8
Yabe mengecek handphone, melihat notifikasi chat masuk dari Kagura.
[Kagura] Ke kelas sekarang. Kita latihan.
[Yabe] OKe
Tiba-tiba muncul notifikasi chat masuk dari seorang cewek bernama Cindy.
[Cindy] Ka Yabe, habis pulang sekolah kemana?
Dan tidak lama kemudian ada notifikasi chat masuk lagi dari cewek lain bernama Indah.
[Indah] Yabe, sibuk gak? Telephon aku donk
Yabe tidak langsung membuka chat dari mereka. Yabe hanya memegang erat handphonenya erat, menyenderkan badannya ke tembok. Mengehela nafas sambil menutup matanya.
“Gue benar-benar bad boy ya.”
***
Pintu Ruang kelas terbuka, Yabe berjalan masuk ke dalam kelasnya, yang hanya dihuni 2 manusia. Kagura yang sedang sibuk dengan laptop nya, dan Rico sedang push up sendirian, dengan keringat yang sudah bercucuran membasahi muka dan rambutnya.
“ Ada angin apa lo push up? Lo kan enggak suka olahraga.” Tanya Yabe berjalan mendekati Rico yang sibuk menghitung push up nya.
“Ini disuruh Kagura.” Jawab Rico masih melanjutkan push up, dengan hitungan ke 20.
Yabe memutarkan bola matanya kearah Kagura, mendekati gadis berambut panjang itu. “Lo jahilin Rico lagi?”
“Gue ngehukum dia karena udah main game aneh di laptop nya.” Jawab Kagura yang masih sibuk dengan laptop, yang tak lain pemiliknya adalah Rico.
Yabe penasaran game apa yang dimainkan Rico. Ketika melihat layar laptop, Yabe terkejut. Kagura yang sejak tadi sibuk di depan laptop ternyata sedang bermain game. “Ini game yang dimainin Rico? dan sekarang lo mainin juga?!!” dengan Nada suara yang meninggi tidak percaya dengan game yang dimainkan gadis remaja, dengan muka datar dan santai menikmati permainan game aneh yang baru katakan.
“ Gue penasaran aja. Ternyata begini toh fantasi kalian para cowok…” Kagura tersenyum jahil menggoda melihat kearah Yabe.
Yabe berpura-pura cuek, tidak berani menanggapi balik Kagura. Lalu Tiba-tiba Yabe menutupnya laptop, sambil bersamaan mengambil tangan kanan Kagura agar tidak terjepit layar laptop yang ia tutup paksa. “Jangan main game ini”
Akhirnya Rico menyelesaikan push up-nya pada hitungan ke 30, lalu duduk menyila dilantai. “Jadi kita keputusannya mau tampil apa nih?” Tanya Rico dengan nafas yang masih terengah-engah.
“ Yabe akan main keyboard dan kita…”
“ Gue enggak main begitu lagi” Yabe memotong omongan Kagura dengan tegas.
“ Kenapa lo enggak mau?” Tanya Kagura menatap tajam Yabe.
“ Karena gue enggak mau. Enggak usah paksa gue. Gue beda sama Arven.” Jawab Yabe mengalihkan pandangannya melihat pemandangan luar dari jendela yang terbuka.
“ Jelas lo beda banget sama Arven. Wanita yang ia sayangi, benar-benar wanita baik seperti malaikat. Tapi kalau wanita yang lo sayang mati-matian itu malaikat bertanduk iblis.” kata Kagura dengan santai nya, menyindir Yabe mengingatkannya pada masa lalunya.
Yabe terpancing sindiran Kagura “ Kayaknya yang belum bisa move on itu lo. Lo kan juga sayang banget sama wanita kesayangan Arven. Apa jangan-jangan lo suka sama Arven karena mereka mirip gitu?” Yabe memiringkan kepalanya kesamping, menyila kedua tangannya sambil tersenyum mengangkat ujung bibirnya, tidak mau kalah dengan sindiran Kagura.
Kedua nya mulai memanas emosinya karena saling menyindir masalah lalu mereka. Kagura tidak mau kalah, terpancing sindiran Yabe juga. Kagura bangkit dari tempat duduk, berdiri di depan Yabe.
