"Serang sekarang!" Teriakan itu terdengar di dalam tempurung kepala setiap vampir.
Saat itu juga, perang kaum vampir dengan para vampire hunter dimulai.
Pertama-tama para ilusionis membuat ilusi yang menyerupai gedung-gedung markas untuk menyelubungi gedung-gedung itu sendiri. Kemudian para vampir tanah, telekinesis, dan magnetron menghancurkan semua gedung hingga rata dengan tanah. Membuat semua orang yang berada dalam gedung itu mati tertimpa beton dan baja.
Meskipun ketiga gedung itu hancur lebur, tapi para vampir hunter yang sedang berpatroli tetap melihat bahwa gedung itu masih utuh. Karena yang mereka lihat adalah hasil ilusi para ilusionis.
Tentu saja orang-orang yang berpatroli merasa bingung. Mereka mendengar gemuruh suara sesuatu yang hancur. Tapi mereka tidak melihat apa yang menghasilkan suara keras hingga mampu memekakkan telinga tersebut.
Dan disitulah kesempatan para vampir lain untuk melenyapkan semua vampire hunter yang tersisa.
Vampir pembakar dengan apinya. Vampir pembeku dengan esnya. Vampir nymph dengan airnya. Vampir elektrikon dengan petirnya. Vampir penenun angin dengan benang udaranya. Vampir penghijau dengan tumbuhannya. Vampir suara dengan teriakannya. Dan vampir animos dengan hewan mereka.
Sementara itu, vampir ilusionis, pembisik, pembungkam, dan penyembuh tetap bertahan dalam naungan hutan. Termasuk juga Sumin yang masih berdiri bersama Jungkook. Mereka mengamati pertempuran itu dari jauh. Jika ada vampir hunter yang lolos dari arena pertempuran, barulah itu tugas mereka untuk menghabisinya.
Beberapa saat kemudian, ilusi gedung-gedung itu mulai menghilang. Menampakkan wujud bangunan sebenarnya yang telah hancur lebur, hasil kerja para vampir tanah, telekinesis, dan magnetron.
Terlihat beberapa manusia yang keluar dari puing-puing itu dengan bingung. Entah bagaimana mereka selamat, meskipun ada kejanggalan di setiap geraknya, seperti patah tulang. Memanfaatkan kondisi mental mereka yang masih terguncang, beberapa vampir membunuh mereka dengan cara menghisap darahnya hingga tubuhnya mengering. Membunuh, sekaligus mendapatkan asupan makanan.
Dan saat si gadis separuh vampir mendongak, langit malam terlihat sangat gelap. Bintang-bintang tertutup oleh awan badai yang terbentuk diatas area itu. Tak lama kemudian sebuah petir besar menyambar. Sumin tahu itu bukanlah petir biasa. Melainkan petir dan badai yang sengaja dipanggil. Tubuhnya mulai meretihkan listrik karena banyaknya partikel-partikel listrik yang terbang di udara. Mengajaknya untuk ikut memanggil petir.
Tapi tidak. Sumin tetap diam ditempatnya meskipun hujan yang mengguyur tubuhnya menguap begitu saja. Ia malah memperhatikan saja seorang gadis penenun angin yang sedang mengacungkan tangannya pada langit. Dialah yang memanggil badai. Kemudian beberapa vampir penenun angin lain terlihat terbang seperti kapas. Tangan mereka menjalin benang putih yang terbuat dari udara kemudian melilitkannya pada tubuh para vampire hunter. Membuat banyak sekali mumi hanya dalam hitungan menit.
Sementara itu para vampir elektrikon seolah menggila. Suara petir terdengar bersahut-sahutan, disertai kilatannya yang menyilaukan. Target petir-petir itu sudah pasti adalah para vampire hunter. Tubuh manusia-manusia itu dengan mudah terbakar hingga hangus menjadi abu. Tapi diantara para elektrikon itu, Sumin sama sekali tidak menemukan Jimin.
Dimana namja bersurai hitam kelam itu? Sumin yakin bahwa Jimin ikut dalam penyerangan ini. Karena mereka selalu bertemu selama rapat beberapa hari lalu. Lantas dimana dia sekarang? Apakah ia juga sedang mengintai Inha seperti apa yang dilakukan Seokjin?
Tidak memikirkannya lebih lanjut, mata bulat Sumin kembali menyisir lapangan belakang markas yang kini menjadi medan pertempuran. Ia melihat seorang vampir pembakar yang dengan mudahnya mengeluarkan api dari kaki dan tangannya. Sama seperti para elektrikon, air hujan menguap begitu saja saat mengenai tubuhnya. Yeoja vampir itu membuat benteng api di sekitar tubuhnya, yang sama sekali tidak padam meski diguyur hujan deras. Sementara tangannya sibuk melontarkan bola api.
