KETENANGAN HATI
Jakarta 2018
Aku menghirup udara pagi yang menyegarkan hati dan jiwaku. Moodku pagi ini sangat baik sekali karena aku telah menyelesaikan revisi novelku yang sempat tertunda. Akhirnya, nanti malam aku dapat tidur nyenyak. Aku memasuki kantor yang masih sepi karyawannya itu. Aku memang selalu pergi pagi – pagi sekali supaya aku dianggap sekretaris yang rajin. Aku berjalan menuju kubikelku merapikan benda – benda yang berserakan di sana. Ku lirik jam tanganku, jam masih menunjukkan pukul 7 pagi. Kulirik meja lelaki itu yang sekarang merupakan bosku disini. Mana mungkin dia sudah datang inii masih jam 7 pikirku. Aku pun kembali merapikan meja ku agar terlihat rapi.
“Selamat pagi mbak” ujar seorang wanita dengan tubuh mungil yang kuperkirakan pasti umurnya masih muda.
“Pagi juga Ratna” balasku tak kalah ramah.
“Mbak, pagi bener ke kantor ?” katanya sambil merapikan kubikel miliknya.
“Iya nih. Biar bisa nyambut si bos yang ganteng hihi” Candaku.
“Mbakk suka sama si bos juga?”
“Ihh gaklah mbak bercanda kok. Emang disini banyak yang suka sama bos ya ?” tanyaku penasaran.
“Duh semua malah suka mbak. Kalo bos lewat sama pak Dinar semua pada focus ke mereka aja”
“Berarti kamu suka juga dong sama bos kita?” Pancingku.
“Astaga, gak dong mbak. Aku dah punya suami yang lebih ganteng dari bos” Candanya. Aku terkejut mendengar bahwa Ratna yang masih sangat muda ini sudah menikah.
“Serius kamu sudah menikah?” dia menganggukkan kepalanya menandakan iya
“Astaga, kamu masih muda banget loh” kataku.
“Yah mau gimana lagi mbak. Jodohnya uda datang”. Saat ini membalas perkataan Ratna kulihat Arash sudah memasuki ruangannya tanpa menyapaku terlebih dahulu. Bukanya gimana sih biasanya dia selalu menggodaku terlebih dahulu.
“Mbak mau keruangan bos dulu ya Rat” pamitku. Aku pun berjalan keruangan Arash dengan langkah yang ragu – ragu. Kuketuk pintu itu dan ku buka saat suara dari dalam memerintahkanku untuk masuk.
“Selamat pagi pak” sapaku dengan sopan.
“Pagi” dia menjawab dengan cuek.
“Baiklah, saya akan membacakan jadwal anda hari ini”
“Tidak perlu saya sudah baca tadi”
“Baiklah, kalau begitu ada yang masih bapak butuhkan?”
“Sarapan. Saya mau sarapan bersama kamu” dia bangkit dari bangku kebesarannya dan menarik tangan ku untuk mengikuti langkahnya. Untung saja belum banyak karyawan yang datang sehingga tak melihat tanganku yang digenggam olehnya. Dia menarikku masuk kedalam lift dan akuu segera melepaskan genggaman itu.
“Pak, saya ini sekretaris bapak. Tidak seharusnya bapak memperlakukan saya seperti itu” dia mendekatiku aku mundur selangkah tetapi dia menarikku kembali. Lalu tiba – tiba saja kepalanya sudah bersandar di bahuku dia memelukku dengan erat. Kupu –kupu dalam perutku sudah beterbangan entah kemana. Jantung ku berdegup cepat aku tak membalas pelukan itu. Aku hanya diam saja.
“Tadi malam saya tidak bisa tidur. Saya terus memikirkan kamu ra. 5 tahun tidak bertemu membuat saya sungguh merindukan kamu” ucapnya pelan.
“Rash, ini tidak benar” ku dorong badannya agar menjauh dariku.”Jangan perlakukan aku seperti ini kumohon. Aku sudah bersusah payah untuk melupakan segalanya diantara kita. Jangan buat aku terus berharap padamu lagi.” Dia menatapku dengan tatapan yang sangat sulit untuk ku artikan.