“Lo jangan ngomong sembarangan tentang dia!! Lo enggak tau apa-apa yang gue rasa…” Suara Kagura meninggi.
“Lo juga enggak tau apa-apa yang gue rasakan” Yabe memotong lagi omongan Kagura yang juga berusaha menahan emosinya.
Mereka berdua terbawa suasana karena ulah mereka sendiri saling menyindir masalah pribadi mereka. Dan Rico yang duduk kalem di lantai menyimak mereka berdua, mulai merasa suasana sudah tidak kondusif.
“Hei..hei.. Kagura, Yabe" kata Rico berusaha mencairkan suasana, Rico berdiri ditengah dua orang berbadan lebih tinggi dari, menongokkan kepalnya melihat kedua orang ini " Gue ada ide untuk performace nanti, gimana kalau kita nyanyi ala boyband pakai dance juga gtu? Seru kan?” usul Rico, setelah berpikir cepat memutar otaknya, ide ini boyboand ini muncul, karena teringat setiap hari adik ceweknya yang seorang Kpopers, berbeda dengan selera dirinya sebagai Otaku.
Kagura dan Yabe mulai menunjukkan reaksi.
“Boleh juga.” Jawab Kagura dan Yabe bersamaan.
***
Ini benar-benar seperti mimpi, tapi ini benar-benar nyata bukan khayalan atau imajinasi belaka. Yabe sedang duduk di sebuah café menunggu Yuri di meja dengan tempat duduk berdua berhadapan, dan vas bunga mawar kecil ditengah meja bundar tersebut, makin mempercantik suasana dengan alunan music café yang romantis. Yuri berdiri di luar café, melihat sosok Yabe dari jendela kaca, memakai pakaian casual. Sosok cowok tampan dan keren tersebut, tidak bisa diragukan lagi pesonanya.
Yuri menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya pelan-pelan, dengan langkah penuh percaya diri, membuka pintu café, diiringi lonceng kecil berbunyi, Yabe langsung menengok kearah pintu, menantikan sosok cewek yang ia tunggu-tunggu. Yuri langsung tersenyum lebar, melambaikan tangannya kearah Yabe, dan Yabe pun melambaikan tangannya juga tersenyum ramah menyambut Yuri.
“ Hai udah lama nunggu ya?” Tanya Yuri basa basi, walaupun ia tahu waktu janjian mereka adalah jam 17.00 p.m, dan sekarang masih jam 16.50 p.m.
“Enggak kok. Yuk pesan makannya.” Yabe memberikan buku menu, yang sudah tersedia 2 buku menu. Setelah mereka berdua memesan makanan dan minuman. Yabe tersenyum begitu manisnya, sampai membuat Yuri jadi canggung tidak berani menatapnya.
Sebenarnya Yuri masih kepikiran kenapa Yabe secara tiba-tiba mengajaknya jalan berdua saja, Apa ini karena gagal kencan dengan teman kencannya lagi atau memang benar ingin jalan berdua?.
“Yuri, jujur gue senang lo bisa ikut gabung sama geng unik kita.” kata Yabe tulus, membuka pembicaraan.
Yuri berusaha menutupi perasaannya yang tersipu malu senang, ditambah tatapan mata Yabe yang terlihat jujur mengucapkannya.
“ Kenapa? Apa menurut lo, gue punya keunikan?” Tanya Yuri penasaran.
“ Iya donk. Lo manis, berani, ceria dan enggak suka meremehkan orang lain sembarang. Gue udah perhatiin lo cukup lama loh.” Jawaban Yabe terasa makin jujur. Julukan playboy untuk Yabe dengan mulut manis nya sangat cocok.
Walalupun sudah tahu Yabe Playboy dan setiap kata manisnya tetap membuat Jantung Yuri yang tadinya sudah mulai lebih tenang, justru makin kacau lagi berdegub kencang karena Yabe lagi. “Oooh… uhm… makasih” Yuri malu-malu menundukkan kepalanya.
