4
Jam istirahat, seperti biasa kantin dipenuhi para siswa kelaparan, beristirahat sambil bercanda dan ngobrol. Yuri duduk di satu meja bersama Kagura dan Rico. Mereka berdua masih sibuk memakan mie ayamnya,dan Yuri baru selesai menghabiskan Mie ayamnya. Diambilnya botol air putih yang baru dia beli. Diputar penutup botolnya berkali-kali,sampai tangannya merah, tutup botol masih tidak begerak.
Yuri meminta tolong Rico, satu-satunya cowok diantara mereka, pikirnya tentu tenaga nya lebih kuat darinya.
“Waah, Yabe keren banget pakai jaket jeans.” Tiba tiba Kagura bersuara dan memberi info penting dan sensitive di telinga Yuri.
Yuri langsung menengok kebelakang, menyipitkan matanya melacak dimana lokasi Yabe, yang katanya dia terlihat tambah keren. Benar saja, Yabe dengan jaket jeans nya makin keren. Apalagi tawa senyumannya ketika ngobrol bersama teman-temannya.
“ Yuri, enggak jadi minum?” Tanya Kagura mengagetkan cewek yang baru tersadar kembali dari khayalannya.
“Eehh. Iya.” Dilihatnya tutup botol nya sudah terbuka. “Makasih ya Rico.” Ucapnya dan langsung meminum air putih, yang sudah dihabiskan tinggal sisa setenganya.
“Eeh? Oh..iya iya.” Rico terkejut sendiri menganggukkan kepalanya saat sedang asik menyluruput kuah mie ayam.
Setelah selesai dengan kuah terakhir mie ayamnya, Rico minum Es teh manisnya. Dilihatnya Yuri yang tengah asik bermian dengan handphonenya. Rico melirik kea rah Kagura yang duduk disampingnya. Mata mereka bertemu dan Kagura membalasnya dengan mengangkat kedua alisnya.
“Yuri, pernah ke pasar malam enggak?” Tanya Rico tiba-tiba.
“Iya pernah. Terakhir ke pasar malam dekat rumah.” Jawab Yuri, sambil meletakkan handphone nya di atas meja.
“Oooh, dekat rumah yang di Serpong ya?” Tanya Rico lagi
“ Iya,Tapi.. gue enggak akan mau kesana lagi.” Yuri teringat lagi kejadian dirinya diganggu preman-preman pasar malam.
“Kenapa?” Saut Kagura penasaran.
“Ehmm.. gue pernah diganggu preman-preman disana.” Jawab Yuri terus terang.
Rico membuka tas kotak yang selalu dibawanya, mengeluarkan beberapa foto, hasil potret nya.
“ Preman yang gangguin kamu yang mana?” Rico menjejerkan foto-foto tersebut di meja agar Yuri bisa melihat dengan jelas foto beberapa Pria, terlihat sekali foto tersebut diambil diam-diam.
Yuri terkejut dengan hasil foto-foto tersebut, makin terkejut ternyata ada foto preman-preman yang menggangunya dulu. Yuri masih ingat jelas muka para preman tersebut, berjumlah 4 orang, tapi ada satu foto yang menarik perhatiannya. Yuri mengambil fotonya, mencoba melihat nya lebih dekat dan berusaha mengingat nya siapa orang tersebut dan sepertinya ada hubungannya dengan preman-preman yang menggangunya.
“Oooh gue ingat!! Si cowok brengsek yang salah kasih tau tempat toilet!!” Foto yang masih digenggaman Yuri ditekukkannya kasar,geram karena orang inilah dia hampir celaka. Penyesalannya karena begitu bodohnya sudah percaya begitu saja jebakan dari orang yang baru dikenalnya.
“Lo lihat dia bawa sesuatu yang mencolok enggak?” Tanya Kagura lagi.
“Tas dompet warna item. Tas cewek tapi dibawa cowok, aneh enggak sih?”
“Itu Tas punya Kagura.” Rico langsung menyeletuk menyimpulkan semua nya.
“Hah?!! Serius? Copet donk dia?” Yuri terkejut, Ditatapnya Kagura yang lemas bersandar dibangkunya. “Kagura..lo mau cari pencopet itu? Bahaya loh.” Yuri khawatir, teringat bagaimana dirinya hampir celaka diganggu preman-preman tersebut.
