DIA
Jakarta 2018
Malam ini adalah malam yang terburuk bagi Arash. Dia tak menyangka dapat bertemu dengan Ara kembali. Ara tak banyak berubah, masih sama dengan Ara yang di kenal nya dulu. Wajah yang masih tetap cantik dengan pipi nya yang gembul, mata nya masih sama selalu menatap nya dengan teduh, bibir nya yang tebal masih selalu diingat Arash. Tapi yang tidak habis pikir kenapa Ara masih saja menyalahkan Amel. Bahkan semua ini terjadi karena papa nya. Ahhhh aku bisa gilaaa teriaknya dalam hati dengan frustasi. Arash pun melajukan mobil menuju suatu tempat yang dulu sering sekali di kunjungi oleh nya dan Ara. Sesampai disana Arash hanya memandang cafe itu dari kejauhan. Di pandangnya cafe itu dengan nanar.
“Aku merindukan mu ra” setetes air mata membasahi pipi nya. Arash selalu mengingat pertemuan – pertemuan mereka dulu. Arash menangis sambil tersenyum mengingat kedekatan mereka dulu. Pikiran nya pun terlempar ke masa lalu.
Hari ini matahari mengeluarkan panas dengan sangat hebatnya. Lelaki itu terus mengelap keringat nya dengan lengan baju nya. Dia terus – terusan memukulkan paku di genteng itu.
“Rash, buruan elah. Panas nih” ucap sang teman dengan geram.
“ Sabar dong Nar. Lo aja nih gantian yang perbaiki nih genteng ishh” ucap Arash dengan jengkel.
“Elo sih pakek sok baik deh. Mentang – mentang lo itu ketua osis gitu mau pencitraan di depan guru lo” Dinar bersungut – sungut. Arash pun mempercepat pekerjaan nya hingga tanpa di sadari nya sebungkus paku jatuh dari atas genteng. Mendengar pekikan kesakitan Arash dan Dinar seketika menghentikan pekerjaan mereka. Dinar yang hanya berdiri di tangga segera turun diikuti oleh Arash yang sudah menginjakkan kaki nya di atas tanah. Mereka berdua malah terdiam tidak berani mengatakan apapun pada gadis di depan mereka yang tidak menyadari keberadaan mereka.
“Sial, siapa sih yang jatuhi paku dari atas” ucap gadis itu dan mendongakkan wajahnya. Dia pun terpekik terkejut melihat dua orang lelaki berdiri tegap di depan nya.
“Hmmmm. Maaf teman gue dia gak sengaja jatuhi paku itu ke kepala lo.”ucapnya sambil menunjukkan kearah Arash. Sedangkan yang di tunjukkan masih menatap sang gadis dengan intens. Tiba – tiba Arash mendorong bahu Dinar agar dia dapat berhadapan langsung dengan sang gadis. Menyadari bahwa Arash menatap nya dengan intens gadis itu menundukkan kepala nya.
“Dandea Arana kan?”ucapnya dengan pelan. Merasa namanya di panggil Ara mendongakkan kepala nya. Dia menatap Arash heran mengapa Arash mengenal nya padahal dia sendiri tidak mengenal lelaki itu. Seketika Ara mengingat pertemuannya dengan lelaki itu, dia pun menggigit bibir nya dengan tangan yang saling bertautan.
“Lo gak ingat gue ya?” tanya lelaki itu.
“Masa sih gak ingat sama gue” ucapnya lagi dengan seringainya yang menakutkan.
“Lo kenal nih sama dia?” bisik Dinar di telinga nya. Sadar bahwa dua lelaki ini menatap nya dengan lekat dia pun mengangkat kepala nya.
“Ingat , Gue ingat sama lo. Tapi maaf sebelumnya kalau gue pernah bilang lo hantu. Gue gak nyangka lo orang nya dendaman gitu.” Ucapnya hati – hati. Arash mengernyitkan dahi nya mendengar perkataan Ara
“Gue gak dendam sama lo. Paku tadi memang gak sengaja jatuh kok” ucap Arash dengan senyum yang menjijikkan menurut Dinar.” Tapi lo memang gak kenal gue gitu. Gue kan ketua osis disini. Ya kali lo gak tau sih” seketika mata ara melotot mendengar tutur kata Arash.
“Gue Arash Dewantara. Ketua osis Lo.” Ucapnya dengan pasti dan percaya diri
“Gimana Gue bisa kenal sama lo. Biasa nya nih ketua osis itu ganteng, gagah, aura tegas nya ada. Nah Lo kulit hitam aura – aura tegas nya gak ada. Gimana bisa gue kenal cobak.”ucap Ara dengan sok sambil meneliti penampilan Arash dari atas ke bawah. Sedangkan Arash dan Dinar terkejut dengan perkataan Ara dan ingin segera membalas perkataannya itu. Belum sempat membalas perkataan Ara. Gadis itu malah langsung pergi tanpa ada rasa bersalah dengan perkataannya itu.
“Wahh, gila dia secara gak langsung bilang Lo jelek Rash” ucap Dinar dengan berapi – api yang kemudian terdiam melihat lirikan tajam Arash.
“Berani banget dia bilang gue hitam jelek gini” ucapnya dengan amarah yang besar.
Suara klakson membuyarkan lamunannya. Arash pun kembali melajukan mobil nya menuju apartemen nya dan berusaha untuk menepis bayangan masa lalu yang masih membelenggu hatinya. Sepertinya dia tak bisa pulang ke rumah dengan keadaan berantakan seperti ini. Arash pun segera mengirim pesan kepada ibunya agar tak menunggu nya pulang.