“Menurut lo diantara kita, siapa yang menurut lo paling unik?” Tanya Yabe lagi.
Yuri berpikir sebentar, membayangkan keempat orang tersebut, Kagura,Yabe,Rico dan Arven. Nama terakhir yang terlintas dipikirannya, Arven, orang itu lah yang paling unik dan sulit dimengerti.
“Arven..” jawab Yuri, membuat Yabe cukup terkejut.
“Waah gue kira lo bakal bilang Kagura.” Yabe menyenderkan badannya di bangkunya, duduk santai menyilangkan kedua tangannya sambil memikirkan satu-satu orang yang paling lama ia kenal sejak SD. Kenangan saat pertama kali mereka bertemu, bukan pertemuaan manis dan juga bukan perkenalan yang terlalu mengesankan.
“Kenapa lo senyum-senyum sendir,Be? Lagi mikirin Arven ya?” Tebak Yuri di respon anggukan ketawa kecil Yabe.
“ Gue sama Arven udah kenal dari SD. Kita enggak pernah dekat waktu itu, bukan berteman akrab tapi rival. Jadi tuh dulu….”
***
“ Waah Yabe, ulangan matematika lo dapet 100. Kalah donk si Arven” ucap teman sebangku SD Yabe sambil meilihat kertas ulangan Yabe terkejut.
Yabe dan Arven adalah teman sekelas sejak kelas 5-6 SD. Yabe duduk di tempat paling depan dan Arven duduk di bangku tengah. Orang-orang di sekitar Yabe dan Arven selalu membandingkan mereka berdua. Mereka berdua memiliki kesamaan dan perbedaan karakter. Keduanya adalah murid terpintar, Karena itu peringkat mereka sering bertukar menyusul satu sama lain. Punya banyak teman, Yabe dikelilingi teman-teman pintar sedangkan Arven dikenal ramah dan mau berteman dengan siapa saja, supel. Mereka berdua juga memiliki penampilan yang menarik banyak cewek-cewek, Yabe yang selalu terlihat keren dan berkharisma, Arven juga tidak kalah tampannya dan manisnya, ditambah sikap ramahnya pada cewek-cewek.
Omongan orang lain yang selalu membicarakan mereka berdua membuat Yabe jadi ikut berpikir Arven adalah Rivalnya dan ia tidak mau kalah darinya. Berbeda dengan Yabe, Arven tidak pernah mempedulikan omongan orang lain yang selalu membandingkan nya dengan Yabe.
Setiap penilaian mata pelajaran, disaat Arven nilainya lebih tinggi dari Yabe, Yabe tidak terima dan berusaha lebih keras mengalahkan Arven lagi. Ketika penilaian Olahraga, Jika Arven lagi-lagi mengungguli Yabe, Yabe tidak terima dan terus berusaha harus mengungguli Arven. Sampai pada penilaian tentang pelajaran music, Arven selalu lebih unggul dari Yabe, dan kali ini Yabe tidak pernah bisa mengalahkannya.
Akhirnya dengan rayuan dan bujukan kepada orang tuanya, Yabe berhasil bisa ikut les piano di tempat les ternama, dan mendapat guru les terbaik.Guru Les nya bernama Ibu Maya, dia adalah seorang wanita yang sudah terkenal karena sifat lemah lembutnya dan kesabarannya pada setiap muridnya setiap mengajari mereka. Dia selalu tersenyum dan terhibur dengan tingkah lucu Yabe yang selalu bercerita ingin mengalahkan teman sekelasnya itu.
Akhirnya kesempatan Yabe untuk menunjukkan kemampuannya setelah berlatih keras bermain piano terbalaskan, Arven akan mengikuti perlombaan piano. Yabe pun ikut berpartisipasi. Ketika perlombaan berlangsung, Yabe kaget dengan kehadiran Guru les nya, Ibu Maya bersama Arven. Ternyata Dia adalah Ibu Arven. Tidak diragurakan lagi kenapa Arven bisa begitu mahir bermain piano tanpa perlu les. I
bu Maya sebagai orang yang mengajari kedua anak ini, datang dan memberi dukungan menyemangati mereka berdua. Arven sudah mendengar banyak mendengar dari Ibunya tentang Yabe yang suka cerita tentang dirinya.
