Ketika tidak ada lagi cairan yang bisa dihisap, Jimin menarik sepasang taringnya. Mangsanya telah mati. Jimin tau itu karena tubuh gadis Choi ini telah mengering. Meninggalkan tulang-tulangnya yang terbungkus kulit coklat kering keriput.
Di seberangnya, Jungkook mengusap mulutnya dengan punggung tangan. Benar. Mereka berdua berbagi darah Inha hingga yeoja itu mati. "Darahnya tidak buruk juga." