Aku berlari tanpa henti dengan derai airmata menuju kamar Jinny,aku tahu Jinny pasti sedang dikamarnya. Masih tetap berlari aku membuka pintu bergagang warna emas ini dan mendaratkan tubuhku di pelukan Jinny. Aku tidak menghiraukan kehadirankak Firas disamping Jinny. Jinny kebingungan dan terus bertanya,tapi aku hanya menjawab dengan isak tangis tiada henti. Dalam kebingungan kak Firaspun melontarkan pertanyaan.
“ apa yang terjadi? “
Aku hanya mengisak saat pertanyaan itu terlontar.
“ Zhu,, “ Jinny juga berusaha menghapus kebingungannya.
“ Kamu bermalam di rumah Adhan dan sekarang kamu menangis menjadi begini. Apa yang terjadi Zhu,apa yang Adhan lakukan padamu? “ Jinny masih bersikeras ingin tahu. Dia bahkan membelai kepalaku penuh kasih sayang. Aku mengangkat kepalaku dan menatap Jinny penuh haru.
“ Aku bertemu dengan ayahku “ masih dengan tangis aku melempar kata. Derai airmata masih menghujani pipiku.
“ Ayahmu , ayah kandungmu? ALHAMDULILLAH.. bukankah itu berita baik Zhu? “
“ Adhan adalah kakakku. Anak dari istri baru ayahku,dia kakak tiriku “ aku kembali menghanyutkan diri dalam tubuh Jinny masih dengan tangis yang menjadi. Isak yang tidak bisa kuhentikan ini terasa menggerogoti tubuhku. Aku terhanyut dan semakin hanyut. Hingga pandanganku gelap tak bersinar,entah apa yang sedang terjadi. Aku benar-benar tidak bisa menerima kenyataan bahwa orang yang aku cintai adalah kakakku. Meski bukan kakak kandung,namun jelas itu menjadi halangan yang tidak sepele. Aku tidak mungkin melanjutkan rasa ini,tapi aku juga tidak tahu bagaimana harus mengakiri rasa ini. Seandainya perkara cinta bisa di selesaikan dengan rumus kimia,aku akan belajar dengan baik sewaktu duduk dibangku SMA dulu.
“ Zhu,kamu sudah sadar? “ aku membuka mataku perlahan. Kak Firas berada tepat disampingku,Jinny dan mamanya juga sedang menemaniku saat ini. Kak Firas segera berlalu dan kembali dengan segelas air putih. Apa yang terjadi? Apa aku tidak sadarkan diri sewaktu memeluk Jinny?. Mama Jinny mempersilahkan aku istirahat kembali dan segera berlalu menutup pintu kamar ini. Sementara Jinny menatapku tajam bak parang.
“ seharusnya kamu kesini adalah untuk menjenguk orang sakit,bukan malah pingsan di pelukan orang sakit ! “ judas sekali tatapan dan kata-kata Jinny saat ini. Jadi tadi aku sempat pingsan? maaf-maaf kata Jinny,aku tidak sengaja__hehehe____
“ kak Firas,ambil minyak zaitun dan pijit kakinya,dia pasti sedang kesakitan sekarang “ walau judas begini,Jinny masih sangat perhatian padaku ternyata. Dia segera mengambil langkah dan kembali beristirahat di kamarnya. Sementara kak Firas benar-benar ingin memijit kakiku. Aku berusaha menolak,namun dia masih bertekat ingin memijit kakiku. Dia tahu kakiku rentan,aku sudah tidak boleh lagi sering berjalan jauh,berlari,berdiri terlalu lama atau bahkan terjatuh. Itu sangat sangat di larang. Sementara kak Firas memijit kakiku,aku hanya terdiam merenungi apa yang telah aku alami. Apa yang harus aku lakukanuntuk menghadapi hari-hari selanjutnya. Ayah pasti akan memintaku untuk tinggal dirumah,dan sudah pasti ada Adhan dirumah itu. Aku merasa belum bisa menata hati. Apa yang harus aku lakukan?
“ Zhu,,kamu mencintai Adhan? kamu tertarik pada Adhan? “ pertanyaan kak Firas menyadarkan aku,aku menatapnya dengan mata berair. Tidak sepatah katapun keluar dari bibirku,aku justru menangis mengisak.