“Kau benar kita sudah selesai sejak 5 tahun lalu saat kamu lebih memilih meninggalkan ku” ucapnya dengan tajam. Ketika bunyi lift berdenting dia segera keluar meninggalkan aku yang masih terdiam membeku. Aku pun berjalan keluar dari lift dan keluar dari kantor duduk di taman mencoba untuk menenangkan pikiranku sejenak. Aku mengeluarkan ponselku dan mencari nama seseorang yang beberapa hari ini tak datang mengganggu ku. Bunyi disebrang sana menandakan bahwa sambungan ini tersambung.
“Halooo” Suaranya serak pertanda sang empu masih dalam dunia mimpi.
“Bangun loo.”
“Kenapa nelpon pagi – pagi. Ganggu aja ih.”’
“Gue kangen sama lo. Kok beberapa hari ini gak kerumah sih.”ucapku dengan kesal.
“Males gue. Lo kan da kerja ngapain jug ague kesana.”
“Malam bisa kan Garaku. Kayak bumi ini hanya punya siang aja deh.”
“Emang lo gak sibuk?”
“Gak khusus buat lo nanti malam gue free”
“Gimana kerjaan lo?”
“Ya gitu deh” jawab ku singkat.
“Gitu gimana? Waittt kok lo pagi – pagi bisa nelpon emang kerjaan lo gak ada apa”
“Ya adalah”
“Ooo gue tau pasti itu bocah gangguin lo kan ?” aku diam tak mengiyakan yang dikatakan oleh Gara. Aku menghembuskan nafasku dengan kasar.
“Gue harus gimana lagi ya Gar. Gue udah berusaha untuk melupakan semua yang terjadi eh tiba – tiba dia datang ke gue dan memperlakukan gue seperti dulu lagi”
“Brengsek sih tu cowok lo. Dia memang salah tapi gue rasa dia sedang ingin membangun rasa itu lagi deh sama lo”
“Masa sih” ucapku dengan semangat.
“Gak usah semangat gitu kan gue cuman nebak.” Aku mengerucutkan bibir ku seketika.
“Yaudah deh nanti malam ke rumah ya. Gue kerja dulu. Bye Garaa” aku pun memutuskan sambungan telepon ku da kembali memasuki kantorku.
Kulirik jam yang ada di depanku sudah waktunya makan siang. Aku bosan sedari selama aku tak mendapatkan pekerjaan sedikit pun. Aku sebenarnya ingin bertanya ke Arash tapi aku takut. Arash seketika memasang wajah datar ketika melihat ku dan aku tidak mempunyai keberanian untuk menatapnya apalagi berbicara kepadanya. Aku pun memutuskan untuk pergi ke café depan kantor sendirian tadinya mau ngajak Ratna tetapi dia sudah di jemput suaminya. Sesampai di café aku segera memesan makanan. Kulihat sekelilingku dari kejauhan dapat ku lihat Kak Dinar yang berjalan dan tersenyum kepadaku.
“Tumben sendirian?” tanyanya.
“Memang biasanya sendirian” jawabku dengan cuek.
“Berantam sama Arash? lagi?”
“Gak kok kak”
“Lalu? Kenapa wajah kelihatan bete gitu” tanyanya sambil melihat dan meneliti wajah ku.
“Aku bosan kak. Aku sekretaris dia tapi aku gak di kasih kerjaan apa – apa. Ya, memang kemampuan aku di bidang ini itu kecil banget tapi ya pastinya aku pengen dong tau mengenai kasus – kasus yang dia urus itu” Kak dinar terkekeh mendengar ceritaku.
“Dasar Arash dia terlalu berlebihan. Yaudah, nanti kamu ikut kakak aja.”
“Kemana?”
“Ke kantor polisi mau ketemu sama tersangkanya. Kakak lagi dapat kasus percobaan pembuhan anak SMA”
“Oke nanti aku ikut ya” pesanan ku dan kak Dinar pun datang. Kami segera memakannya dengan lahap. Setelah selesai makan kami kembali ke kantor sambil bercanda – canda. Kak Dinar memang baik sekali. Dia selalu membantuku dan menasehatiku untuk bersabar menghadapi Arash.
“Aku kembali ke ruangan dulu ya kak.”
“Oke semangat ya ra” katanya yang ku jawab dengan anggukan.
Ketika hendak mendaratkan bokongku di kursi kerjaku tiba tiba aku merasakan ada aura yang berbeda. Aku merasa ada yang sedari tadi memperhatikan aku tapi tah siapa. Aku melongokkan kepala ku kearah ruangan Arash tapi aku melihat dia takada di ruangannya. Aku pun menghembuskan nafassku dengan kasar.
