Gue bukan orang yang punya pikiran buat mengubah prilaku seseorang, bukan karena gue gak perduli hanya saja gue berpikir kalau gue belum berada ditahap itu. Seseorang bahkan secara langsung sering bilang kalau gue tipikal anak yang gak perdulian sama sekitar, katanya gue seringkali lebih mantengin handphone daripada orang-orang lain yang ada didekat gue.
Jawabannya simple gue hanya gak mau kalau gue mendengar sesuatu yang gak mau gue denger, lebih baik buat pura-pura tidak tahu supaya gue gak merasa putus asa atau bahkan membenci mereka dalam diam setidaknya gue sudah menahan diri sendiri buat tidak melakukan hal buruk. Satu hal lagi, gue cuma gak mau buat pura-pura perduli padahal aslinya cuma kerena kepo, seseorang terkadang tidak sadar kalau mereka melakukan hal itu bukan murni karena ingin membantu tetapi yah seperti yang gue bilang tadi, mereka hanya pensaran. Setelah rasa penasaran itu sudah hilang, selanjutnya apa? Gue bakalan tetap tertinggal sendiri.
Tapi untungnya ada beberapa orang yang bisa menerima gue yang seperti ini, salah satunya Jivan. Dia orang yang masih bertahan dengan gue yang kadang kala suka berbuat rusuh, menyusahkan bahkan bertindak gila di luar batasan orang normal mungkin itu karena kami sama-sama unik.
Seperti saat ini gue sekarang sedang cekikikan sendiri setelah tadi habis menelpon Jivan, malam ini gue lagi-lagi mengacaukan hidupnya dengan merepotkan Jivan buat mengantarkan seporsi ayam kremes buatannya. Bicara soal ayam, seharusnya anak itu sudah sampai di rumah gue sekarang.
Tingtong.
Panjang umur. Baru juga gue bilang udah datang aja, dengan langkah lebar gue membukakan pintu untuknya.
"Pesennanya bu, seporsi ayam kremes dengan dua porsi nasi total semua 50 ribu."
Gue langsung mengambil plastik yang dia sodorkan kemudian hendak menutup pintu kembali sebelum kallimat umpatan keluar.
"Usir aja terus, anjay!"
Menggunakan mata yang menyipit gue memandangnya dari atas sampai bawah, pakaian rumahan yang sekarang melekat di tubuhnya gue menimang-menimang dalam pikiran kemudian memutuskan untuk mempersilahkan delevery ini masuk.
"Ayo masuk, minta aja uangnya sama mama gue. Mau makan dulu gue, udah sono lu." Gue sudah melangkahkan kaki ke meja makan kemudian mulai melahap ayamnya sebelum sentilan manja mendarat di kening gue.
Plak.
"Aw.." Gue mengaduh kemudian mengusap dahi "Apaan sih lo-, eh mama makan ma."
"Makan lagi? Katanya takut gemuk tapi kok ini makan terus?"
Gue tersenyum kikuk "Liat nasi Na laper lagi ma, lagian untuk malem ini aja kok."
Nyokap gue kembali mengomel dengan kalimat dakwahnya "Alesan itu mulu yang dipake, dasar gak kreatif."
Jivan kemudian datang dan menyela ucapan nyokap.
"Tante, jadi bayarannya gimana? Makanan yang Ilo makan gak gratis lho."
Dasar Jigong! Tidak tahu situasi banget sih udah tau gue lagi di omelin nih anak malah nyari mati dengan minta bayaran. Diiket di pohon toge sama nyokap baru tahu rasa lo!
"Bisa dicicil gak nih? Tante aja dulu kalo dibawain makanan sama om pas jaman pacaran gak pernah tuh minta di bayar. Pelit banget sih kamu."
"Sayangnya Jivan bukan om tante, lagian Ilo bukan pacar saya jadi gak ada tanggung jawab buat memberi dia makan kecuali nanti tante restuin saya jadi mantu."
Semprul! Gue sampe kesedak tau gak denger omongan tuh bocah, aji gile bener!
"Udah-udah nanti Na yang bayar ma. Malu-maluin aja masa nyicil langsung bayar kontan dong tapi tahun depan ya, Jigong!"
Jivan memasang wajah masam, membuat nyokap dan gue tertawa. Lagian tuh anak bego amat ya, mana mungkinlah gue mau bayar makannya, kalo mau bayar mah mending langsung delevery aja ini gue emang sengaja mau gratisan. Muhehe.
Nyokap akhirnya gak tega sama Jivan alhasil makanannya dibayarin deh, setelah mendapatkan uangnya Jivan terseyum sumringah bahkan dengan sok baiknya dia menemani gue makan.
"Jigong kenapa lo gak coba buat bisnis ayam kremes aja, ntar gue yang jadi brandambasornya. Gimana?"
"Ogah! Gak pernah untung yang ada gue, secara semua ayamnya lo yang makan."
Gue terkikik mendengarnya, lagian salah siapa ayam kremesnya enak berasa nampol banget dilidah.
"Ish, gue cariin deh brand yang bagus buat lo."
"Apaan emang namanya?"
"JFC, Jivan fried chicken. Bagus 'kan?" Jivan tergelak.
"Bener kata nyokap lo, dasar gak kreatif!"
Gue mendengus sebal kemudian memilih sibuk kembali dengan nasi dan ayam yang belum masuk giliran untuk gue makan.
"Pelan-pelan makannya Ilo, minum dulu nih," Jivan menyodorkan segelas air putih yang gue terima dengan senang hati. "Sini gue suirin ayamnya, biar gak susah."
Saat ini gue cuma bisa melihatnya yang sedang serius menyuir ayam kremes, sisi lain dia yang kadang buat gue jadi senyum-senyum sendiri ini salah satu contohnya. Jivan bukan cowok romantis yang berhasil bikin baper lewat kalimat-kalimat puitis, bukan cowok yang mau bayarin makanan buat cewek kalo lagi jalan-jalan, bukan juga cowok yang selalu memperlakuan cewek seperti tuan putri, Jivan adalah Jivan. Cowok tengil yang doyan nyengir, nyebelin, pelit, rese, abnormal, gak keduga dan lucu itulah yang justru membuat gue seorang Ilona Pramesta jatuh cinta untuk keberkian kalinya.
"Heh! Gue belum nyuci tangan lagi, mana tadi abis ngupil." Gue memasang wajah jijik kemudian mendorong tubuhnya menjauh.
"Dasar Jigong! Makanan gue terkontaminasi ya Allah."
Jivan tertawa kencang, menertawakan kebodohan gue yang dengan polosnya mempercayakan ucapannya karena setelah itu dia mengaku bahwa itu semua hanya candaannya saja.
"Nyebelin!"
Jivan memeletkan lidahnya. "Biarin, wek."
Gue memakan ayam dan nasi secara brutal, membuat Jivan tambah tertawa kencang.
"Kayak babi tau gak sih lo!"
"Wadaw, udah berani ngomong kasar ya. Panggil mama dedeh nih biar lo tobat."
"Bodo amat! Dasar babi lo!"
"Semerdeka lo aja, Ilo. Lagian salahnya babi apa sih?"
Gue tertawa kemudian disusul olehnya, kami menertawakan hal paling absurd dimuka Bumi yaitu masalah babi yang disangkut pautkan saat seseorang tersulut emosi. Padahal babi dan keluarganya gak salah apa-apa, dasar manusia suka seenaknya sendiri, huh!
Masih banyak typo dan campur aduk gaya bahasa. Mampir bentar doang, semoga bisa dirapiin lagi yah.
Comment on chapter Memori Masa Lalu