**
Mobil Ara dan Gara sudah sampai di rumah. Tetapi, Ara tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Ia tidak marah atas apa yang telah di lakukan oleh Gara. Karena dia tau Gara sudah menyimpan kekesalan yang mendalam untuk Gangga. Kesunyian meliputi mereka berdua hingga Gara lah yang membuka suara.
“Ayo turun” ucapnya dengan tegas. Gara pun melepas seat belt yang mengikat tubuhnya namun gerakan tangan nya terhenti tiba – tiba karena sosok yang di samping telah menangis dengan terisak.
“Aku akan berjanji Gar bahwa malam ini adalah malam terakhir aku untuk menangis. Aku akan menjalani hidupku seperti dulu lagi. Aku kan memperbaiki hubungan ku dengan papa dan akan menetap di Jakarta.” Ucapnya dengan sesenggukan sambil menatap lurus kedepan. Pikiran nya sedang berkelana menuju lelaki yang telah memenuhi hati nya selama ini. Tetapi , dia tersadar bahwa kebahagiaan nya bukan hanya lelaki itu saja. Akhirnya, Ara memutuskan turun dari mobil. Ara telah melihat mobil papa nya telah terparkir rapi di halaman rumahnya. Ara segera masuk kedalam rumahnya meninggalkan Gara yang masih terdiam di dalam mobil.
“Ma. Papa sudah pulang?” Dengan hati – hati Ara mengatakannya. Dilihatnya raut wajah mama nya berubah mendung. Mama nya pun menganggukkan kepala nya. Ara pun bergegas menuju ruang kerja papa nya. Diketuknya pintu itu, terdengar lah suara nan tegas itu menyuruhnya untuk masuk.Di lihatnya sang papa masih saja menekuri berkas- berkas padahal dia sudah berada di rumah.
“Malam pa” gerakan tangan papa nya seketika berhenti. Papa nya menatapnya dalam, tidak menjawab ucapan Ara sama sekali. Kecanggungan pun terjadi antara mereka.
“Papa , apa kabar?” ucap Ara kembali dengan pelan.
“Baik. Kamu apa kabar?” ucap sang papa dengan singkat.
“Masih sama seperti 5 tahun yang lalu.” Papa nya tak membalas perkataan Ara.
“Pa, bisakah kita kembali seperti dulu lagi. Disaaat Ara tak mengenal lelaki itu Pa” Papa nya langsung mendongakkan kepala nya mendengar perkataan Ara. Lelaki tua itu pun mendekati anaknya yang sangat di rindukannya yang selama ini hanya dapat di lihat nya dari kejauhan. Di dekatinya Ara ditariknya gadis kecil nya itu kedalam pelukannya. Tanpa sadar air mata keduanya sudah membasahi pipi mereka.
“Papa merindukan Ara” ucap papanya lirih.
“Kenapa Ara tidak pernah pulang kerumah. Kami selalu menunggu mu datang nak” ucapnya sekali lagi. Sang papa pun menghapus air mata Ara lalu mengajak Ara untuk makan bersama bersma keluarga mereka.
Sesampai di meja makan mama dan bang Paskal kebingungan melihat Papa nya berpelukan dengan Ara. Seketika senyum lebar terbit di wajah nya. Semua orang yang ada di meja makan tersenyum melihat adegan yg ada di depan mereka.
“Kalian sudah berbaikan?” tanya Paskal.
“Sejak kapan kami bertengkar” Kata papa dengan senyum yang lebar.
“ Akhir nya, kalian akur juga. Padahaal ra sebenarnya di balik sifat keras papa mu dia sangat merindukan mu” kata mama nya sambil melirik sang suami. Aku senang akhirnya bisa makan berempat bersama mereka tanpa ada lagi beban yang berat memikulku. Aku telah berjanji untuk bahagia. Arash sudah menemukan kebahagiaan nya. Sekarang aku lah yang harus membahagiakan papa dan mama tentu bg Paskal juga.
“Pa, ara sudah putuskan untuk menetap di Jakarta dan akan mencari pekerjaan secepatnya.” Kataku mantap
“Kenapa mesti cari kerja lagi. Papa mu itu punya firma hukum toh” sahut mama.
“Ihh gak mau ahh. Nnti ara di bilang anak manja lagi”
“Lagian kayaknya Ara gak bakal jadi pengacara deh.” Ucapku lagi dengan hati – hati. Kulihat papa, mama dan bang Paskal menatapku dengan heran.
“Jadi , kamu mau cari kerja dimana biar papa bantu nanti” ujar papa
“Gak usah pa. Ara mau usaha sendiri gak mau dibantu dengan kekuasaan papa atau pun abang.” Ujar ku melirik bang paskal dan papa.
“Terserah kamu lah dek. Yang penting kamu bahagia ngejalaninnya.”
Aku pun tersenyum lebar mendengar perkataan papa. Sudah lama sekali aku tak pernah mendengar kata – kata adek. Aku bahagia sekarang. Aku akan melanjutkan hidupku kembali. Ara yang ceria akan kembali dan akan melupakan cinta yang pernah membuat nya seperti orang lain. Malam ini makan malam sangat nikmat karena setelah sekian lama akhirnya aku dapat makan bersama orang yang aku sayang.
Penulisan kata ku disambung dengan kata yang mendahuli, atau kata di belakangnya. Salam.
Comment on chapter Prolog