“ Zhu,, “ sekali lagi kak Firas mencoba menenangkan aku. Kedua telapak tangannya menyentuh dua pipiku. Matanya tajam menusuk bola mataku yang masih banjir. Tatapan mata ini menenangkan isakku. Lembut dan penuh kasih sayang,dia mencoba meyakinkan aku untuk sedikit lebih menerima kenyataan. Memang tidak mudah,namun memang inilah yang harus dihadapi. Kenyataan sepahit apapun,harus sanggup untuk dihadapi. Kak Firas menenggelamkan aku dalam dekapannya,entah berapa lama. Namun dekapan ini memberiku ketenangan,tatap matanya juga memberiku kekuatan. Dia meyakinkan aku untuk bisa menghadapi semua ini. Sangat tidak mudah dan kenyataan ini adalah peperangan dalam hati dan otakku. Aku sangat mencintai Adhan lebih dari diriku sendiri,namun disaat cinta berbicara dan mulai berkibar di tahtanya. Yang harus aku terima adalah fakta bahwa orang yang aku cintai adalah kakakku sendiri,walau bukan kakak kandung,namun dia telah resmi tertulis sebagai kakak di kartu keluargaku. Sebesar dan sehebat apapun cintaku pada Adhan. Semua harus terbatas,harus memiliki ujung sebatas keluarga.
Dalam dekapan kak Firas aku melihat Adhan berada tepat dibibir pintu kamar. Dia menatap kami sangat tajam,alis tebalnya itu menciut dan bibirnya menghembuskan desahan tajam,mencium keadaan yang tidak baik,kak Firas melepas dekapannya perlahan.
“ aku ingin bicara dengan Zhu,hanya berdua “ suara itu,suara yang sangat garang. Kak Firas segera berlalu tanpa ragu,meski aku berusaha menahan lengannya. Dia hanya memejamkan mata seolah berkata “jangan takut”,setelah itu dia pergi dan menutu pintu kamar ini. Adhan mendekat perlahan dengan tatapan yang tidak kalah garang dari suaranya tadi. Aku lebih ketakutan saat ini,dia duduk dihadapanku dan,,
“ apa yang membuatmu menangis? “ pertanyaan itu dibuat lebih lembut dari suara awal,tidak ada jawaban dariku aku hanya menarik nafas dalam-dalam serta memikirkan alasan yang tepat. Jemarinya menyentuh tanganku,aku gelagapan mencoba menjawab.
“ aku sangat bahagia bertemu dengan ayah,sungguh sangat bahagia. Terlebih aku sekarang memiliki keluarga baru,memiliki ibu dan seorang kakak yang sangat baik,kakak yang pandai dalam segala hal. Aku sangat bahagia“ benar-benar aku melempar alasan ini kuracik dengan rapi agar tidak tumbuh rasa curiga dibenaknya. Aku melirik ada senyum berkembang diwajahnya. Dia menarik tubuhku jatuh diantara kedua tangannya.
“ mulai sekarang,apapun yang terjadi hanya menangis dan tersenyumlah dipelukanku. Jangan laki-laki lain,kamu mengerti? aku seorang kakak yang akan menjaga kehormatan adiknya. Jadi penuhi saja kata-kataku“ aku mengangguk dalam dekapannya. Aku semakin tidak bisa mengontrol gejolak hati ini. Sungguh tidakkah dia merasa ada yang lain dihati ini,ada yang berbeda dengan tatapan mata ini. Apakah tidak sedikitpun dia merasa,atau memang tidak dirasa?. ataukah mungkin aku yang terlalu tolol untuk menunjukkan perasaan ini?. Harusnya aku bahagia dengan memiliki sosok seperti ni. Dia pasti kakak yang sangat baik,kakak yang akan selalu menjagaku. Menjaga semua tentang aku. Sebenarnya aku tidak jatuh hati di tempat yang salah,tapi kenyataan membuatku serba salah.
Hari ini juga aku diminta untuk meninggalkan rumah Jinny dan mulai menata hari baru di rumah yang seharusnya. Semua barang-barangku sudah disiapkan dan Adhan pula yang mengemas barang-barangku dan membawa satu per satu kedalam mobil yang dia gunakan untuk menyusulku. Aku berpamitan santun pada keluarga Jinny,mama Jinny memelukku bahagia dan haru beliau juga memintaku untuk sering-sering berkunjung kerumahnya. Jinny sahabatku ini juga memelukku hampir lima belas menit seolah tak ingin lepas. Tepat dihadapan kak Firas,dia merentangkan lengannya ingin memelukku. Namun,lengannya tertahan. Adhan menghentikan lengan itu dan menatap kak Firas dengan tajam.
“ jangan menyentuhnya ! “
“ aku hanya memberi pelukan terakir saja, “
“ Hmmm“ Adhan mengangkat kepalan dan menyodorkan mata tajamnya. Hari ini dia benar-benar menjual mata tajam itu kemana-mana. Aku sempat sangat takut dibuatnya. Setelah itu dia juga menarik tanganku untuk keluar. Aku menoleh memberi bahasa isyarat memohon maaf pada kak Firas,dia hanya menjawab dengan senyum lebar. Aku sungguh merasa tidak enak pada kak Firas. Aku rasa Adhan sangat berlebihan,bukankah Firas adalah sahabat karibnya?. Sepanjang jalan aku hanya diam,aku tidak bisa menuliskan perasaanku untuk kalian. Semua berkecamuk didalam sini.