Sumin juga melihat namja vampir penghijau yang melilit tubuh seorang vampir hunter dengan tanaman merambat berduri. Membuat tubuh manusia itu tertusuk duri tajam dan remuk oleh kekuatan lilitan.
Ekor mata Sumin kemudian menangkap gelembung-gelembung air dimana di dalamnya terdapat masing-masing satu manusia yang mengambang tak berdaya. Paru-paru mereka telah penuh terisi air. Dan saat manusia dalam gelembung itu telah mati kehabisan nafas, vampir nymph sang pengendali air akan memecahkan gelembungnya.
Ada pula vampir hunter yang membeku oleh es. Sudah pasti itu ulah para vampir pembeku. Manusia malang yang menjadi patung es itu semakin lama retak hingga hancur menjadi kepingan es batu berisi potongan tubuh manusia.
Tiba-tiba terdengar suara lolongan mengerikan yang membuat Sumin menoleh dengan takut. Ia pikir, ada serigala hutan di belakangnya. Tapi ternyata tidak ada apa-apa disana.
"Jangan takut, Noona" kata Jungkook sambil terkekeh geli. "Itu suara vampir animos. Lihatlah disana" lanjutnya sambil menunjuk ke tengah pertempuran dimana ada setidaknya 4 serigala besar.
Sumin mengikuti telunjuk Jungkook. "Animos? Mereka berubah menjadi hewan?"
Si namja bergigi kelinci mengangguk.
"Kupikir mereka mengendalikan hewan"
"Mereka bisa mengendalikan hewan dan juga menjadi hewan"
Serigala-serigala itu berlari dengan kencang, menghindari setiap peluru yang berdesing diantara kaki mereka. Dengan lompatan tinggi, mereka menerjang target masing-masing hingga para vampire hunter itu jatuh telentang. Setelah membuang pistol berpeluru perak jauh-jauh, serigala berbulu abu-abu itu menggigit leher manusia di bawahnya. Dan dalam prosesnya, hewan itu berubah menjadi vampir.
Sumin terkagum melihatnya. "Woah." Kemudian telinganya mendengar suara mengerikan lain. Suara teriakan yang sangat melengking hingga membuat indra pendengarnya berdenging. Refleks gadis itu menutup telinga. "Apa itu?"
"Bansee. Vampir suara. Gendang telinga manusia akan pecah saat mendengar teriakannya. Yang artinya, semua vampire hunter yang masih hidup saat ini akan tuli. Selamanya." Jelas Jungkook dengan tatapan datar. Ia bahkan tidak menutup telinganya, seolah sama sekali tidak terusik.
"Lalu bagaimana efeknya pada vampir?" Tanya Sumin sedikit berteriak.
Jungkook menggeleng. "Hanya terdengar seperti teriakan saja"
Netra coklat Sumin langsung menatap semua vampir di sekitarnya. Benar. Mereka seperti tidak terganggu sama sekali. Berbeda dengannya yang masih separuh vampir, teriakan itu masih berpengaruh pada telinganya. Ia hanya berharap semoga tidak tuli seperti manusia biasa.
Untung saja teriakan itu segera berakhir. Sumin langsung diam, berusaha mendengar suara apapun untuk mengetes pendengarnya. Dan ternyata ia masih bisa mendengar. Ia tidak tuli. Helaan nafas lega langsung meluncur dari bibirnya.
Gadis bersurai coklat madu itu kembali mengamati pertempuran. Ia melihat Taehyung yang membasmi para vampire hunter itu dengan brutal. Ia memegang dua pedang di kedua tangannya. Pedang sebelah kanan seperti terbuat dari besi hitam. Dan pedang sebelah kiri terbuat dari kaca. Keduanya terlihat sama tajamnya.
Pedang-pedang itu seperti perpanjangan tangan Taehyung. Ia menggunakannya untuk menusuk dan mengiris kulit manusia manapun yang berada cukup dekat dengannya. Kadang pedang besi di tangan kanannya berubah secepat kilat menjadi sebuah pistol untuk menembak vampire hunter yang berada terlalu jauh darinya. Gerakannya terlihat anggun seperti seseorang yang sedang menari. Seolah ia memang terlahir untuk memegang dua senjata di kedua tangannya.
