Gadis mungil berjaket merah itu terlihat resah. Dia berlari tanpa arah yang jelas dengan kepala yang ditutupi oleh tudung jaket. Dia terus berlari hingga tak sadar bahwa dirinya sudah bermandikan keringat. Seharusnya, pukul 18.00 WIB tadi ia sudah sampai Masjid Agung dekat Alun-alun. Namun, sekarang sudah menunjukan pukul 20.00 WIB. belum lagi bukannya berada di Masjid Agung justru ia berada di gang sempit, sepi, dan gelap. Akhirnya ia berhenti dan bersembunyi diantara 2 tong sampah. “Huft... huft... huft...” Perlahan ia mulai menghela nafas. Terlihat dibawah cahaya rembulan terdapat sesosok siluet dengan tubuh yang tambun mulai mendekat kearahnya. Gadis mungil itu mulai meredamkan suara helaan nafasnya yang terengah-engah. Sosok yang tambun itu mengecek ke setiap sudut gang dengan detil. Pola gerakannya sudah terlihat, gadis mungil itu tahu bahwa sebentar lagi ia akan dihampiri oleh pemilik siluet itu. Sang sosok siluet itu mendekat, gadis itu bangun dan lari sekuat tenaga. Sayangnya tenaga gadis kecil yang berumur 10 tahun tidak akan bisa melampaui tenaga orang dewasa. Tudung jaketnya ditarik hingga gadis itu terpeleset. Gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa selain memaparkan wajahnya yang ketakutan. “Tidakkk!!!!” teriak gadis kecil itu.
@Yell menurut saya sebagai pembaca webtoon sih, prolog itu cuman ngeliatin sekilas doang dan gak mesti sebagai urutan pertama dalam kronologis.
Comment on chapter Prolog