Hingga didepan rumah kami,Adhan yang membawa semua barangku masuk. Dia juga yang memilih kamar untukku. Kamar tidurku dibuatnya tepat disebelah kamarnya. Tapi kali ini pilihannya tepat. Karena kamarku memiliki pemandangan yang luar biasa. Semua desain interiornya sudah diatur dengan apik dan rapi. Sekali aku membuka jendela kamar,udara segar bisa aku rasakan. Aku bisa melihat kolam renang dan taman rumah dari sini,udara yang aku dapat sangat sejuk. Mungkin disini aku bisa menenangkan segala yang berkecamuk untuk beberapa hari. Ayah dan Ibu baruku juga membantu untuk merapikan semua barangku. Meski hanya sedikit tapi Ayah dan Ibu tetap ingin membantuku. Mereka menyambutku dengan penuh kehangatan. Ibu tiriku ini bukan ibu tiri yang kejam seperti tertulis dalam cerita dongeng. Ibuku sangat hangat dan penuh kasih. Jika diperhatikan dalam-dalam,dia sedikit mirip dengan ibuku. Kami makan malam bersama,bercanda bersama. Menonton televisi diruang keluarga bersama. Ada aku,Ayah,Ibu dan kakakku Adhan. Aku mencoba bahagia dengan semua ini. memang sudah seharusnya aku bahagia,tapi aku tidak tahu harus memulai bahagia dari sudut mana?
-------o0o-------
Ayah mengantarku ke kamar,beliau juga mengecup keningku sembari mengucapkan selamat malam. Ibu tiba-tiba hadir diantara kami,beliau menyodorkan bungkusan kotak rapi nan cantik. Sembari tersenyum hangat memelukku beliau memintaku agar segera membuka kotak berwarna merah berhias pita biru ini. Senada dengan senyumnya yang indah,akupun mengibarkan hal yang sama. Segera kubuka dan kulihat isi dari kotak istimewa ini. Aku terkejut bahagia,beliau memberiku sepatu yang sangat cantik. Hak tinggi dengan warna biru langit. Benar,biru aqua. Pilihan ibu sangat tepat,ukurannya juga pas. Ada beberapa pakaian yang cantik juga beliau hadiahkan untukku,jam tangan dan yang terakir berada di tangan Ayah. Ayah mengikatnya ditanganku,sebuah gelang indah dengan warna putih. Berkilau dan sangat cantik. Ayah dan Ibuku juga mengecup kedua pipi merahku yang basah. Aku sangat bahagia,kehangatan ini tentu belum pernah aku dapatkan. Aku kehabisan kata-kata untuk mengucap terimakasih.
“ Lekaslah tidur “
“ Mimpi indah ya sayang “ kedua orang tuaku ini segera berlalu dan menutup pintu. Aku masih terpaku,belum bisa merajut perasaan. Segera ku kemasi barang-barang istimewa ini. Aku berjalan menuju kamar mandi,membersihkan diriku dan bersiap untuk merajut mimpi. Seperti biasa aku membasuh mukaku,mengeringkannya dengan handuk dan membuat percakapan kecil di depan cermin. Aku hanya meyakinkan diri dan berusaha menerima kenyataan. Aku mengingat benar apa yang kak Firas ucapkan. Bagaimanapun,aku harus menghadapi ini semua,cepat atau lambat aku harus menghapus perasaanku terhadap Adhan. Aku harus mulai menumbuhkan rasa yang hanya tumbuh untuk saudara pada umumnya. Memang benar,itu yang harus aku yakinkan pada diriku sendiri. Aku harus mencintai Adhan sebagai kakakku,seperti dia mencintaiku sebagai adiknya.
“ AARRGGHHTT “ aku terjingkat dengan kehadiran sosok aneh yang tiba-tiba muncul. Sementara itu,Adhan keluar dari balik boneka Teddy super besar seukuran tubuhnya itu.
“ Apa yang kamu lakukan? sangat mengejutkanku ! “ aku tidak bisa menutupi rasa kesalku,sementara empunya hanya tersenyum licik.
“ maafkan aku untuk hari ini,aku pasti membuatmu kesal tadi di rumah Jinny dan aku sudah membuatmu terkejut sekarang “
TUHAN,apa yang ada dibenaknya saat ini? tingkahnya selalu membuatku tidak bisa menghapus rasa tertarikku padanya
“ ini untukmu“ dia menyodorkan teddy bear seukuran manusia ini padaku,aku menerima dengan khidmat. Tidak sepatah katapun aku lontarkan.
