"Kau membunuh ibuku" tuduh Jimin.
"Apa?! Tidak!" Jawab Sumin yang jelas tersinggung.
"Bohong"
"Tidak, Jim!"
"Pergi dari sini sekarang juga! Aku muak melihatmu!" Desis Jimin dengan marah.
Sumin merasa seolah tersambar petirnya sendiri. Hatinya seperti ditusuk oleh pedang tajam tak kasat mata. Rasanya sangat sakit. Dan gadis itu hanya bisa mematung dengan perasaan yang campur aduk.
"Pergi sekarang juga, sialan!" Bentak Jimin dengan marah.
Hal itu sukses membuat Sumin semakin sakit hati. Lelehan bening dari mata bulatnya tidak bisa dibendung lagi. "Aku tidak membunuhnya, Jim. Saat aku masuk, ibumu sudah seperti ini"
Jimin langsung menggeram buas. Bahkan iris matanya telah berubah warna menjadi merah. "Pembohong!"
"Tidak!" Sangkal gadis malang itu disela isakannya.
"Harusnya aku tidak mempercayaimu! Harusnya aku tidak perlu memaafkanmu!" Seru Jimin dengan kemarahan yang meledak-ledak.
Sumin semakin menangis mendengarnya. "Bukan seperti itu, Jim"
Mata Jimin menyipit menatap kekasihnya. "Harusnya aku sadar kau masih menyimpan dendam dalam hatimu" katanya dengan sakit hati yang kentara.
"Tidak, Jim. Kau hanya salah paham" ujar Sumin yang berusaha meyakinkan lelakinya.
Tapi namja Park itu malah mendengus. "Hentikan dramamu, sialan! Pergi dari sini!! Aku tidak mau melihatmu lagi!!!" Teriaknya.
Mendapat teriakan ganas seperti itu, yeoja Baek itu refleks menggigit bibir bawahnya. "Aku bahkan menyesal pernah memiliki dendam, Jim. Mungkin kau tidak mempercayainya. Tapi tidak berbohong. Itu yang sesungguhnya"
"Pergi" desis Jimin, tak menghiraukan penjelasan Sumin.
Gadis separuh vampir itu kembali menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, berusaha agar tangisannya tidak semakin keras.
"PERGI!!" Teriak Jimin yang semakin marah.
Sumin tersentak takut. Iapun mengangguk. "Selamat Tinggal" katanya.
???? Black Roses ????
Masih dengan lelehan liquid beningnya, Sumin mulai mengemasi barang-barangnya. Ya, sesuai perintah Jimin, ia akan pergi. Meskipun ia tidak tahu akan pergi kemana, tapi yang pasti ia harus pergi.
Kejadian beberapa saat lalu masih berputar dalam tempurung kepalanya. Membuatnya semakin menangis tersedu.
Ia tidak tahu apapun. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada calon mertuanya itu. Apakah ia bunuh diri ataukah ada seseorang yang membunuhnya, Sumin benar-benar tidak tahu.
Jikalau Mrs. Park bunuh diri, apa yang membuat wanita itu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu?
Padahal kemarin mereka masih bergurau dan membuat syal rajut bersama. Dan saat itu Sumin bisa melihat cahaya kehidupan dalam netra coklatnya. Seperti semangat baru untuk melanjutkan hidup kembali.
Pasti ada sesuatu yang membuat ibu Jimin itu nekat meracuni dirinya sendiri.
Tapi jika memang Mrs. Park dibunuh, siapa pembunuhnya? Hanya ada Jihyun di rumah itu. Ah, dan ada pula suaminya yang terlihat baru datang hari ini. Tapi mereka berdua tidak mungkin membunuhnya kan?
Lalu siapa?
Tentu saja Sumin juga berduka atas kematian calon mertuanya. Dengan waktu yang mereka berdua habiskan bersama, merekapun semakin dekat. Dan gadis itu sudah menganggap ibu kekasihnya itu seperti ibunya sendiri. Untuk kedua kalinya Sumin merasakan kehilangan seorang ibu.
Tapi bukan hanya itu yang membuat Sumin merasa sangat sedih.