Gadis itu malah tersenyum lebar, “ Tenang aja. Gue bawa bantuan teman-teman kuat gue. Yabe..”
Lagi Mendengar nama laki-laki itu, Jantung Yuri bergejolak teringat Yabe. Kejadian saat dia ditolong Yaben, masih membekas terus diingatannya. Sebenarnya Kalau di bandingkan aksi Yabe dengan cowok yang menolongnya di pasar malam, aksi Si cowok pasar malam lebih keren. Tapi Yuri lebih berdebar ketika Yabe yang menolongnya. Siapa yang sangka seorang Yabe mengenalnya dan menolongnya pula. Yuri yang Cuma murid baru tapi sudah mendapat perhatiaan special dari cowok sekeren Yabe.
“Terus.. kalau Dia mau aja sih..” lanjut Kagura. Kata terakhir Kagura tidak didengar Yuri yang masih sibuk dengan fantasinya.
Kagura mengambil handphonenya, membuka chat group dengan title Secret Company
[Kagura] 1 minggu lagi mereka akan ke pasar malam lagi. Kita nanti ketemuan disana ya.”
Tidak lama kemudia ada balasan dari group chat nya.
[Yabe] Oh, udah ketemu siapa yang ambil?
[Kagura] Iya. Yuri tau orangnya. Dia nanti juga ikut.
[Rico] Dari semua hasil foto yang gue ambil ada juga hasilnya. Ternyata ada pelaku pencopetnya.
]Yabe] Wah. Takdir kah lo bisa ketemu dan temenan sama Yuri?
[Kagura] Maybe. Semoga dia bisa bertahan.
[Rico] Gue bisa tetap bertahan, pasti dia juga. Beda dengan Yabe.
[Yabe] Gue juga bertahan kali, Cuma teman cewek-cewek gue tambah banyak aja. Sibuk dikitlah.Haha.
[Kagura] Kemana yang satu lagi? Enggak mau ikut lagi dia?
[Yabe] Dia kan emang paling sibuk kalo jam segini.
[Rico] Mungkin enggak ikut lagi dia.
[Yabe] Tapi dia tetap lah Guardian angel kita loh. Haha
Kagura tidak membalasnya lagi, tapi chat terakhir Yabe membuatnya tersenyum sendiri mengingat sosok Si guardian angel.
***
Waktu menunjukkan pukul 19.10. Yuri menatap untuk ketiga kalinya kearah jam tangannya. Sudah 15 menit dia menunggu sendirian ditengah keramain di Pasar Malam. Waktu on time pertemuan adalah pukul 19.00, tapi yang ia dapat adalah keterlambatan penyusun acara, Kagura, yang masih belum sampai juga.
Dinginnya Angin malam menusuk kulit Yuri dan bulu tangannya sampai meridik keatas. Yuri pun makin mengencangkan resleting jaket pinknya sampai dekat lehernya.
Akhirnya Rico datang, gaya nya di sekeloh dan luar sekolah tetap sama, selalu memakai tas selempang hitam berbentuk kotak. Kedatangan Rico membuat Yuri sedikit lega, kiranya dirinya tidak akan menunggu sendirian.
“Yuri, maaf telat. Kagura dan Yabe katanya baru bisa nyampe 15 menit lagi.”
Mereka berdua kok bisa telat bareng ya? Dateng bareng donk? Mereka seriusan Cuma berteman kan?
Ekpresi diam Yuri mendengar berita tersebut menambah bad mood-nya. Rico menggarukkan kepalanya yang tidak gatal, sambil memikirkan cara membuat mood cewek bisa lebih baik. Rico teringat dengan Kagura. Mereka sama-sama cewek dan Kagura kalau sedang bad mood itu biasanya...
Tanpa basa-basi lebih lama, Rico mengajak Yuri mencari cemilan atau makanan bersama. Yuri mengangguk mengiyakan. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari makan sambil menunggu Kagura dan Yabe.
Somay jadi pilihan makanan mereka. Rico dan Yuri duduk berhadapan sambil menikmati somay dengan taburan bumbu kacang dan es teh manis. Saat Tengah asik makan, tiba-tiba Yuri dikejutkan dengan kehadiran segerombola Pria yang berjalan santai melewati kedai somay tempatnya makan.