“ tidurlah,besok pagi kita jalan-jalan seperti biasa“ dia membelai sedikit rambutku dan beranjak meninggalkan aku. Jika harus begini terus,apa yang harus aku lakukan? aku tidak akan bisa menghapus rasaku padanya. Namun bagaimanapun aku harus sangggup dan mampu.
Jalani saja apa adanya,biarkan mengalir dan jangan dipaksakan. Suatu hari nanti kamu pasti bisa menjalani ini dengan alami dan semestinya
Jinny membisikkan kata-kata ampuh yang menguatkanku,itu sebabnya dia memelukku sangat lama waktu itu. Mungkin benar pesan gadis judas ini. Aku harus menjalani semua dengan apa adanya,nantinya juga akan mengalir alami. Aku bersiap untuk menjalani lautan mimpi. semoga esok akan lebih baik dan bahagia dari cerita hari ini.
Aku sambut pagi baru di rumah ini,kubuka jendela dan kuhirup udara segar dari luar. Namun aku terpanah saat bola mataku menangkap sosok yang membuatku terjerembab dalam lingkaran pesonanya. Dia berkecimpung didalam air. Kubiarkan mata ini menikmati pesonanya.
Haruskah aku turun dan ikut berenang?
Aku memutuskan untuk keluar dari kamar dan menuruni anak tangga rumah ini.
“ Selamat pagi sayang“
“ Selamat pagi bu“
“ ayah ada ditaman,kakakmu juga sedang berenang“
“ biar aku bantu ibu“ tanpa persetujuan ibu aku membawa minuman yang sudah beliau tuangkan dalam gelas berukuran standart ini. Aku harus bisa menahan gejolak hati dan menata perasaan agar tidak kentara dihadapan Adhan. Aku berjalan tanpa beban melewati kolam renang,seolah tidak melihat kehadiran Adhan sama sekali. Khusyu’ menuju tempat ayah menikmati pagi dengan bentangan kora dihadapannya.
“ Selamat pagi ayah “
“ selamat pagi juga sayang“
Ayah mengecup keningku dan mempersilahkan aku duduk disampingnya. Aku melihat wajah Ayahku lekat-lekat seolah tak percaya aku bisa kembali bersamanya. Bisa kembali menemukannya. Tiba-tiba aku tersentak dengan percikan air yang menyapa tubuhku. Kuarahkan mataku pada sumber keberadaan air. Mataku tajam menyusup,namun dia terlihat santai dengan gayanya.
“ ayo berenang!“
“ tidak mau!“
“ Zhu tidak bisa berenang“ ayah menyela.
“ Aku sudah mengajarinya berenang“
Kali ini mata Ayah menatapku penuh tanya mendengar jawaban Adhan,aku hanya menunduk serba salah. Dan menghardik dalam hati.
Bocah kurang ajar,kenapa bicara begitu dihadapan Ayah ??
Entah kapan Adhan bangkit dari air,tiba-tiba dia sudah berada disampingku dan mengangkat tubuhku.
“ HEIIII “ belum hilang rasa terkejutku,Adhan melemparku kedalam air.
“ ADHAN !! “ aku dengar suara Ayah dan Ibu bersamaan. Aku berusaha sebisa mungkin untuk berenang,dengan gaya darurat. Mungkin melihatku kewalahan,Adhan menarik tubuhku dari dalam air. Masih tetap dalam pelukannya,dia menatap mataku lekat. Jantungku tidak karuan dalam posisi ini,nafasku terengah-engah.
“ bukankah kamu sudah bisa berenang? “
“ tapi bukan dengan tiba-tiba begitu “
“ kalau begitu ayo kita berenang“ aku patuh dengan ajakannya. Dia mulai memberiku arahan seperti awal dia mengajariku berenang. Suasana mengalir apa adanya,dan kecanggungan itu hilang dalam percikan air. Kami bisa tertawa bersama dan sesekali menggoda satu sama lain. keadaan sudah kembali seperti sedia kala dengan candaa-candaan ini. senyumku sudah kembali alami tanpa ada yang dipaksakan.
Selepas kami berenang,sesuai dengan janji Adhan mengajakku jalan-jalan. Kami berbagi cerita seperti dulu. Mengambil gambar dan makan bersama.
-------o0o-------
Hari ini aku berangkat kuliah bersama Adhan. Ini memang bukan hal yang luar biasa karena kami sudah sering melakukan ini dan hampir setiap hari bukan ?. Kami juga makan siang bersama,dan hari-hari terjalin seperti sedia kala. Hanya perasaanku yang belum biasa. Aku juga belum terbiasa memanggilnya dengan sebutan kakak.
“ Zhu,, “ ini suara Sisil. Tidak biasa aku bisa melihat anak ini dikampus. Aku sudah sangat lama tidak berteu dengan anak ini. dia terlihat semakin sumringah dan cantik. Senyumnya mengembang sepanjang langkah menuju tempat aku berada.