Kenyataan bahwa Jimin malah menuduhnya membuat dadanya terasa sangat sesak. Pria itu tidak mempercayainya. Tidak mempercayai ucapannya. Tidak mendengarkan penjelasannya.
Padahal Sumin pikir, Jimin telah benar-benar memaafkannya dan mempercayainya kembali. Padahal mereka baru saja berbaikan dan kembali bersama.
Jika tahu akan seperti ini, lebih baik mereka tidak perlu berbaikan. Biarkan mereka berada dalam situasi awkward, asal tidak saling menyakiti seperti ini lagi.
Demi Tuhan, mereka hanya saling salah paham!
Tapi bukankah wajar jika Jimin berfikir bahwa Suminlah yang membunuh ibunya?
Kekasih Jimin itu berada dalam 1 ruangan yang sama dengan ibunya. Sumin berdiri di depan ibunya yang sudah lemas. Dan tangan gadis itu memegang bunga mawar merah yang merupakan racun bagi seluruh kaum vampir.
Tentu saja otak Jimin langsung menganggap bahwa Suminlah yang membunuh ibunya. Karena jika tidak, lalu siapa lagi? Adiknya dan ayahnya juga jelas tidak mungkin membunuh satu-satunya wanita dalam keluarga Park itu.
Gadis bermata bulat itu tersenyum miris. Dengan situasi seperti itu, wajar saja jika Jimin langsung menuduhnya. Apalagi namja itu tahu bahwa Sumin pernah memiliki dendam pada ibunya.
Dengan asal, tangan lentik Sumin menghapus sisa-sisa air matanya. Helaan nafas panjang meluncur dari bibir mungilnya. Hatinya berusaha mengikhlaskan masalah ini.
Dia bukan tersangka disini. Dia tidak salah. Bahkan dia telah menjelaskan kesalahpahamannya dengan Jimin. Tapi lelaki vampir itu tidak mau mendengarkan dan malah menyuruhnya pergi.
Yeoja Baek itu menggendong ransel besarnya ke punggung. Mata bulatnya mengedar ke seluruh sudut kamar, merekam situasinya. "Selamat tinggal, belahan hatiku"
Dan gadis itupun menghilang. Bukan hanya dari tempat tinggalnya selama ini, tapi juga dari kehidupan Jimin, pria yang sangat ia cintai.
???? Black Roses ????
Selepas kepergian kekasihnya, air mata Jimin mulai mengalir. Tangannya terkepal dengan mata merah yang terfokus pada setangkai bunga mawar yang tergeletak di lantai.
Bunga sialan.
Ya, bunga mawar merah itu adalah bunga paling sialan dalam hidup Jimin.
Dulu, bunga itu adalah bunga yang membuatnya sekarat. Dan sekarang bunga itu lagi yang membuat ibunya mati.
Dan bahkan pelakunya adalah orang yang sama. Baek Sumin. Gadis yang sama sialannya dengan mawar merah itu. Dan sayangnya Jimin sangat mencintai yeoja sialan ini.
Jimin menangis bukan hanya karena dukanya untuk sang ibu. Tapi juga karena hatinya yang sakit saat tahu bahwa gadis pujaannya kembali mengkhianatinya.
Padahal Jimin telah meletakkan seluruh hatinya pada Sumin. Tapi apa balasan yang ia terima?
Pengkhianatan.
Gadis itu membunuh ibunya.
Harusnya Jimin tidak mempercayai Sumin lagi. Harusnya ia tidak memaafkannya lagi. Harusnya ia tahu bahwa Sumin masih menyimpan dendam dan ingin membunuh ibunya.
Tapi selama ini ia seolah buta. Ia terlalu terbutakan oleh cinta hingga tak melihat niat terselubung belahan hatinya itu.
Jimin sangat mencintai Sumin!
Itulah mengapa ia tidak membunuh Sumin tadi. Karena ia tidak bisa. Bahkan sebenarnya ia tidak tega membentak gadis separuh vampir itu.
Namja Park itu menggertakkan rahang, berusaha menghentikan tangisannya. Setelah menghapus air matanya, iapun mulai mengecek kondisi ibunya.
Tubuh Mrs. Park sudah sangat pucat. Buih di sudut bibirnya semakin banyak. Dan matanya terlihat semakin cekung.