“ Yabe, kamu suka banget sama saya ya?, sampai ikut-ikut lomba ini juga?” Tanya Arven di depan Yabe dan Ibunya.
“HAH?!!” Yabe melongo, muka merah, menengok kearah Ibu Maya yang langsung mengalihkan pandangannya, tahu bahwa dia pasti memberitahu Arven. “ ENGGAK SUKA! Kita ini Rival, kali ini kamu pasti kalah!” tekad Yabe.
Diluar dugaan Arven malah jadi semakin bersemangat dan langsung memegang kedua bahu Yabe, “Iya kita berjuang bersama ya. Ini awal pertemanan kita ya.”
“ Teman?! Kita Rival Rival Rival!!” Yabe menolak keras, menyilangkan kedua tangannya. Namun Arven semakin senang melihat reaksi Yabe yang dianggapnya sangat menarik.
“ Yabe kamu bawa kalung keberuntungan kamu ya?” Tanya Ibu Maya melihat kalung not balok yang dipakai Yabe.
Arven memegang kalung Yabe, tanpa seijin Yabe “Jadi ini kalung yang dibeli dari penipu paranormal itu?” saut Arven, Yabe menatap Arven sinis.
Yabe melepaskan tangan Arven dari kalung keberuntungannya“ Dia bukan penipu!! Bilang aja takut kalah kan? Dengan kalung ini kamu pasti kalah.” Yabe membanggakan kalung nya.
“ Jadi kamu enggak percaya diri bisa kalahin aku tanpa kalung itu donk?”
Yabe diam, perkataan Arven seolah tajam menusuk harga dirinya. Muka Yabe memerah, menundukkan kepalanya, Dia memang merasa tidak percaya diri bisa mengalahkan Arven.
Arven melihat Yabe yang tiba-tiba murung, jadi merasa bersalah. Arven menepuk pundak Yabe, “ Kamu udah hebat tanpa kalung itu, temanku”
Yabe menongokkan kepalanya melihat hangatnya senyum Arven, kali ini perkataan Aven bukan menusuk tajam perasaannya, tapi menyentuh perasaannya terdalamnya dengan Kata-kata penyemangat dan kata “teman”.
“Hah?! Teman?! Kita Rival Rival Rival!!” Yabe berpura-pura terus mengelak. Malu-malu tapi sebenarnya dia senang.
Arven berjalan, tidak memperdulikkan ocehan Yabe sambil menuju ruangan para peserta. Yabe pun ikut menyusuli jalan Yabe.
Semenjak saat itu Mereka berdua makin dekat, Yabe pun jadi mengikuti sifat ramah Arven, Niatnya tidak lain tetap sama, tidak ingin kalah dari Arven. Walaupun Yabe tetap mengaggap Arven sebagai rivalnya, tapi akhirnya ia mengakui senang bisa dekat dan berteman dengan Arven. Mereka tidak satu sekolah di SMP yang sama, tapi masih suka bermain bersama atau main ke rumah masing-masing, dan itu terus berlanjut sampai sekarang.
***
“Jadi begitu cerita nya sampai sekarang kalian bisa dekat.. tapi kalau di dalam dan luar lingkungan sekolah, kalian keliatan beda.” Kata Yuri sambil meletakkan minuman yang sudah dihabisinya setengah gelas.
Mereka berdua telah selesai makan, Yabe pun juga menghabisi air putih nya. “Yah begitulah keadaannya sekarang.” Jawab Yabe singkat.
“Udah selesai makan, sekarang kita main ke Gamezones yuk.” Ajak Yabe.
Yuri mengiyakan dan mengikuti kemauan Yabe. Yuri tidak bisa menutupi kebahagiaannya bisa jalan barang dengan Yabe lagi. Sudah dipastikan, Yabe mengajaknya bukan karena alasan teman kencan ceweknya lagi. Yabe mengajaknya karena ingin berjalan berdua saja. Belum lama dia menceritakan Perasaannya pada Kagura dan Rico, Kagura mengirim chat kepada Yuri bahwa dia sudah membantu Yuri dengan Yabe. Lalu tidak lama kemudian, Yabe mengajaknya jalan hari Sabtu. Tidak buruk juga berteman dengan Kagura, sepertinya dia benar-benar membantunya.