Sumin terkagum-kagum melihat betapa kerennya Taehyung. Lelaki yang sekarang telah menjadi vampir itu pasti berlatih dengan sangat keras selama ini. Disamping itu, darah seorang vampir hebat ibunya mengalir dalam tubuhnya. Kini ia telah membuktikan bahwa ia akan sama hebatnya seperti ibunya dulu. Atau mungkin bahkan lebih hebat.
Kemudian pandangan mata Sumin beralih. Ia melihat Namjoon yang sedang menghisap darah seorang lelaki manusia di dekat puing-puing gedung pelatihan. Manusia itu terlihat pingsan dengan kulit yang terus kehilangan rona merah. Sebentar lagi pasti manusia itu hanya tinggal tulang dan kulitnya saja.
Sementara itu Namjoon terlihat sangat menikmati mangsanya. Matanya berwarna merah seperti darah yang ia hisap. Bahkan namja Kim itu membuat pertahanan mengerikan disekitarnya. Ada banyak sekali pecahan kaca tajam dan lempengan besi panjang yang mengelilinginya. Menandakan bahwa ia sangat tidak ingin diganggu.
Ngomong-ngomong soal namja Kim yang sangat keren ini, bagaimana dengan namja yang satu lagi? Ya, Kim Seokjin. Apakah pria duda itu telah berhasil membunuh Inha? Jika belum, Sumin sungguh ingin membantunya. Apalagi ia pernah menjanjikan hal itu dulu. Tapi Pangeran Daehyun masih belum kembali. Sumin tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya disini.
"Pergilah, Noona" kata Jungkook tiba-tiba.
Sumin langsung menoleh menatap Jungkook.
"Aku akan mengurus sisanya disini" lanjut pria Jeon itu sambil tersenyum. Sepertinya ia tahu apa yang ada dalam pikiran Sumin.
"Tapi aku tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku disini, Kookie"
"Pangeran Daehyun pasti akan mengerti. Kau, Jimin hyung, dan Jin hyung memang memiliki misi khusus. Bahkan Raja Vampir juga sudah mengizinkan kalian."
Sumin terdiam sejenak. Kemudian mengangguk tegas. "Aku akan segera kembali." Katanya sebelum menghilang dari sana.
???? Black Roses ????
"Selamat malam, Choi Inha ssi" sapa seseorang.
Yeoja yang dipanggil langsung menoleh ke sumber suara. Seorang pria asing berjalan santai ke arahnya. Inha tidak bisa melihatnya dengan jelas karena lampu-lampu telah mati saat gedung-gedung hancur.
"Apa kau masih mengingatku?"
Inha masih diam. Tapi saat sebuah kilatan petir menyambar, wajahnya berubah horor. Ia ingat siapa pria di hadapannya itu. Vampir yang seharusnya menjadi targetnya. Tapi sayangnya ia malah membunuh istrinya. "Kim Seokjin" lirihnya.
Vampir kelewat tampan itu menyeringai. "Benar. Ternyata kau masih ingat?"
"Kau ingin balas dendam?"
Si vampir mengangkat bahu dengan cuek. "Apakah kau pikir, aku memiliki alasan lain untuk menemuimu?"
Dengan geram Inha mengangkat senjatanya dan mengarahkannya pada Seokjin. "Aku akan membuatmu menyusul istrimu sekarang!" Desisnya sambil menekan pelatuk.
Seringaian si namja Kim semakin lebar. Dengan gesit ia berteleportasi menghindari peluru Inha. Ia tahu bahwa peluru itu adalah peluru perak yang bisa membunuhnya dalam sekejap. Dan ia sama sekali tidak berencana mati semudah itu.
Kesal karena tembakannya meleset, Inha kembali menekan pelatuk pistolnya. Tapi sayang, Seokjin kembali menghindarinya dengan teleportasi. Tembakan-tembakan Inha selanjutnya juga sama sekali tidak mengenai tubuh si namja vampir.
Hingga kemudian tangan kanan Inha tiba-tiba tertembak. Sebutir peluru panas menembus dagingnya, lantas bersarang diantara tulang-tulang telapak tangannya. Membuat yeoja Choi itu menjerit kesakitan dan melepaskan pistolnya begitu saja. Kepalanya menoleh ke arah kanan dimana tembakan itu berasal. Tapi sayang, ia tidak melihat apapun selain kegelapan.
Untungnya ekor mata gadis ini melihat bahwa musuhnya juga sedang mencari siapa yang mengarahkan peluru padanya. Yang artinya, fokus pria vampir itu sedang teralihkan. Meskipun tangannya terasa sangat sakit, tapi Inha berterima kasih dalam hati pada siapapun yang menembaknya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, Inha segera berlari pergi dari sana setelah memungut pistolnya yang terjatuh.
