Callista senang bisa memulai kembali kegiatan perkuliahannya setelah menjalani libur akhir semester pertama sebagai mahasiswa Jurusan Kimia. Setelah menyerahkan hardcopy KRS (Kartu Rencana Studi) di bagian akademik, gadis itu melangkah mengitari kampus yang belum cukup ramai oleh mahasiswa. Kampus yang terbilang luas itu belum sempat Callista jelajahi seluruhnya sebab biasanya dia hanya berjalan di area fakultasnya saja.
Karena sudah berjalan cukup jauh, dia berhenti dan duduk di salah satu kursi panjang yang tersedia. Ia mengayun-ayunkan kakinya sambil menatap pepohonan yang cukup rindang.
Drtt...Drtt....
"Halo?" Callista mengangkat panggilan masuk dari handphonenya.
"Lo dimana Ta?"
"Gue masih di kampus."
"Katanya mau ke kosan gue?"
Callista menepuk dahinya. "Setengah jam lagi gue kesana."
"Oke deh."
"See u..."
Setelah sambungan terputus. Gadis itu menyimpan kembali handphonenya. Dia beranjak, langkah kakinya membawa dia ke tempat dengan kolam dan beberapa kursi panjang.Seseorang berambut sebahu sedang duduk disana membelakanginya dengan memegang gitar. Tak lama suara petikan gitar terdengar, Callista tipe orang yang tidak terlalu tertarik dengan musik, dia hendak berbalik meninggalkan tempat itu namun angin bertiup cukup kencang dan secarik kertas yang entah datang darimana sekarang berada di atas sepatunya. Dia mengambil kertas itu dengan satu tangan, alis Callista bertaut melihat deretan huruf abstrak dan beberapa coretan di setiap barisnya.
"Boleh gue ambil kertas gue?"
Refleks Callista menatap ke sumber suara, pria dengan mata sendu menatapnya sambil menengadahkan tangan kanannya.
"Ah iya." Callista menyerahkan kertas itu kepada sang pemilik.
Pria itu tersenyum.
Callista mundur beberapa langkah kemudian berbalik.
"Tunggu!"
Callista menengok, pria itu berjalan menghampiri Callista.
"Gue boleh minta tolong?"
Callista terdiam sebentar, kemudian dia mengangguk.
"Tolong rekamin gue main gitar."
Callista menatap pria itu. "Dimana?"
Senyum pria itu merekah, "disana." Tunjuknya pada kursi dimana dia duduk sebelumnya.
Callista mengangguk.
Mereka berjalan ke tempat yang dimaksud. Pria itu duduk di kursi dan mengambil gitarnya, dia menatap kertas itu dan mulutnya melafal-lafal dengan cepat.
"Ini kameranya." Pria itu menyerahkan dan kamera kepada Callista.
Callista mencari posisi yang enak untuk mengambil videonya, sementara pria itu menyimpan selembar kertas itu di tas kecil kamera yang ia simpan di kursi.
Callista mengecek kameranya terlebih dahulu, setelah dirasa pas Callista menatap pria itu. "Udah siap?"
Pria itu mengangguk.
Callista memberi aba-aba, satu dua tiga.
"Halo. Nama saya Angga Demanisya dari Universitas Garuda Fakultas Seni dan Sastra jurusan Seni Musik tingkat satu semester dua. Saya akan menampilkan sebuah lagu berjudul Masa-masa kita." Angga tersenyum, kemudian dia mulai memetik senar gitarnya. Callista menatap Angga dari layar kamera, angin yang masih terus berhembus menerbangkan rambut Angga yang cukup panjang sampai sering kali wajahnya tertutup oleh rambutnya sendiri.
Callista menghentikan rekamannya saat Angga hendak masuk pada lirik lagu. Dia menatap Angga, pria itu juga menatapnya. Gadis itu menghampiri Angga dan menyerahkan kameranya. "Maaf, tapi rambut lo sedikit mengganggu."
Angga menerima kameranya dan memutar rekaman video yang berdurasi kurang dari satu menit itu.
"Nih." Callista menyerahkan kunciran rambutnya yang berwarna hitam.
Angga menerima kunciran itu dan menguncir rambutnya dengan sembarang. Kini wajah Angga yang tampan sangat jelas terlihat, Callista menelan ludahnya. dia seperti melihat dua orang berbeda dalam satu raga.
"Boleh minta tolong lagi?" Angga kembali menyerahkan kameranya.
Callista mengambil alih kamera dari tangan Angga dengan cepat. "Tentu, tadi salah gue ngeberhentiin lo rekaman."
~~~~~~~~~~~~~~~
Callista duduk di kursi depan Angga dan menyerahkan kameranya, walaupun tidak terlalu suka apalagi mengerti tentang musik Callista memberi dua jempol untuk suara dan suara gitar yang dibawakan Angga. Mereka melakukan take beberapa kali karena kesalahan-kesalahan kecil Angga yang lupa kunci gitar di beberapa bagian. Namun Callista tidak keberatan dengan itu.
"Thanks ya, lo udah bantu gue."
Callista mengangguk.
"Oh ya nama lo siapa? Gue Angga."
"Gue jCallista, Tata. Dari fakultas mipa."
Angga mengangguk panjang. "Pantas aja gue baru lihat lo disini. dari Fakultas lo kesini jauh loh, apa nunggu orang?"
"Iseng aja jalan-jalan."
Angga mengangguk.
"Lo mau ikut lomba dimana?" Tanya Callista.
"Oh ini cuma lomba terbuka kok."
"Sendirian?"
Angga tertawa sejenak, "Nggak mungkin dong. Nanti gue langsung menang kalo sendirian. Hahaha"
Callista ikut tertawa kikuk.
"Tapi, kalo dari sini mungkin iya sendiri. Teman-teman gue suka nggak terlalu peduli sama lomba-lomba terbuka kaya gini. Mereka lebih milih lomba-lomba yang tingkatannya bergengsi." Lanjutnya.
"Oh...." Callista mengangguk paham.
"Cari makan yuk?" Ajak Angga.
"Hm?" Callista menatap Angga.
"Gue yang bayar. Balas budi karena gue make waktu jalan-jalan lo buat bantu gue."
"Lain waktu aja ya, gue ada janji sekarang." Jawab Callista.
Angga mengangguk paham. "Oke."
"Gue pergi dulu ya." Callista berdiri, dia membenarkan bajunya.
"Sukses buat lombanya," Ucap Callista kemudian pergi meninggalkan Angga yang masih duduk sambil memperhatian Callista yang mulai menjauh dari tempatnya.