“ bagaimana kabarmu? “
“ aku baik-baik saja. Kamu sendiri bagaimana?“
“ sama aku juga,kamu makin lengket saja sama Adhan. Terlihat semakin bahagia bersama “ kalimat Sisil yang ini yang membuatku merasa dicubit. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
“ aku ingin memberitahumu,dan aku rasa kamu harus tahu ini. Adhan adalah laki-laki yang baik,sebenarnya dia yang selama ini memintaku untuk memberimu buah dan susu setiap pagi. Semua buah dan susu itu dia yang memberikan kepadaku dan memintaku untuk memberikan padamu sebagai sarapan. Dia bilang “jangan sampai Zhu makan mie instan lagi dan pastikan Zhu makan semua buah dan susu ini agar kesehatannya terjaga” dia ingin vitamin ada dalam dirimu. Selama ini kan kamu makan sembarangan,dia kurang suka akan hal itu. Karena itu dia datang setiap sore dan memberikan buah-buahan segar serta susu untuk aku berikan padamu. Maafkan aku Zhu,tapi tidak ada laki-laki sebaik dia. Sepanjang aku kenal laki-laki,tidak satupun yang seperti Adhan. Kamu memilih laki-laki yang tepat “ penjelasan inilah yang membuatku lebih merasa dicubit. Jadi selama ini Adhan yang memastikan sarapanku penuh gizi,sarapanku harus sarapan yang baik. Aku berusaha mengganti topik pembicaraan,memancing Sisil untuk bercerita tentang yang lain. Hingga akirnya Adhan datang dan mengajakku makan siang dikantin. Kami makan siang seperti biasa,dia yang memesan dan membawa menu itu kemejaku. Kami juga bercengkerama seperti awal perjumpaan,seolah tidak pernah terjadi apapun. Benar,memang tidak terjadi apapun dihati Adhan. Hanya hatiku yang sempat terlanda bencana. Aku melirik wajahnya,dia sangat serius dan belum kulihat satupun senyuman diwajahnya hari ini. kuperhatikan dia lebih dalam lagi dan semakin dalam.
Sejak kapan dia tahu bahwa aku adalah adiknya?
Mataku masih lekat menatapnya. Hingga dia tersadar aku tengah menghitung pori wajahnya.
“ Ada apa? “
Aku hanya menggelengkan kepala saat pertanyaan itu dilemparkannya. Setelah makan siang berakir,dia menemaiku bekerja. Hingga akirnya kami pulang kerumah kami bersama. Ibu sudah menyajikan makan malam untuk kami. Beliau mempersilahkan kami untuk bersih diri dan menjalankan kewajiban ibadah.
Aku tidak tahu apa yang Adhan pikirkan,tapi aku melihat dia dengan baju taqwa putih dan sarung biru kotak-kotak lengkap dengan peci putih bertengger di kepalanya. Sementara aku barusaja keluar dari kamar mandi. Tanpa bicara dia memintaku untuk mengenakan mukenah yang dia sediakan. Aku sudah lama mengenal orang ini,sudah pasti aku mengerti dengan bahasa isyarat matanya itu. Segera aku mengenakan mukenah yang dia sediakan. Jelas ini adalah mukenahku yang dia ambil dari tempatnya. Dia segera mengibaskan sajadahnya dan bersiap menjadi imam ibadahku. Aku sempat terbingung dengan kelakuannya kali ini. kenapa dan mengapa dia mengimamiku?. Setelah empat raka’at berakir,dia menatapku tajam. Aku gelagapan harus bagaimana. Mataku berkeliaran dengan kepala tertunduk. Dia masih belum mengucapkan sepatah katapun,aku mencuri pandang untuk meliriknya dengan kepala masih tertunduk.
Apa yang salah dengan orang ini?
“ Apa yang sedang kalian lakukan? ayo turun dan makan malam Ayah sudah menunggu!“
“ Iya bu “ aku beringas mengambil langkah,kulepas mukenahku dan ku letakkan di tempatnya. Sementara Adhan masih berdiri di depanku tanpa sepatah katapun. Aku masih berada di depan pintu almari panjangku tempat aku menyimpan mukenah. Namun aku kembali terkejut saat aku membalik tubuhku. Adhan berdiri tepat dihadapanku,dengan jarak tiga puluh centimeter. Jantungku berderung tak beraturan,sebenarnya apa yang Adhan lakukan. Apa pula yang dia inginkan?.