Pelaku utama yang dicari-cari akhirnya muncul, dan tebakan Yuri ternyata benar. Si pencopet dan para preman yang menyerangnya waktu itu, saling kenal dan tentu saja mereka berteman cukup dekat. Si pencopet memegang beberapa lembar uang, menghitung beberapa lembar uang tersebut. Sementara para preman yang lain, sibuk ngbrol dan bercanda, sambil melangkahkan kaki mereka mulai menjauhi kedai somay.
Para Preman yang dicari-cari sudah di depan mata, tapi kedua tangan Yuri masih menggengam erat garpu-nya berusaha menahan emosinya. Jika saja dia punya fisik dan tenaga yang powerful, dirinya tidak akan diam saja duduk.
Garpu di tangannya di tancapkan di meja,bangkit dari tempat duduknya, berteriak memanggil para preman tersebut. Lalu berjalan dengan langkah berani mendatangi para preman, mata tajam Yuri memandang satu persatu para preman. Pertama dia akan menyerang Tangan kotor si pencopet di patahkan langsung dalam sekali serangan, lalu teman-teman premannya langsung ketakutan, tunduk takluk memohon ampun dan minta maaf. Lalu Yabe datang, takjub melihat aksi berani Yuri.
“Yuri, lo benar-benar cewek pemberani, kuat dan… tipe gue banget!!” Yabe langsung merangkul erat pinggang Yuri, tatapan mesra Yabe, membuat Yuri meleleh.
“Yuri!! Yuri!!” suara Yabe berubah. Yuri kembali tersadar dari lamunannya, melihat Rico memanggilnya terus.
“Iii..iya, kenapa?” jawab Yuri masih cengo,setengah sadar.
“ Lo ngeces.. somay nya masih kurang?” Tanya Rico menunjuk air liur Yuri di dekat bibirnya yang masih berbekas.
Yuri langsung mengusap air liur nya. Baru tersadar Khayalan dan realitanya sungguh membuatnya jadi aneh di dunia kenyataan ini. Lagipula, Perempuan mana yang bisa sekuat itu mengahajar para preman tersebut?
Yuri kembali ke logika yang lebih nyata bukan fisik yang bisa dia pakai untuk membalas preman-preman tersebut, tapi otak untuk berpikir, dan sepertinya otak Rico bisa berpikir lebih cepat dan tepat dibanding dengannya
Yuri menepuk bahu Rico yang masih lahap memakan somay nya,“Ric, gue ketemu sama si pencopet dan teman-teman premannya.” Kata Yuri bersuara kecil ,berjaga-jaga tidak jadi perhatiaan orang-orang.
Rico yang masih mengunyah somay nya, mulut nya ternganga dengan sisa somay masih di dalam. Ditengoknya ke kanan dan kiri, mencari posisi pencopet tersebut. Posisi duduk Rico yang membelakangi letak si pencopet, tidak akan terjangkau jarak pandang Rico. Yuri langsung mengarahkan kepala Rico tepat di posisi mereka saat ini yang berjalan dengan langkah lambat melewati kedai Somay.
“Mereka mau pergi tuh. Kita ikutin yuk. Dari pada ngilang lagi.” Ajak Yuri bersemangat, dan bersiap bangun dari bangku plastik kecil.
Sedangkan Rico yang masih menempel pantatnya di bangkunya, masih berpikir-pikir ulang kalau harus mengikuti mereka, hanya berdua saja dengan Yuri. “Yuri.. Mereka itu berbahaya. Jangan asal diikutin gitu.” Rico berusaha meyakinkan Yuri.
“Iya gue tahu. Tapi pas liat muka itu pencopet sama preman-preman itu, jadi kabawa kesel banget gue. Ditipu arah toilet, terus hampir diapa-apain sama Teman-teman brengseknya. Kagura juga ada urusan sama mereka juga kan?!” Suara Yuri makin meninggi , sampai Lupa dirinya harus mengontrol volume suaranya di tengah perhatiaan banyak orang. “Kalau enggak sekarang ketemunya, nanti bakal susah lagi ketemunya.” Suara Yuri mulai merendah setelah menyadari orang-orang melihat kearah mereka.
Omongan Yuri memang benar, tapi resiko nya terlalu besar, raut muka Rico masih berpikir keras.
