Pintu yang menyimpan semua jawaban. Pintu yang tak pernah diketahui ada apa di baliknya. Pintu yang entah mengapa membuat keresahan di pikiran. Pintu yang sangat akrab, namun entah mengapa sering membuat berburuk sangka.
Dan Linta berdiri di depannya.
Satu-satunya pintu yang berada di lantai atas, pintu yang selalu ingin Linta buka, tapi tak pernah bisa. Sekarang, Linta sedang memikirkan apa yang dipikirkannya di kamar tadi.
Pintu ini, apa yang terjadi jika Linta membukanya? Menggebrak tertutup seperti biasanya, atau terungkapnya seluruh apa yang ada di dalamnya? Hanya ada satu cara untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan di kepala Linta.
Brak!
Linta membuka keras pintu itu, agar tak ada yang menghalanginya lagi seperti biasa. Seseorang di atas ranjang terlonjak, kentara sekali kaget. Linta juga ikut kaget melihat apa isi kamar itu.
Rasanya Linta tahu mengapa dia tak pernah diperbolehnkan masuk kamar ini. Rasanya Linta mengerti mengapa kamar ini membuat semua gadis lain patah hati. Rasanya Linta tahu dan mengerti.
Hanya sebuah kamar biasa. Hanya temboknya yang tak biasa, tak terlapisi oleh cat. Bukan juga dilapisi coretan-coretan graffiti yang tak Linta mengerti. Bukan poster-poster menakutkan pula. Melainkan beratus-ratus foto. Ratusan foto yang di ambil sejak dulu hingga foto yang paling terbaru, tertempel sembarang menutupi seluruh permukaan dinding kamar. Foto dirinya bersama pemilik kamar. Semuanya.
Linta menatap orang yang berada di atas ranjang. Dia membuka mulutnya ingin bicara, namun tak ada suara yang terdengar. Mulut itu hanya menganga kikuk, sedikit bergetar.
Masih di ambang, Linta mencerna apa yang ada di pikirannya. Kemudian, setelah dia sudah siap, dia akan mengajukan perrtanyaan. Pertanyaan terakhir.
“Setelah…” kata Linta lirih. “Setelah gue tahu orang yang cinta gue dari awal, apa yang harus gue lakuin?”
Linta menatap lurus-lurus mata yang dalam dan selalu menenangkannya itu. Setelah sejenak saling menatap, mata itu mengedip.
“Elo harus belajar ngerti cinta,” katanya. “Setelah elo ngerti, elo bisa nentuin sendiri lo cinta atau enggak sama dia.”
Linta menggigit bibir bawahnya.
“Jadi, kalau gue udah ngerti cinta, gue tinggal nentuin?” kata Linta
Kemudian, mata itu yang berganti menatap mata Linta dengan sungguh-sungguh. Linta hanya tersenyum simpul. Dan ada rasa sayang yang membuncah ketika senyum yang sama mengembang di bibir Afo.
Memang cukup lama untuk memahami cinta yang telah diberikan. Terkadang, cinta itu dari orang yang tak pernah terpikirkan. Sama sekali tak pernah terpikirkan, namun yang selalu memikirkan.
wew
Comment on chapter Pesta Kedua