“ Apa yang kamu lakukan dengan Firas tadi siang?“
“ kak Firas hanya memberiku puding cokelat kiriman dari mamanya“
Matanya sangat tajam menatapku,setelah itu dia menarikku dalam dekapannya. Aku merasa detak jantungnya tidak seperti biasa. Mungkin ada lima menit dia memelukku dan kami segera memenuhi panggilan ibu untuk makan malam.
Kenapa dengan dia?
Pertanyaan itu belum bisa kujawab. Biar waktu yang akan menjawab nantinya. Aku sekarang ingin menghilangkan perasaan yang tidak menentu ini. semua makanan yang sudah dihidangkan,kulahap dengan sadis. Tidak ada pelampiasan yang tepat selain makanan. Apalagi,masakan ibu tiriku ini sangat lezat dilidah. Semua menatapku keheranan,aku hanya memberi senyum manis ala Zhu.
“ besok ayah dan ibu akan kembali ke Lombok selama satu minggu untuk menyelesaikan pekerjaan kami. Kalian dirumah yang akur ya,jangan sering bertengkar. Adhan yang sebagai kakak harus menjaga dan menyayangi Zhu sebagai adik. Begitupun sebaliknya,Zhu juga tidak boleh kasar atau menyakiti Adhan kakakmu“ aku khusyu’ menyimak perkataan Ayah.
“ dan sebaiknya,kamu keluar dari pekerjaanmu Zhu“ aku tersentak dengan perintah ayah yang satu ini.
“ Kenapa Ayah? “
“ kamu konsenterasi saja pada pelajaranmu sebentar lagi jadwal ujian kan?“
“ iya ayah“ aku patuh saja pada ayahku tercinta,aku tahu ayah pasti sudah mempertimbangkan keputusannya dan itulah yang terbaik.
Malam sudah berganti. Fajarpun memamerkan cahyanya. Ayah dan Ibuku bersiap untuk pergi. Aku tidak bisa membayangkan untuk hidup berdua dengan Adhan yang akir-akir ini agak aneh. Setelah ayah dan Ibu berangkat,kami juga berangkat menuju kampus. Tepat di area parkir,kami bertemu dengan kak Firas. Kami bersapa hangat,Adhan juga bersikap biasa seperti tidak pernah marah pada kak Firas. Padahal kalau diingat,aku sangat takut dengan kejadian tadi malam. Dia tajam dan angker hanya untuk bertanya apa yang aku dan kak Firas lakukan ?. Benar-benar tidak pernah masuk akal. Aku hanya berlalu meninggalkan dua insan yang memang aneh ini.
“ hei,,,maruko chan! hari ini kamu tidak perlu pergi bekerja,aku akan mengurus pengunduran dirimu “
“ tapi boleh aku kerumah Jinny?“
Dia hanya diam menjawab pertanyaanku,tatapan matanya menyelidik. Kak Firas yang tepat disampingnya juga diam seribu bahasa.
“ kalau kamu tidak percaya,kamu bisa menemaniku kerumah Jinny“ aku segera membuang pandangan dan berlalu begitu saja. Mulai sekarang aku harus banyak mengorek gundukan rahasia yang membuat orang-orang disekitarku menjadi aneh.
Setelah jam kuliah kami selesai,aku dan Jinny berjalan beriringan. Kami menuju kantin kampus untuk sekedar makan siang. Adhan dan kak Firas terlihat berjalan kearah kami. Dua orang ini hanya diam dan tidak berkata apapun. Adhan juga lekat menatapku,aku sedikit melirik Jinny yang juga melirikku. Kami bersikap seperti tidak terjadi apapun. Usai menenggak makan siang kami,aku dan Jinny segera beranjak tanpa peduli Adhan dan kak Firas sedang mengikuti langkah kami. Sesampainya di area parkir,aku mencoba bersikap hangat pada Adhan yang tepat berada dibelakangku ini.
“ Kak Adhan, Zhu boleh kan main kerumahku? kakak juga biasa kerumahku bukan?“ Jinny menyela jatah pertanyaan yang akan aku lontarkan.
“ Tentu saja boleh,aku sendiri yang akan mengantarnya kerumahmu“ Adhan terdengar lembut dan tenang.
“ Tapi bagaimana dengan Jinny?”
“ Jinny denganku!“ kak Firas menarik tangan Jinny dan berjalan menuju arah kendaraan mereka terparkir. Sekarang kak Firas yang aneh dan aku semakin tidak bisa berfikir. Apa daya aku hanya pasrah dan patuh saja. Adhan mengantarku kerumah Jinny. Berselang beberapa waktu,terlihat Adhan dan kak Firas keluar dari rumah berboncengan. Aku dan Jinny berfikir keras memecahkan segala pertanyaan.
