..maaf.. i..itu bukuku."
Dengan cepat Kinara mengambil buku dari tangan orang asing itu. Dan dengan cepat pula Kinara berlari meninggalkan kelas. Dalam hati Kinara hanya berharap, semoga Kinara tidak akan bertemu lagi dengan orang itu.