Setelah asik bermain game selama 2 jam-an. Yabe dan Yuri duduk santai di taman luar Mall. Yabe memperhatikan beberapa orang lewat, perhatiannya terfokus pada para gadis-gadis muda yang melirik ke arahnya. Dengan tatapan dan senyuman menggodanya, para gadis-gadis tersebut tersenyum begitu bahagia digoda laki-laki tampan. Yuri yang duduk di sebelahnya memperhatikan tingkah genit Yabe. Yuri tahu Yabe seorang Playboy dan dia mungkin tidak berniat memiliki hubungan serius dengan satu perempuan. Yuri yang baru mengenal Yabe beberapa bulan, tapi sudah begitu serakah ingin memiliki Yabe. Dia berpikir bagaiamana dengan teman-teman cewek Yabe yang selama ini digantung hubungannya dengan Playboy ini lebih dari dirinya.
“Yuri, gue genit ya?” Tanya Yabe tiba-tiba.
Yuri terkejut, Ternyata dia menyadari mood Yuri yang berubah karena Yabe sibuk genit dengan semua cewek-cewek. Kalau sudah tertangkap, langsung jujur saja. “Iya. Lo genit dan Playboy banget. Tapi Gue yakin itu bukan diri lo yang sebenarnya.”
“ Terus menurut lo gue yang sebenarnya kayak gimana?” Tanya Yabe balik, penasaran.
“ Lo itu baik, perhatiaan, kuat, dan gue tau bisa tulus suka sama satu perempuan.”
“ Gue baik dan perhatian cuma sama cewek-cewek, gue kuat karena gue belajar bela diri buat pertahanan diri dan nolongin orang, cewek ataupun cowok juga, dan terakhir gue emang pernah tulus suka sama satu cewek, tapi..”
“ Lo pernah kan? Tapi apa?” Yuri menyela omongan Yabe, membuat Yabe jadi terdiam lagi.
Yabe tidak langsung menjawab, dia melihat kedua mata Yuri dalam-dalam, memikirkan sesuatu. Mata bulat Yuri yang tidak melepaskan pandangannya dari Yabe, membuat Yabe tersenyum sendiri melihat cewek disampingnya ini.
“ Tapi Gue belum bisa jadi cowok yang baik,perhatiaan dan kuat hanya buat lo aja. Gue suka sama lo, tapi Gue belum bisa tulus dan serius suka sama lo, cuma hanya untuk satu cewek saja..belum bisa.” Jawab Yabe menatap Yuri dengan serius, berbeda dengan tatapan santai nya yang biasanya.
Yuri menundukkan kepalanya, dirinya merasa begitu malu. Ini penolakkan pertamanya, padahal Dia belum menyatakan perasaanya padanya, tapi Kenapa Yabe tahu?
“Jadi lo udah tahu gue suka sama lo?” Tanya Yuri yang masih menundukkan kepalanya.
“ Gue tahu dari Kagura. Gue suka sama lo, tapi sebagai teman cewek yang special kayak hubungan gue sama Kagura. Kita bisa jadi teman baik.” Jelas Yabe, berharap Yuri akan mengerti, karena dia benar-benar tidak ingin hubungannya dengan Yuri jadi canggung.
“ Oke gue ngerti.” Yuri langsung berdiri tegap dari bangku kayu coklat. “ Kita Cuma teman, gue enggak akan harap lebih. Jadi... Gue mau pergi tenangin pikiran, Jangan…”
“ Gue enggak akan nahan atau ngejar lo. Gue ngerti.” Yabe menyela melanjutkan perkataan yang sama persis Yuri akan katakan.
Yuri jadi tambah kesal dan mendengar semua ucapan Yabe. Dia pergi berjalan pergi meninggalkan Yabe dengan langkah cepat. Dia harus menghindari cowok ini untuk saat ini, menenangkan diri dengan makan.