“ yang ada dibenakku sekarang adalah,Adhan jatuh hati padamu karena itulah dia melarang keras kamu dan kakakku bersentuhan“
“ tapi Adhan kakakku“
“ itu dia masalahnya,cinta terlarang judul dari kisahmu dan Adhan. Yang aku tahu,kakakku tidak pernah memperhatikan wanita lain selain adiknya. Tapi perhatian kakakku padamu,jauh lebih besar dari perhatiannya padaku. Apa sekarang kakakku juga mulai tertarik padamu? “
“ aku tidak berfikir begitu,aku sudah sangat muak dengan cinta“
“ kuberi tahu ya,kakakku patah hati dua tahun yang lalu. Pacarnya selingkuh dan sampai sekarang kakakku tidak pernah menjalin perasaan dengan wanita lain. tapi kalau sekarang dia jatuh hati padamu,berarti seleranya sudah berubah drastis dan mendekati kata UNIK“
Mataku melotot menghakimi orang didepanku ini. seenaknya saja dia berkata demikian. Belum bisa kami pecahkan kenapa dengan sikap dua orang yang tak lain adalah kakak kami. Kubiarkan saja pertanyaan itu mengambang dalam benak. Dan mengakiri perbincangan pribadi dengan Jinny.
-------o0o-------
Setelah membersihkan diriku di kamar mandi,aku beranjak menuju ruang keluarga. Sedikit mencari kaset film yang ingin aku nikmati malam ini. Aku harus bisa membuat ketegangan Adhan mengendor. Aku memilih film komedi. Segera kuputar film ini dan aku merapikan tempat duduk paling nyaman. Sesuai dengan harapan,Adhan datang dengan beberapa camilan ringan dan duduk disamping kananku. Dia masih saja belum melontarkan senyuman. Kami menikmati tontonan ini bersama,adegan dan segala kata-kata lucu membuatku banyak tertawa. Tapi tidak sedikitpun suara dari bibir Adhan terlempar. Aku berusaha cuek dan menikmati saja camilan yang dia bawa. Tiba-tiba adegan yang tidak aku bayangkan terjadi. Ditengah tenangnya aku menatap tontonan menggelikan ini,ada telapak tangan yang mendarat di pundak kiriku. Aku melirik ringan jemari ini.
Mungkin ini saatnya aku bertanya
Aku menatap wajah kakakku yang memikat ini.
“ boleh aku tanya sesuatu?“ aku memasang wajah manis manja. Dia diam dan membalas tatapanku hangat,tangannya semakin erat dipundakku.
“ Apa?“ dia dingin dan tetap tenang.
“ Sejak kapan kamu tahu kalau aku adikmu?“ dia melepas tangannya dari pundakku,dan sedikit menghembuskan nafas.
“ sejak aku menemukan dompetmu“
“ Hah ?? “
“ ada Foto didompetmu “ aku menerawang mengingat. Memang benar aku memasang fotoku dengan ibu panti. Saat dimana aku tidak memiliki siapapun. dan saat itulah aku merasa tidak sendiri,karena ibu panti selalu memberikan kasih sayang seperti seorang ibu pada anaknya. Adhan menarikku berdiri dan membawaku ke sebuah ruangan. Ini adalah ruang kerja Ayah.
Kenapa dia membawaku kemari,ayah akan marah. Ini sangat lancang.
“ Lihat ini,fotomu sangat mirip dengan gadis ini. sejak itu aku berusaha mencari informasi tentangmu. Dan aku yakin kamu adalah adikku. Anak Ayah dari pernikahan sebelumnya “
Benar,aku ingat. Jinny berkata bahwa kakaknya banyak bertanya tentang aku,dan kami berfikir kalau kak Firas tertarik padaku. Mungkin semua pertanyaan itu terlontar karena Adhan yang ingin mencari tahu tentang aku.
“ dan.... “ kata-katanya menggantung begitu saja. Aku menatapnya menyelidik.
“ ini “ dia menunjuk foto gadis mungil dengan rambut pendek dan muka sedikit bulat. Aku mencoba mengingat sesuatu.
“ dia terlihat dungu dan ceroboh,seperti chibi maruko chan“ aku melirik menajam kucoba membuat mata setajam mungkin. Jadi karena inilah dia selalu memanggilku maruko chan. Karena fotoku saat masih kecil ini. Adhan benar-benar MENJENGKELKAN !!
Sekarang aku semakin yakin,selama ini dia perhatian dan selalu menjagaku semata karena aku adalah adiknya. Dia tidak pernah memiliki perasaan lebih terhadapku. Mungkin aku yang terlalu terbuai,aku terlalu memaksakan keinginan untuk dicintai. Aku berharap cinta dari orang yang tidak seharusnya. Dan semakin aku sadari,bahwa aku harus benar-benar menata hati agar mampu menghapus perasaan lebih ini.
