Seorang lelaki duduk di pinggir atap sebuah gedung. Dia memandang lalu lintas kota di bawah kakinya. Sesekali ia menenggak minuman kaleng dalam genggamannya.
"Kau sendirian?" tanya sebuah suara di belakang lelaki itu.
"Eoh" jawab lelaki itu tanpa menoleh. "Jungkook di restoran"
Lelaki yang baru datang itu ikut duduk di samping temannya. Dia mengambil kaleng minuman di dekatnya kemudian membukanya. Lelaki ini memiliki wajah yang sangat imut. Tapi entah kenapa dia selalu memasang wajah datar. Dan sekali lihatpun orang akan tahu bahwa dia tidak pernah terkena sinar matahari sama sekali. Karena ia memiliki kulit yang kelewat putih. "Kenapa kau ingin bertemu denganku? Apa identitasmu sebagai vampir sudah terbongkar lagi?"
"Ani" jawab Jimin yang masih asyik menatap gemerlap kota.
Kemudian mereka saling diam dan hanya menikmati minuman masing-masing untuk beberapa menit.
"Hyung, ceritakan padaku tentang kutukan bangsa vampir" pinta Jimin, kali ini ia menatap namja di sampingnya.
"Kenapa kau tiba-tiba tertarik pada dongeng lama?" Cibir namja kelewat putih itu.
"Oh ayolah Yoongi hyung, ceritakan saja!"
Yoongi menghela nafas, mengalah. "Menurut dongeng, Sang Pencipta menciptakan belahan hati kita dalam wujud manusia." Katanya memulai. "Ini merupakan solusi bagi para vampir yang ingin menjadi manusia."
Jimin diam, menyimak penjelasan Yoongi dengan serius.
"Bagi vampir yang tidak ingin menjadi manusia, mereka akan menyebut hal ini sebagai kutukan. Mereka pikir, dengan menjadi manusia, itu akan merampas keistimewaan kekuatan mereka dan menjadikan mereka makhluk yang lemah. Bahkan mereka pikir, adanya belahan hati kita malah akan merampas kehidupan abadi kita. Karena tentu saja manusia akan menua dan mati. Berbeda dengan kita yang memiliki regenerasi lebih banyak."
"Tapi bagi vampir yang ingin menjadi manusia, mereka menyebut hal ini sebagai anugrah. Karena menurut mereka, lebih baik menua dan mati daripada terus hidup dalam kegelapan. Bahkan menurut mereka jika kita menjadi manusia, kita bisa keluar di siang hari dan merasakan teriknya sinar matahari juga." Yoongi mengangkat bahu. "Tergantung dari sudut pandang mana kau melihatnya."
Lelaki vampir yang lebih muda mengangguk paham. "Jadi, jika seorang manusia sanggup membuatmu merinding saat ia bernyanyi, berarti dialah belahan hatimu?"
"Kalau kau sudah tahu, kenapa kau menyuruhku bercerita?!" Yoongi menatap Jimin jengkel.
"Aku hanya tahu bagian itu saja, hyung!" Jimin membela dirinya. "Lalu bagaimana caranya agar kita bisa berubah menjadi manusia?"
"Suruh belahan hatimu itu menyanyikan lagu ritual. Itu lagu dengan nada yang sangat tinggi."
"Tunggu, apa kau mempercayai dongeng ini, hyung?"
"Entahlah. Dongeng ini sudah ada bahkan sebelum aku lahir. Lagipula buku-buku yang membahas hal ini juga menceritakan semuanya dengan rinci. Seolah sang penulis memang mengalaminya, atau setidaknya pernah melihatnya."
"Jika itu hanya dongeng belaka, kita mungkin tidak akan mendapat tugas untuk melindungi Hoseok hyung dan Taehyung" sambung Jimin.
"Ya. Dan jangan lupakan tentang Seokjin hyung juga. Dia telah berhasil berubah menjadi manusia, meskipun sayangnya, saat itu aku tidak bisa melihat ritual mereka."
"Aku bahkan tidak tahu adanya ritual itu." Ujar Jimin dengan cemberut.
Tapi Yoongi hanya diam tidak menanggapi. Namja kelewat putih itu tiba-tiba tersentak, seolah teringat sesuatu. "Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal ini?"
Jimin langsung menunjukkan cengiran bodohnya. "Kupikir aku sudah menemukan belahan hatiku"
Yoongi terbelalak. "Jinjja?"
Si namja Park mengangguk masih dengan cengirannya."Dia pacarku"
Yoongi semakin terbelalak. "Apa dia sudah mengetahui identitasmu?"
Jimin menggeleng. "Hubungan kami awalnya hanya pura-pura"
Dahi Yoongi berkerut. "Pura-pura? Apa maksudmu?"