Inha berlari ke arah puing-puing markas, berharap bisa mendapatkan perlindungan disana. Rasa sakit yang terus berdenyut pada telapak tangannya membuat Inha berhenti dibalik sebuah tembok yang masih cukup kokoh. Nafasnya berantakan dan tubuhnya bermandikan keringat dingin.
Tiba-tiba ia merasa mual dan langsung memuntahkan isi perutnya. Kepalanya berputar, membuatnya harus duduk bersandar. Matanya terpejam kuat, berharap sensasi mengerikan ini bisa segera pergi. Tapi nihil. Sensasi ini terlalu mengerikan untuk menjadi sebuah mimpi belaka.
"Inha?"
Secepat kilat Inha bangun dan mengarahkan pistolnya pada sumber suara dengan tangan kirinya. Tapi saat melihat siapa yang memanggilnya, gadis itu segera menurunkan senjatanya. "Sumin?"
Benar. Itu memang Sumin, sahabatnya. "Ini aku, Inha"
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya si yeoja Choi sambil mengamati Sumin dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Gadis separuh vampir itu mengangguk. "Aku berhasil selamat. Tapi kau..." Matanya terpaku pada luka Inha. Wajahnya berubah cemas.
"Aku baik-baik saja. Lebih baik kita segera pergi dari sini, Sumin"
"Tapi bagaimana dengan lukamu?" Sumin menggapai tangan Inha yang terluka. "Aku akan mengobatinya"
Tapi Inha malah menarik tangannya. "Nanti setelah kita pergi dari sini. Karena sepertinya aku melihat Jimin disini"
"Apa?!" Pekik Sumin. "Kau yakin?"
"Apa kau benar-benar telah membunuhnya, Sumin?"
"Tentu saja! Dia sudah tidak bernafas, Inha!"
"Dia tidak menghilang seperti debu?"
"Tidak. Tapi aku yakin dia sudah menjadi mayat!"
Inha menghela nafas panjang. "Aku tidak tahu bagaimana para vampir bisa membangkitkan Jimin kembali. Tapi yang pasti, jika ia berada disini, itu artinya dia ingin balas dendam kepadamu, Sumin."
Wajah Sumin seketika berubah menjadi horor. "Astaga"
"Maka dari itu kita benar-benar harus segera melarikan diri" kata Inha sambil menarik tangan Sumin menuju gerbang masuk markas.
Tetap berlari dalam naungan bayang-bayang, kedua gadis itu akhirnya sampai di dekat gerbang. Ada beberapa kendaraan yang berjajar di depan gerbang masuk itu. Dari sepeda kayuh, hingga truck besar.
"Kau masih ingat cara mengemudi, Sumin?" Tanya Inha sambil bersandar pada badan mobil sedan. Ia sangat lelah!
"Tentu saja" jawab si separuh vampir sambil membuka pintu kemudi. Untung saja kunci mobilnya tergantung di tempatnya. "Ayo, Inha!" Lanjutnya sambil menaiki kendaraan itu.
"Pergilah! Jimin ada disini" sahut Inha dengan tegang.
"Apa?!" Sumin segera keluar dari mobil. Ia bisa melihat bahwa Inha dan Jimin sedang saling membidik dengan pistol di tangan masing-masing.
"Cepat pergilah, Sumin!" Teriak Inha.
"Lalu bagaimana denganmu?" Tanya Sumin sambil mengeluarkan pistolnya.
"Jangan pikirkan aku!"
Tiba-tiba Sumin melangkah ke depan Inha dengan mengarahkan senjatanya pada Jimin, melindungi sahabatnya.
"Sumin! Apa yang kau lakukan?!" Pekik Inha dengan marah. "Kaulah target Jimin! Cepat pergi dari sini!" Lanjutnya sambil melangkah ke dapan Sumin. "Bukankah aku pernah mengatakan bahwa aku akan melindungimu dengan nyawaku?"
Sumin tersenyum sinis. Pistolnya masih teracung meskipun Inha telah menghalanginya. Matanya menerawang jauh pada pria vampir yang berdiri beberapa meter disana. Jimin juga masih memegang pistolnya dengan rahang yang mengeras.
Saat ini, Sumin benar-benar tidak tahu siapa yang paling ingin Jimin bunuh dengan pelurunya. Sahabatnya ataukah dirinya?
TBC
Ayo tebak siapa yang bakal ditembak sama Jimin?
Tebak juga siapa hayo yang nembak telapak tangan Inha?
With love, Astralian ????