Jimin semakin panik. Iapun berteriak kencang memanggil adik dan ayahnya. Dan tak berapa lama, kedua anggota keluarganya itu datang.
"Kenapa kau berteriak saat eomma sedang tidur, Hyung?" Omel Jihyun yang melihat bahwa ibunya terkulai di kursi goyangnya.
"Dimana pacarmu?" Tanya Mr. Park.
"Eomma meninggal" kata Jimin dengan hampa.
Dua pasang mata itu membulat terkejut. Dan merekapun segera berteleportasi ke dekat Jimin untuk mengamati Mrs. Park.
Jihyun dengan panik menggoncang tubuh ibunya. "Eomma! Eomma bangunlah!" Teriaknya dengan sia-sia sambil menangis.
"Apa yang terjadi?" Suara kepala keluarga Park itu terdengar hampa.
"Mawar merah itu" jawab Jimin sambil mengedikkan dagunya pada bunga indah itu.
Mr. Park dan Jihyun langsung terlihat syok menatap bunga yang bagi manusia adalah perlambang cinta.
"Bunuh diri" lirih Mr. Park masih dengan ekspresi hampanya.
"Apa?!" Pekik kedua putranya. Jihyun yang tidak menyangka bahwa eommanya telah berbuat nekad. Sedangkan Jimin yang langsung merasa bersalah pada kekasihnya.
"Kenapa appa berkata seperti itu?" Tanya Jihyun.
"Bagaimana appa tahu?" Tanya Jimin.
"Karena appalah yang memberikan bunga itu" jawab Mr. Park yang mulai menangis.
Kedua vampir remaja itu syok bukan kepalang. Mereka berdua sama-sama tahu bahwa orang tuanya memang memiliki hubungan yang tidak baik. Tapi mereka tidak menyangka bahwa akan berakhir seperti ini juga.
"Appa membunuh eomma" ujar Jihyun dengan hampa. Tidak terdengar seperti sebuah tuduhan. Malah terdengar seperti ia sedang memberitahu orang lain.
"Tidak! Eomma kalian yang memintanya" Mr. Park membela diri. "Sejujurnya appa terkejut melihat ibu kalian yang semakin pulih saat appa datang tadi. Apalagi ibu kalian mau berbicara dengan appa. Intinya kami sepakat untuk kembali memulai hubungan seperti dulu.
Kemudian ibu kalian meminta appa membelikan mawar merah. Awalnya appa menolak. Tapi eomma kalian mengatakan bahwa itu adalah bunga lambang cinta bagi manusia meskipun berarti racun bagi vampir. Dia ingin appa membuktikan keseriusan, jadi appa menurutinya"
Mata Jihyun menyipit ke arah ayahnya. "Lalu appa membuat eomma memakan bunga itu" tuduhnya.
Kepala keluarga Park itu menggeleng. "Tidak. Saat appa keluar kamar ini, eomma kalian masih hidup"
"Bohong. Appa yang membunuh eomma" kata Jihyun dengan marah.
"Aku tidak memiliki alasan untuk membunuh eommamu, Jihyun!" Ucap Mr. Park.
"Sumin yang membunuhnya" ujar Jimin yang sukses membuat ayah dan adiknya semakin terkejut.
"Apa maksudmu, Hyung?" Tanya Jihyun disertai tawa hambar.
"Harusnya aku tahu bahwa Sumin masih memiliki dendam pada eomma" Jawab Jimin.
"Dendam?" Tanya Mr. Park dengan bingung.
"Dia tahu bahwa eommalah yang membunuh ibunya" jawab Jimin lagi.
Mr. Park semakin terkejut.
"Untuk kedua kalinya dia mengkhianatiku. Bukankah aku sangat bodoh?" Dengan miris, Jimin mengusap wajahnya.
"Hentikan!" Desis Jihyun. "Lebih baik kita mengurus mayat eomma" katanya sambil membelai sisi wajah wanita yang telah melahirkannya.
???? Black Roses ????
"Hyung, itu tidak mungkin!" Kata Jungkook. "Aku yakin rasa dendamnya telah hilang!"
"Kau tahu apa, Kookie?!" Bentak Jimin. "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri! Sumin yang membunuh ibuku!"