“Apa ada ide lain?” Tanya Yuri mulai lebih tenang, dirinya jadi ragu sendiri karena mungkin pendapat orang pintar seperti Rico bisa punya ide lebih bagus, daripada tindakan yang beresiko.
“Kita pikirin nanti, Ayo ikutin aja.” Akhirnya Rico menyerah, mengikuti Yuri, diam-diam mengikut si pencopet dan teman-temannya.
Mereka berjalan pelan-pelan dengan menjaga jarak aman, membelakangi para preman tersebut. Sampailah mereka ketempat peristirahatan Para Preman tersebut, Tempat yang sama pertemuan Yuri dengan para preman tersebut dan juga dengan si penolongnya. Para preman bersantai duduk, sambil merokok, main hp, dan si pencopet dengan aktivitas utamanya, menghitung uang, entah dari mana asal usulnya. Rico dan Yuri pun masih memantau situasi.
Rico memberitahu posisi mereka yang sudah mendapatkan dimana target mereka di group chat mereka. Setelah itu dia mematikan handphone, pikirnya jika suara handphonenya berbunyi tiba-tiba, akan mengacaukan semuanya. Tidak mungkin harus menghadapi mereka dengan fisik lemahnya, dan kemampuan yang sangat minim nya dalam bela diri, dan lagi ia cuma ditemani seorang perempuan, tentu akan habis lah sudah mereka berdua. Satu-satu harapan mereka adalah menunggu teman-temannya segera datang, sebelum...
Tring... Triingg..
Suara ringtone handphone berdering keras.
Rico kepanikan, mengecek kembali handphonenya yang masih tetap mati?! Dengan polosnya cewek disebelahnya mengangkat panggilan masuk dari handphone-nya
“Halo.. gue udah ketemu sama mereka."Jawab Yuri dengan suara pelan menjawab panggilan masuk, "Lo kapan kesini? Cepatan keburu....” suara nya berhenti menjawab ketika melihat raut muka Rico gemetaran ketakutan. Mata Rico menunjuk sesuatu di belakang Yuri.
Yuri menengok perlahan kebelakangnya, jantung Yuri berdegup dengan kencang apalagi ekpresi ketakutan Rico makin membuatnya makin tidak tenang. Para Preman itu menemukan mereka. Tatapan menakutkan mereka melihat Yuri menciut, membungkukkan badannya.
***
Yuri dan Rico berdua berdiri tegap, tidak bisa bergeming sedikit pun dikeliling Para preman. Mereka berdua berjalan tanpa perlawanan mengikuti para preman ke tempat peristirahatannya. Kalau harus menghadapi cewek-cewek, Yuri masih bisa berani melawannya, tapi tidak dengan segerombolan preman yang jauh lebih kuat dan menakutkan.
Sedangkan Rico sendiri, memang sudah bisa memperhitungkan batas kemampuan sebagai lelaki dengan fisik lemahnya, kekerasaan memang bukan gayanya, jadi lebih baik menyerah. Perlawanan kedua orang ini tidak akan berarti apa-apa, jadi lebih baik meyerah dan mengikuti mereka.
Salah satu preman bertatto tengkorak di lengan mulai berbicara,
“Lo itu cewek yang waktu itu kita godain terus ditolong sama pangeran lo itu kan?!”
“Paa.. Pangeran apaan sih?! Enggak jelas!” dahi Yuri mengerut binggung dengan nada jutek nya.
Tiba-tiba tangan besar salah satu dari mereka memegang dagu kecil Yuri, si pencopet, mengcekam dagu Yuri dengan kasarnya.
“Belagu nih cewek. Ini cewek yang pernah gue kasih sama lo pada kan?” Si pencopet menatap muka Yuri seakan seperti melihat sebuah barang yang tidak berguna.
Yuri masih berusaha menahan tatapan hinaan padanya. Tapi lama kelamaan si pencopet itu makin menjadi merendahkan Yuri.
“Kemarin lo pada enggak bisa nyobain yang satu ini karena pangerannya datang ya? Tapi sekarang dia Cuma ditemanin sama Adik Pangerannya yang enggak guna sama kayak ini cewek.” Ejek Si pencopet, disambut riuh ketawa teman-temannya.