"Kenapa kamu merhatikan ruangan saya dari tadi?” aku terjatuh dari kursi karena kaget mendengar suara Arash yang berada di sampingku. Ternyata dia sedari tadi di samping dan dengan bodohnya aku malah tak sadar akan kehadiran nya.
“Astaga rash. Kamu buat aku kaget tau” dumelku.
“Saya hanya heran karena kamu terus merhatikan ruangan saya”
“Ekhemm” sebelum aku menjawab pertanyaan Arash. Seorang penyelamatku telah datang. Aku menghembuskan nafasku dengan lega.
“Kamu ngapain kesini?” Tanya Arash ke Kak Dinar.
“Saya mau membawa sekretaris kesayangan bapak Arash” Kata Kak Dinar sambil mengedipkan matanya kepadaku. Aku hanya terkekeh melihat tingkah kak Dinar. Arash malah menatap tajam kak Dinar tanpa sebab.
“Gak boleh” kata nya singkat.
“Kamu ini apaan sih. Aku mau ikut sama kak Dinar”
“Saya bos kamu. Kok kamu yang ngatur saya”
“Saya sekretaris kamu tapi gak ada kerjaan. Kamu niat gak sih kasih saya kerjaan Bapak Arash yang terhormat” desis ku . kak Dinar hanya dapat tertawa melihat kami berdebat.
“Pokoknya enggak boleh pergi”
“Udah ayo ra kita pergi. Gak usah dengerin bos norak kamu itu.” Aku pun langsung mengapit lengan kak Dinar . Arash yang melihat tingkah ku langsung melotot kan matanya kepada kak Dinar. Kak Dinar hanya mengendikkan bahunya pertanda dia tidak takut dengan Arash.
“Aku ikut dengan kalian” Aku dan Kak Dinar langsung terkejut mendengarnya. Dia langsung masuk kedalam mobil kak Dinar dengan santainya.
“Kenapa lo masuk ke mobil gue?” kata Dinar ketika kami sudah masuk ke dalam mobil kak Dinar.
“Terserah gue lah”
“Jangan cemburu kali Rash” kata kak Dinar dengan suara yang sedang menahan tawa. Aku dan Arash dalam menahan malu mendengar ucapan kak Dinar.
“Jangan macam – macam nar” Peringat Arash.
“Okee bos”
Selama perjalanan kami hanya diam. Aku hanya memandang jalanan yang sangat ramai. Sesekali kak Dinar dan Arash membahas pekerjaan mereka tanpa berniat mengikut serta kan aku dalam pembicaraan mereka. Akhirnya, kami sampai di kantor polisi. Aku segera turun dan mengikuti langkah kak Dinar dan Arash yang memasuki kantor tersebut.
“Kamu tunggu di luar aja”
“No, aku mau ikut masuk.
“Biar aku sama Dinar aja yang urus.”
“Biarin dia ikut lah Rash. Aku tadi ngajak dia kemari supaya dia dapat ilmu”
“Otaknya Ara itu gak akan bisa ngerti sama hal kayak gini Nar.”
“Maksud kamu, aku ini bodoh gitu?” kutatap dia dengan tajam.
“Jadi, kamu merasa pintar?” dia menatapku dengan remeh dan senyum yang mengejek. Aku diam mendengar perkataannya kepadaku.
“Rash, udahlah jangan pandang dia begitu” kata kak Dinar kepadanya. Seketika moodku untuk bekerja sudah hilang. Rasanya untuk saat ini aku ingin menghindari mahluk satu itu.
“Ara gak ikut deh kak.” Ungkapku dengan segera.
“Loh, kena…” Belum siap menyelesaikan perkataannya. Mahluk di samping mereka sudah menjawabnya.
“Bagus deh. Kamu di kantor aja.” Dia langsung pergi ke ruangannya untuk mempersiapkan segala berkas yang dibutuhkan disana nantinya. Aku hanya dapat mendengus melihat kelakuannya kepadaku. Aku langsung beranjak pergi ke rooftop untuk menenangkan pikiranku. Aku meninggalkan kak Dinar yang masih heran melihat tingkah kami berdua. Kak Dinar hanya menggelengkan kepalanya lalu pergi kr Kantor Polisi dengan segera
Penulisan kata ku disambung dengan kata yang mendahuli, atau kata di belakangnya. Salam.
Comment on chapter Prolog