"Noona, apakah sojunya masih ada?" teriak Taehyung dari counter depan.
"Sebentar, aku lihat dulu" jawab Sumin. Iapun menepuk bahu Jimin yang sedang asyik mengupas wortel. "Tolong tteokbeokkinya!"
Namja Park itu mengangguk dan langsung mengambil alih tugas Sumin.
Kemudian si yeoja bermata bulat itu berlari ke ruang penyimpanan. Tapi pintu ruangan tersebut terkunci. "Jungkook, dimana kunci ruang penyimpanan?" teriaknya.
"Di papan gantungan kunci, noona" jawab Jungkook yang kebetulan memasuki dapur dengan membawa tumpukan piring kotor.
Sumin menghampiri papan gantungan kunci dimana semua kunci akan tersimpan disana. Tapi di bawah tulisan 'ruang penyimpanan' tidak tergantung kuncinya. "Tidak ada, Kookie" Sumin kembali berteriak.
Tapi sayangnya Jungkook sedang mengantar pesanan makanan ke depan.
Sumin melihat ke bawah. Tepat di bawah papan gantungan kunci, ada tempat sampah. "Mungkin jatuh ke situ." Pikirnya sambil merogoh tempat sampah.
"Akh!" pekik Sumin sambil mengeluarkan tangannya dari tempat sampah. Luka dan darah telah memenuhi tangannya.
Mendengar teriakan Sumin, Jimin segera menghampiri kekasihnya itu. "Ada apa?" Saat melihat darah di tangan kanan Sumin, seketika itu mata Jimin berubah menjadi merah. Aroma darah segar menyeruak ke dalam hidungnya. Pria vampir itupun segera memejamkan matanya dan mengatur nafasnya, mengendalikan diri. Ketika Jimin membuka matanya kembali, iris matanya telah berwarna coklat lagi. Ia segera menarik Sumin ke bak cuci piring, mengalirkan air ke luka Sumin.
"Aaakkh! Perih sekali" pekik Sumin.
"Kau kenapa Sumin?" Tanya Inha sambil mendekat, meninggalkan pekerjaannya membuat bibimbap. "Omo!" pekiknya saat melihat luka Sumin.
Jungkook yang melihat orang-orang sedang berkumpul di bak cuci piring, segera menghampiri mereka. "Ada ap- a?" Pria itu langsung tercekat membaui aroma darah Sumin. Tapi iapun berusaha sebaik mungkin untuk mengekang nafsunya.
"Kupikir kuncinya jatuh ke tempat sampah. Jadi aku merogohnya. Tapi sepertinya ada benda tajam di dalam sana." Kata Sumin sambil menunjuk tempat sampah tadi.
Inha dan Jungkook segera menghampiri tempat sampah itu dan menumpahkan isinya. Mata Inha terbelalak ngeri melihat apa yang ada disana. "Astaga, ada pecahan gelas disini."
"Aku akan mengobati luka Sumin dulu" kata Jimin yang sudah menarik pacarnya untuk menaiki tangga.
Jungkook dan Inha hanya mengangguk. Dan saat Inha akan mencari kunci di tumpukan sampah itu, Jungkook memegang pergelangan tangan yeoja Choi itu. Membuat gadis itu berhenti dan menatap mata lebar si namja vampir. "Biar aku saja, noona. Aku tidak ingin tanganmu terluka juga."
Seketika itu, Inha merona dengan sikap gentle Jungkook. Diapun hanya mengangguk gugup.
"Noona!! Kenapa lama sekali?" teriak Taehyung.
"Sebentar!" Inha balas berteriak.
Jungkook segera mengambil kunci dalam tumpukan sampah, kemudian memberikannya pada Inha.
???? Black Roses ????
"Aah, aku lelah sekali" kata Jimin sambil duduk di sofa yang sama dengan Sumin. Kemudian ia menjatuhkan kepalanya ke pangkuan kekasihnya itu.
"Yaaak! Bangun!" Kata Sumin dengan wajah datar. "Kau seperti anak kecil!"
"Memangnya salah jika aku bersikap manja pada pacarku sendiri?"
Sumin hanya memutar bola matanya. Inha yang baru keluar dari kamar mandi langsung terkikik mendengar pertengkaran pasangan itu. "Cepat bangun! Biarkan Inha duduk"
Jiminpun bangkit dan langsung berjalan ke belakang sofa. Kemudian ia melingkarkan lengannya di leher Sumin dari belakang. "Chim!" Sumin menepuk tangan Jimin yang ada di lehernya dengan kesal.
"Mwo? Kau memanggilku apa?"
"Jika kau terus bersikap manja, aku akan memanggilmu Chim chim" ancam Sumin.
"Kedengarannya bagus" Jimin malah menumpukan kepalanya pada bahu Sumin yang membuat gadis itu kembali memutar bola matanya dengan sebal.
"Tae, apa restoran ini tidak memiliki hari libur?" tanya Inha yang duduk di samping Sumin.
"Tidak, noona. Terserah kami saja jika ingin libur" Jawab Taehyung yang menyandarkan kepalanya ke bahu Jungkook. Jungkookpun meletakkan kepalanya diatas kepala Taehyung.