"Aku mengenalnya karena sebuah surat ancaman tanpa pengirim..." Kemudian Jimin menceritakan segala hal tentang Sumin. Mulai dari awal mereka bertemu dan bagaimana gadis itu sering berada dalam bahaya.
Lelaki vampir yang lebih tua itu tersenyum saat Jimin mengakhiri ceritanya. "Sepertinya Sang Pencipta menulis takdir yang indah untuk kalian"
Jimin tersenyum sambil mengangguk setuju. "Tapi hyung, aku masih paranoid dengan ancaman itu. Aku tidak tahu apakah Sumin memang sial ataukah semua bahaya itu memang perbuatan si pengirim surat. Tapi kupikir, semua bahaya itu terjadi pasti karena aku yang selalu bersamanya" ujarnya dengan muram.
"Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Karena awalnya, aku berniat menjadikan Sumin umpan agar si pengirim surat sialan itu muncul! Tapi sampai sekarang, yang kami tahu hanyalah bahwa ia seorang wanita dan lebih pendek dari Sumin."
"Bagaimana dengan seseorang yang memiliki dendam pada Sumin?"
"Mungkin ibu tirinya. Tapi ibu tirinya adalah orang Rusia yang tidak mungkin memiliki tinggi lebih pendek dari Sumin"
"Lainnya?"
"Tidak ada. Jika aku mendengar cerita Inha semasa mereka sekolah dulu, Sumin termasuk gadis yang tidak pernah membuat masalah dan tidak ada yang membencinya"
"Tapi bukankah kau akan selalu melindunginya, Jim? Apalagi setelah kau tahu bahwa ia adalah belahan hatimu"
"Tentu saja, hyung. Aku berjanji akan membunuh gadis yang telah membuat Sumin celaka selama ini"
Yoongi mengangguk. Kemudian menatap dongsaengnya itu dengan serius. "Lalu Jim, apa kau sangat mencintainya hingga rela mengubah dirimu menjadi manusia?"
"Jika menua dan mati sebanding dengan hidup bersamanya selamanya, aku rela"
Yoongi menepuk-nepuk bahu Jimin sambil tersenyum. Puas dengan jawaban Jimin barusan. "Tapi sebelum itu, kau harus mengungkapkan identitasmu lebih dulu. Ritual hanya akan berhasil jika kedua belah pihak melakukannya secara tulus."
Raut wajah si namja Park tiba-tiba berubah cemas. "Hyung, aku takut. Aku takut dia akan pergi meninggalkanku jika dia tahu bahwa aku adalah seorang vampir"
"Aku mengerti akan kecemasanmu, Jim. Tapi maaf. Aku tidak bisa memberikan nasihat apapun tentang hal itu." Ucap Yoongi menyesal. "Kau bisa berkonsultasi dengan Jin hyung. Dia pernah mengalami hal ini. Dia pasti tahu apa yang harus dilakukan."
Jimin mengangguk-angguk. "Aku akan menemuinya nanti. Oh ya hyung, apa organisasi itu benar-benar sudah musnah?"
"Kau tidak perlu khawatir. Sejauh ini tidak ada kabar apapun tentang mereka"
"Syukurlah" Jimin melirik jam tangannya. "Sudah waktunya aku pergi hyung"
Si namja Min mengangguk. "Sampaikan salamku untuk Jungkook"
Jimin balas mengangguk. Kemudian ia menjatuhkan dirinya ke bawah. Sejajar dengan tingginya gedung pencakar langit itu. Tapi, dalam perjalanan jatuhnya, namja vampir itu menghilang.
Yoongi menggeleng. "Selalu mencari sensasi seperti biasa"
???? Black Roses ????
Sumin segera menoleh saat pintu belakang restoran terbuka. Melihat orang yang sedari tadi ditunggunya, ia tersenyum. "Kau sudah kembali"
Jimin tersenyum sambil menghampiri Sumin. Kemudian ia mencium puncak kepala kekasihnya itu. "Apa kau merindukanku?"
"Eoh"
"Sebanyak apa?"
"Sebanyak bintang di langit"
Jimin menyipitkan matanya. "Bohong"
"Ani"
"Kalau begitu seharusnya kau menciumku sebanyak bintang di langit juga"
Sumin memutar bola matanya sebal. Kemudian ia meletakkan pisau dan lobak di kedua tangan Jimin. "Kerja" kata gadis itu dengan penuh penekanan.
Jimin cemberut kesal.
Suminpun tertawa. "Kau terlihat seperti bebek"
Jimin semakin memanyunkan bibirnya yang membuat Sumin semakin tertawa juga. "Aku takut kau tidak akan tertawa seperti ini lagi jika tahu tentang diriku yang sebenarnya"
TBC
Maafkan imajinasi saya yang kelewat liar ya ???? btw ada yang setuju Jimin jadi manusia disini?
With love, Astralian ????