"Apa kau yakin?" Tanya Seokjin dengan sangsi.
"Ya" Jawab Jimin dengan pasti.
"Kau benar-benar melihatnya sedang meracuni ibumu?" Tanya Namjoon.
"Jika kau melihatnya, kenapa kau tidak menghentikannya?" Tanya Yoongi.
"Aku melihatnya memegang mawar merah itu. Dan saat aku mendekat, mulut ibuku sudah berbuih" cerita Jimin.
"Bukan berarti dia pembunuhnya" komentar Taehyung yang langsung diangguki oleh keempat namja lain.
"Sudah pasti dia pembunuhnya!" Seru Jimin dengan kesal.
"Aku akan memasuki pikiran Sumin Noona" ujar Jungkook yang kemudian menghilang.
"Aku bertaruh bukan dia pembunuhnya" kata Yoongi dan langsung mendapat dengusan dari Jimin.
3 menit kemudian Jungkook kembali dengan panik. "Sumin Noona pergi"
"Ha?"
"Apa?"
"Pergi?"
"Apa maksudmu Kookie?"
"Lemarinya kosong dan ia tidak ada dimanapun" Jawab namja bergigi kelinci itu.
Jimin langsung tertawa meremehkan. "Dia pasti ketakutan atas dosa-dosanya dan lebih memilih kabur"
Taehyung menatap teman selinenya itu dengan tajam. "Kau akan menyesali kata-katamu, Jim"
Tapi vampir elektrikon itu malah mendengus. "Seorang pembunuh tidak akan kabur jika tidak merasa salah."
???? Black Roses ????
Jihyun sedang membersihkan kamar milik ibunya. Sesekali terdengar isakan lirih dari sela bibirnya. Tak bisa dipungkiri bahwa anak kedua keluarga Park itu masih berduka atas perginya sang ibu.
Meskipun begitu tangannya dengan cekatan mengganti sprei ranjang. Hingga jatuhlah beberapa amplop dari bawah bantal.
Namja berpipi chubby itu mengerutkan dahi. Setelah menghapus air mata asal, iapun memungut amplop-amplop putih itu.
Dear my beloved husband
Dear Jimin, my cool son
Dear Jihyun, my little son
Dear Sumin, my beautiful daughter
Itulah tulisan yang tertera pada masing-masing muka amplop. Dan Jihyun tahu siapa pemilik tulisan indah ini. Ibunya.
Tunggu. Ini terlihat seperti surat-surat wasiat. Yang artinya, surat ini ditulis ketika si penulis tahu bahwa ia akan segera meninggal.
Tapi bukankah pacar hyungnya yang membunuh ibunya?
Jika ini benar-benar pembunuhan, ibunya itu pasti tidak akan sempat membuat surat semacam ini. Karena bagaimanapun, yang namanya pembunuhan itu pasti terjadi secara mendadak dan tak terduga kan?
Dengan hati berdebar, Jihyunpun membuka amplop yang ditulis untuknya. Dan benar saja. Dari kalimat pertama saja sudah bisa dipastikan bahwa dugaannya benar.
Ibunya bunuh diri. Bukan dibunuh.
Vampir elektrikon itupun segera berteleportasi ke aula pertemuan kaum vampir untuk menghentikan ayah dan juga hyungnya.
"Tunggu" teriak Jihyun tepat saat Sang Raja Vampir bangkit dari singgasananya.
"Park Jihyun" sapa Sang Raja.
Pemilik nama itupun membungkuk hormat. "Maaf atas ketidak sopanan saya, Raja. Tapi Sumin Noona tidak bersalah"
Mendengar itu, semua orang yang ada disana terkesiap. Terutama Jimin.
"Karena aku menemukan surat wasiat yang ditulis oleh eomma" lanjut Jihyun sambil menunjukkan benda yang dimaksud.
"Apa isi surat itu, Jihyun ssi?" Tanya Raja dengan penasaran.
Jihyunpun memberikan semua amplop itu.