***
2 potong ayam goreng, 1 porsi kentang goreng dan 1 gelas besar cola, tersedia di meja di depan Yuri. Yuri memesan itu semua untuk dirinya sendiri. Ayam ukuran besar dimakannya lahap, diambilnya beberapa potong kentang goreng, lalu minum colanya. Makan adalah jalan satu-satunya untuk melepaskan beban pikiran nya dari penolakan Yabe dan kekesalannya pada Kagura juga. Dia tidak mengerti kenapa Kagura mengatakan langsung pada Yabe, Dia menyukainya. Rahasia yang harusnya dia percayai pada Kagura yang ia sudah anggap sebagai teman.
Tangan kanan Yuri memegang ayam, dan tangan kirinya berusaha meraih gelas Colanya, tapi gelas cola nya berpindah diambil oleh tangan seseorang, yang tiba-tiba sudah duduk didepannya.
“ARVEN?!!” Yuri terperangan membuka mulutnya yang masih berisi ayam goreng.
Arven mengerutkan dahinya, geli melihat isi mulut Yuri. Diperhatikannya penampilan Yuri, duduk sendirian dipenuhi makanan fast food. “ Lo sendirian aja?”
Yuri mengunyah ayam gorengnya dan menelannya sampai habis. “ Iya sendirian, pengen sendirian juga.” Jawab Yuri sinis.
“ Kayaknya lo bukan tipe cewek introvert, makan sendirian apalagi dengan ekspresi muka sinis lo gini.” Arven lagi-lagi terus membaca penampilan Yuri dari bawah sampai atas.
“ Bukan urusan lo. Lo sendirian juga ngapain sih?” Yuri mulai kesal, berharap cowok ini segera pergi meninggalkannya sendirian.
“ Gue lagi nyari buku, udah dapat nih.” Yabe menunjukkan buku baru yang masih disampul plastic. Buku berjudul “ Mencari Sesuatu dalam diri mu”
Yuri mengernyitkan dahinya membaca judul buku Aven. “ Buku lo berat banget sih.”
“ Enggak berat kok. Cuma 60 halaman aja.” Jawab Arven singkat.
Yuri makin jengah menanggapi Arven. Memikirkan Dua orang yang sudah membuatnya makin penat, dan ini ditambah lagi dengan Arven. “ Gue mau sendirian. Kembaliin minuman gue.”
“ Lo kan harus nyanyi, kalau minum soda tenggorakkan nanti kenapa-kenapa. Gue yang ribet.” Arven menjauhkan minuman cola dari Yuri. Diambilnya botol minuman air putih yang masih di segel. “Gue baru beli, kita barter minuman.”
Yuri cemberut melihat tingkah seenaknya Arven mengambil minumannya dan mengganti dengan air putih. Tenggorakannya yang kering terus memanggil Yuri, akhirnya terpaksa Yuri mengambil botol air putih Arven, dan langsung meminumnya.
Yuri melanjutkkan makan ayamnya, tapi Arven masih duduk di depannya. “ Lo ngapain masih disini?”
“ Cola gue belum habis.”
Lagi-lagi cowok ini bisa mengelak penolakan Yuri. Yuri menyerah tidak ingin menanggapinya lagi. Dia akan focus makan terus.
Sebelum menghampiri Yuri, Arven sedang jalan sendiri ingin pulang, tapi matanya menangkap sosok tak asing. Yuri duduk sendirian, dimejanya penuh dengan makanan fast food. Awalnya Arven kaget dengan porsi makan Yuri, tapi yang membuatnya lebih kaget adalah ekspresi Yuri sebelum memakan semua makanan tersebut. Arven merasa cewek ini pasti sedang dalam kondisi tidak baik, Dia tidak bisa untuk tidak khawatir. Sampai keadaan Yuri sudah lebih baik, Arven baru bisa lebih tenang meninggalkan cewek ini sendirian.
***
prince story never die hehe, penulisannya oke punya dan deskripsinya mantap... udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Prolog