Malam semakin penat semakin gelap,pikirku melayang menerawang gambaran pertemuanku dengan Adhan. Kebersamaan yang tidak pernah aku duga. Aku rasa ada baiknya kenyataan lambat kusadari,aku ingin tahu apa yang akan terjadi bila dia bukan kakakku dari ibu yang lain. Kubiarkan mimpi menghiasi petangku,semakin aku berhayal semakin rapuh saat aku tersadar. Semoga mimpi petang ini menghapus segala hayalan kotor yang tidak patut aku hayalkan. Hingga aku merasa sinar mentari menerobos jendela kacaku. Silaunya menyinari mataku,aku terjingkat melihat jarum jam. Sungguh keterlaluan aku hari ini. Terbangun saat matahari sudah menyibak kegelapan malam. Segera aku mengambil langkah menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah bersiap aku segera menuruni anak tangga. Ku lihat Adhan masih memakai baju santai dan belum terlihat siap untuk pergi kekampus.
“ kamu tidak kekampus?”
“aku tidak kuliah hari ini,aku sudah mulai melakukan penelitian untuk skripsi “
Aku hanya mengangguk mengerti,memang benar ini adalah semester akirnya.
“ aku sudah menyiapkan sarapan untukmu,setelah sarapan aku akan mengantarmu ke kampus “
“ aku bisa berangkat sendiri,kamu tidak...“ Adhan memaksaku duduk di kursi makan dan sudah tersedia sepiring menu sarapan siap santap. Sempat aku terngangah,apakah dia sendiri yang memasak ini semua?Betapa hebatnya dia bisa memasak makanan seperti ini.
“ kamu memasak untukk?“
“ aku membelinya di persimpangan jalan“ aku hanya mengangguk saja,tanpa membuang waktu aku segera melahap sarapanku. Usai semua kutenggak,Adhan membersihkan semuanya. Setelah itu dia mengantarku pergi kekampus. Dia juga berpesan agar aku menghubunginya saat jam kuliah sudah berakir. Sebenarnya aku merasa tidak enak bila harus merepotkan dia yang sedang sibuk. Tapi dia tidak akan mengubrisku sama sekali. Dia hanya melakukan apa yang dia ingin lakukan. Entahlah,bagaimana aku harus menghadapi orang seperti Adhan.
Sesampainya dikelas,seperti biasa aku dan Jinny memperbincangkan isi dari misi kami. Mengetahui perasaan kakak kami. Jinny mengambil kesimpulan bahwa kakaknya tertarik padaku. Aku tetap tidak mengamini pikiran itu. Yang menjadi pertanyaanku hanya kenapa Adhan melarangku dekat dengan kak Firas. Sedangkan sebelum aku menemukan dia sebagai kakakku,aku sudah tinggal satu rumah dengan kak Firas. Kalau diingat,dia memang selalu hadir saat aku berkontak fisik dengan kak Firas. Dimulai dari saat kak Firas mengajariku berenang,dan saat kak Firas memelukku hari itu.
Aku pulang dengan Jinny,dia ingin main kerumah kita
Aku mengirim pesan singkat untuk Adhan,agar dia tidak menjemputku,karena tidak mungkin dia menjemputku dan Jinny harus sendirian. Wal-hasil aku bersama dengan Jinny menyisir jalanan darikampus menuju rumah tinggalku. Sesampainya dirumah,aku tidak mencium kehadiran Adhan sama sekali. Rumah terasa sepi,karena memang hanya ada aku dan Adhan dirumah ini. aku mengajak Jinny kekamarku,dia sempat terkagum dengan semua yang ada dikamarku. Pemandangan dan tempat yang sangat menyilaukan mata,kesegaran masih terasa disini. Sangat simple dan alami.
“ lalu,dimana kamar kak Adhan? “ Jinny melempar tanya penasaran. Aku hanya memberi isyarat dengan mataku menunjuk arah kamar Adhan yang tepat disampng kiri kamarku. Dia hanya mengangguk-angguk saja. Seperti gadis pada umumnya,kami hanya bermain dan bercanda dikamarku. Kami bercerita tentang segala hal. Aku meninggakan Jinny sesaat untuk mengambilkan dia minuman dan sedikit camilan. Aku berjalan menuju dapur dan mencari letak lemari pendingin. Masih belum aku mencium tanda-tanda kehadiran Adhan disini. Sebenarnya dia dirumah atau mencariku kekampus?Pesan dariku juga tidak dia balas. Merasa cukup dengan minuman dan camilan,aku segera menuju kamarku,tapi aku terheran melihat Jinny membungkuk di depan kamar Adhan. Kutepuk sedikit pundaknya,dia terjingkat dan mengarahkan telunjuk tangannya diantara bibir yang terkatup. Entah apa yang dia dengar,aku segera menariknya kembali kekamarku. Ini adalah hal lancang yang tidak boleh dibudidayakan.