Inha mengangguk-angguk paham.
Tiba-tiba Taehyung menegakkan kepalanya. Membuat Jungkook mengusap kepala kesakitan karena terantuk kepala hyungnya itu. "Bagaimana kalau besok kita libur dan pergi ke tempat karaoke?" Taehyung bersemangat. "Anggap saja ucapan terima kasih kepada noonadeul karena telah berbaik hati membantu kami."
"Ide bagus!" kata Inha bersemangat. Suminpun mengangguk setuju.
"Bagus!" Ucap Taehyung yang bertepuk tangan senang.
"Hyung, aku lapar" rengek Jungkook.
"Aku juga" Taehyung memegangi perutnya.
"Aku akan membuatkan makanan untuk kalian" Kata Inha sambil bangkit dan menuruni tangga menuju dapur restoran. Jungkook dan Taehyungpun mengekori gadis bersurai ikal itu seperti anak-anak ayam yang kelaparan.
Sumin sebenarnya juga ingin bangkit dan membantu Inha. Tapi Jimin menahannya. "Disini saja" bisiknya.
Setelah ketiga orang itu hilang dari pandangan, Jimin segera melompati sandaran sofa dan duduk di samping Sumin. Kemudian ia meraih tangan kekasihnya yang terluka. "Apakah masih sakit?"
"Sedikit"
Jimin mulai menelusuri jemari Sumin dengan bibirnya. Mencium lembut setiap luka disana. Entah kenapa ciuman Jimin tidak menimbulkan sedikitpun rasa perih di tangan gadis itu. Jantung Suminpun berdetak tak terkendali karena perlakuan Jimin ini.
"Mian" kata Jimin saat mencium telapak tangan Sumin.
Sumin mengernyit dengan bingung. "Apa?"
"Kau selalu terluka sejak kau dekat denganku." Suara Jimin sarat kesedihan.
"Ini hanya kecelakaan kecil, Chim. Bukan salahmu." Jawab Sumin dengan senyum menenangkan.
Jimin langsung menarik Sumin ke dalam pelukannya. "Aku tidak ingin kau terluka. Tapi entah kenapa aku tidak pernah bisa mencegah hal itu terjadi."
???? Black Roses ????
Tepat saat Jungkook menutup pintu rumah, Jimin berbalik dan mendorong tubuh dongsaengnya itu ke pintu. Jungkook terbelalak kaget mendapat perlakuan seperti itu dari hyungnya. Bahkan mata Jimin sudah tertutup kabut kemarahan. "Hyung, ada apa?"
Namja yang lebih tua segera mencengkeram kerah kemeja Jungkook. "Kau sengaja melakukannya kan?!" desis Jimin dengan marah.
"Melakukan apa?"
"Kau yang terakhir masuk ke ruang penyimpanan! Kemudian kau sengaja menjatuhkan kuncinya ke tempat sampah!" Tuduhnya.
"Apa yang kau katakan, hyung?! Aku tidak mungkin melakukan itu!" teriak Jungkook membela diri.
"Kau sengaja memecahkan gelas dan membuangnya ke tempat sampah bersama kunci itu!"
"Tidak hyung!"
"Kau sengaja membuat Sumin terluka!"
"Aku tidak mungkin mencelakai Sumin nuna!"
"Bohong!"
"Tidak!!" Teriak namja bergigi kelinci itu yang kemudian menghela nafas. "Bahkan aku berusaha menghindari Sumin noona dan Inha noona. Agar aku tidak membaui aroma darah mereka" kali ini Jungkook memelankan suaranya.
"Bohong!"
"Hyung, kumohon percayalah padaku" Jungkook menatap Jimin dengan serius.
Jika Jungkook sudah menunjukkan wajah seperti itu, Jimin tahu bahwa dongsaengnya itu memanglah serius dengan kata-katanya. Iapun menghela nafas sambil memejamkan matanya. "Lalu siapa, Kookie? Siapa yang tega melakukan hal ini pada Sumin?!" teriaknya putus asa.
"Aku tidak pernah lagi mengajaknya pergi berkencan. Aku bahkan berusaha untuk membuatnya terus berada dalam pengawasanku. Tapi kenapa dia terus saja terluka?" Lanjut namja Park itu sambil melepas cengkraman pada kerah kemeja Jungkook dan mengusap wajahnya kasar.
"Hyung, aku tahu kau sedang putus asa mencari orang yang mengancam Sumin noona. Tapi tidakkah kau berfikir bahwa 1 dari 5 kejadian yang menimpa Sumin noona mungkin saja hanyalah kecelakaan yang tidak disengaja?"
Kata-kata itu seolah menampar Jimin dengan keras. Iapun menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. "Mian. Aku tidak memikirkan kemungkinan itu."
Jungkook menepuk bahu Jimin sambil tersenyum tulus, kemudian beranjak pergi ke kamarnya. Meninggalkan hyungnya yang masih paranoid dengan pikirannya sendiri.
TBC
With love, Astralian ????