Rico tetap diam, menundukkan kepalanya. Yuri menengok Rico sebentar, berharap cowok di sampingnya ini bisa membelanya ataa apapun pembelaan yang ia lakukan, sangat Yuri harapkan dari Rico. Namun Rico tetap diam tidak berkutik sedikit-pun.
Sikap kalem dan diam Rico justru tidak menghindarkan dirinya dari serangan para preman, jadi perhatiaan bahan ledekan oleh para preman tersebut. Dua orang preman lainnya mengelilingnya dan meledek Rico lemah, pengecut sampai mengehina fisik proposi badan kurus Rico. Yuri sudah tidak tahan lagi harus melihat dirinya dihina bersama Rico seenaknya oleh orang-orang seperti ini.
Ketika Si pencopet ikut asik tertawa meledek mereka berdua, Tiba-tiba saja cairan basah menempel di pipi kirinya. Yuri melakukan aksi terberaninya atau bisa dibilang terlalu berani, sampai tidak memikirkan resiko balasan yang ia terima. Tapi Yuri tidak peduli, meludahi pipi kiri si pencopet adalah keputusannya dalam mengekspresikan amarahnya.
Semua orang di tempat terkejut dengan aksi berani gadis tersebut. Bahkan Rico juga ikut terkejut dengan perlawanan gila Yuri. Rico memang tahu teman barunya ini pemberani, tapi dia juga baru sangat tahu , Yuri bisa berbuat nekat, tanpa pikir panjang.
Si pencopet mengusap pipi nya yang basah, melihat jejak cairan ludah Yuri ditangannya. Amarah nya meluap-luap, menatap tajam cewek aneh ini bisa-bisanya bertingkah kurang ajar, Entah dia bodoh, nekat atau sok berani sampai tidak tahu posisi dia saat ini seharusnya tidak perlu banyak tingkah. Benar-benar mencari masalah.
“Lo benar-benar cari masalah ya?!!” kata si Pencopet geram sambil mengapus bekas ludah Yuri berulang kali di pipinya.
Yuri Cuma terdiam, menekan mulutnya rapat-rapat tapi matanya tidak beranjak menatap tajam, tidak merasa bersalah atas perbuatannya pada si pencopet. Si pencopet makin kesal lagi dengan sikap Yuri. Si Pencopet yang sudah naik pitam tidak bisa menahannya lagi, mengangkat tangan kanannya melayang ke udara, bergerak cepat segera mendaratkan tangan besarnya ke pipi Yuri.
Yuri yang sudah tau resiko yang ia hadapi dan menerimanya, ia segera menutup matanya ketika melihat si pencopet melayangkan tangannya dan akan memukulnya keras. Sudah berlalu beberapa detik, tapi Yuri belum merasakan panas memerah di pipinya.
Pukulan keras itu tidak terjadi, cewek tersebut binggung kenapa dirinya baik-baik saja. Yuri mencoba membuka matanya perlahan, dan lagi-lagi Dia datang menolongnya.
***
Mata Yuri masih terus menatap Laki-laki yang menahan tangan Si pencopet dengan kuatnya hanya dengan satu tangannya. Entah ini takdir atau cobaan baginya jika ia benar-benar bisa jatuh cinta pada cowok Playboy ini,Yabe.
Si pencopet tidak menyadari kehadiran Yabe yang sudah ada dibelakannya, dengan gerakan cepatnya sudah menangkap tangan kanannya yang akan segera menyakiti Yuri.
“Yaa.. Yabe?!” Yuri tidak bisa menahan senyumannya, begitu bahagia dan tenangnya melihat Yabe menolongnya.
“Hai..Yuri. Gue datang di timing yang tepat lagi kan?” Tanya Yabe tersenyuman manis menggodanya, mengerlingkan matanya.
“I..iya.. Makasih ya.” Ucap Yuri tersenyum malu-malu.
Yabe menarik kedua tangan si pencopet melingkari belakang punggungnya, ditariknya kencang, membuat si pencopet teriak kesakitan karena kedua tanganya dikunci dengan mudahnya oleh Yabe. Si pencopet berteriak meminta teman-temannya cepat menolongnya. Tapi anehnya teman-temannya tidak bergeming tidak bergerak sedikit pun.
Mereka ketakutan terhadap sesuatu, melangkah mundur,tapi sumber ketakutan mereka bukan pada sosok Yabe melainkan sosok yang berada di belakang Yabe. Raut muka Rico begitu bahagianya melihat orang tersebut.
“Kalian bisa menemukan kita dengan cepat” Rico tersenyum lebar melihat Pria penolong Yuri di pasar malam datang lagi.
Para preman yang pernah dihajarnya seorang diri, tertunduk melihat Pria tersebut. Saat semuanya begitu terkejut menatap kehardiran Pria tersebut, Yuri masih tidak menyadair kehadirannya, mata nya masih tertuju pada Yabe. Laki-laki penolong Yuri cemberut kecewa tidak mendapat perhatiaan Yuri, dan ia tahu penyebabnya, Yabe.
“YABE!!” Teriak Laki-laki tersebut.
Suara teriakan membuat Yuri membuka matanya lebar kembali menyadarkannya, dan baru menyadari pria penolongnya datang lagi. “Eeeh?! Kamu cowok yang kemarin ya?” Tanya Yuri memastikan melihat lebih dekat pria tersebut.
Laki-laki tersebut memegang kedua bahu Yuri, jarak kedua kepala mereka dekat “Iya. Kita bicara nanti, sekarang masalah Tas nya.” Jawab nya cepat.
Pandangannya kini jadi sangat dingin menatap tajam Si pencopet yang kini tidak berdaya ditahan Yabe. Dia mengeluarkan hp nya, dan menunjukkan foto Tas dompet hitam. “ Dimana Tas ini? Yang gue butuhin barang-barang di dalam tas ini. Dimana?!” Suara nya makin meninggi berusaha menahan emosinya kepada si pencopet.
“Gue enggak TAU!! LEPASIN GUE SEKARANG!!” Si Pencopet melakukan perlawanan berusaha melepaskan diri, tapi genggaman Yabe tidak bisa dilepasnya.
Teman-temannya juga tetap tidak bergeming ditempat, memori teringat betapa mengerikannya orang tersebut.
“Oke.. Gue bantuin lo inget.”
“Bantuin? Maksudnya?”
Tiba-tiba Laki-laki penolong Yuri menggepalkan tangannya menyambar cepat pipi kiri Si Pencopet. Ujung Bibir si pencopet mengeluarkan sedikit darah. Kepalanya masih membelok kearah pukulan tersebut. Yabe yang melihat langsung secara dekat pukulan keras tersebut, Tahu persis pukulan kemarahan Laki-laki tersebut tidak main-main.
“Nyerah aja. Dia akan lebih kasar mukulin lo daripada teman-teman lo kemarin.” Saran Yabe sambil melirik Teman-teman premannya yang masih diam tidak berkutik, hanya menyaksikan saja.
“Masih belom inget ya? Gue bantu lagi buka memori di kepala lo!!” Tatapan menakutkan Laki-laki penolong Yuri, disambut lagi satu pukulan lagi di pipi kanannya.
Si pencopet masih diam tidak berkata apa-apa, masih berusaha menahan kesakitannya.
Makin kesal dengan kegigihan di pencopet, Bersiap ingin memukulnya lagi, tapi suara salah seorang preman menghentikannya.
“Tunggu!! Gue tau dimana tasnya!” teriak salah seorang preman, muka nya terlihat sangat khwatir menatap si pencopet.
“Dee,jangan!! kalau lo kasih tau, markas kita dan boss..”
“Gue enggak peduli, Bang. Gue capek. Gue enggak mau lagi liat lo sakit dan ancur.” Ucap si adik pencopet dengan mata yang mulai berkaca-kaca melihat kakaknya.
Si pencopet tidak membalasnya, hanya diam tertunduk.
“ Gue enggak gampang percaya sama orang, dan acting drama kalian barusan juga. Buktiin bawa tasnya sekarang!” Ucap Laki-Laki tersebut geram, mengecengkam erat dagu si pencopet.
“Gue bawa sekarang juga. 20 menit paling lama gue sampai kesini!” kata si adik pencopet memohon, dan bersiap sudah bersiap ingin berlari mengambil tas yang dicari.
“Gue bilang gue enggak percaya...”
“Gue yang akan nemenin dia buat ambil tasnya.” Suara lain yang tidak asing. Kehadiran lelaki yang tidak disangka-sangka datang.
***
prince story never die hehe, penulisannya oke punya dan deskripsinya mantap... udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Prolog