Tapi setelah melihat tulisan di muka amplop, Raja segera mengembalikannya. "Kalian harus membacanya terlebih dahulu"
"Raja bisa membaca milik saya" kata namja bersurai coklat alami itu sambil menerima ketiga amplop lain. "Saya telah selesai membacanya"
Setelah mengangguk, pria penguasa kaum vampir itu mengamati surat. Begitu juga dengan Mr. Park dan Jimin yang tenggelam dengan surat masing-masing.
Dear Jimin, my cool son
Jimin, maaf eomma meninggalkanmu disaat yang tidak tepat.
Tapi maaf, eomma tidak sanggup lagi.
Dengan hadirnya Sumin, eomma memang kembali merasa hidup. Tapi setelah eomma bertemu appamu dan berbicara dengannya, eomma sadar. Appamu memang tidak pernah mencintai eomma. Hatinya telah menjadi milik belahan hatinya. Bahkan meskipun ia mengatakan bahwa ia mau mencoba membangun hubungan kembali, tapi eomma tahu itu tidak akan sama seperti apa yang eomma bayangkan.
Setelah beratus-ratus tahun mencintainya, eomma merasa sia-sia.
Dan inilah keputusan eomma. Eomma harap kau tidak akan marah karena telah pergi meninggalkanmu bahkan saat hari pernikahanmu semakin dekat.
Tapi eomma berjanji akan menyaksikan pernikahanmu sebagai angin yang akan menyejukkan kau dan Sumin.
Terlepas dari masa lalunya, Sumin adalah gadis yang baik, Jim. Eomma senang kau ditakdirkan untuk hidup selamanya bersamanya. Jaga ia baik-baik, arrachi?
Awas saja jika kau menyakitinya, eomma pastikan untuk mengirimimu badai besar dari surga!
Eomma menyayangimu
Happy wedding, my son!
Dengan itu, Jimin menangis. Tidak peduli jika ia masih berada di dalam aula pertemuan. Yang pasti ia menyesal. Sangat menyesal.
Perlakuannya pada Sumin hari itu kembali terulang dalam otaknya. Membuatnya semakin menyesal telah menuduh dan meneriaki gadis malang itu.
Tentu saja gadis itu tidak ada lagi di mansion. Karena memang Jimin menyuruhnya untuk pergi. Dan kekasihnya itu memutuskan untuk benar-benar pergi dari kehidupannya.
Jiminpun langsung merutuki kebodohannya. Kenapa ia tidak mendengarkan penjelasan Sumin saat itu? Kenapa ia malah mendahulukan emosinya?
"Maafkan saya, Raja. Bolehkah saya pergi?" Tanya Jimin setelah menghapus air kesedihannya.
"Apa maksudmu, Jimin ssi? Kita belum selesai disini" jawab Raja dengan kening berkerut.
"Saya harus mencari Sumin. Dia bukan pembunuhnya" kata namja bersurai hitam kelam itu dengan tangan terkepal.
"Tapi-" kata-kata Sang Raja terhenti saat Jimin menyodorkan surat miliknya.
"Dia akan kesakitan jika saya tidak mengubahnya menjadi vampir" ucap Jimin setelah Raja menerima suratnya.
"Pergilah"
"Terima kasih atas kemurahan hatimu, Yang Mulia" dan Jiminpun menghilang.
Tempat pertama yang Jimin datangi adalah kamar Sumin di mansion. Tapi gadis pujaannya itu memang tidak ada disana. Bahkan pakaiannya sama sekali tidak ada.
Setelah mencari Sumin di setiap sudut mansion tanpa hasil, Jiminpun pergi ke rumah Sumin dulu. Rumah yang juga adalah toko bunga.
Tapi nihil.
Rumah itu bahkan telah berdebu, seperti sama sekali tidak pernah ada orang yang datang kesana.
Lantas Jimin pergi ke seluruh tempat yang mungkin akan didatangi Sumin. Seperti hotel, atau apartemen, atau bahkan penginapan.
Tapi percuma.
Gadis separuh vampir itu benar-benar telah pergi.
Di tengah hiruk pikuk kota, untuk pertama kalinya Jimin merasa tersesat dan bingung.
Sesuai kalimat Taehyung beberapa hari lalu, Jimin menyesali kata-katanya. Andai ia tidak menyuruh gadisnya pergi.
TBC
Ada yg nangis?
Btw, chapter depan tamat
With love, Astralian ????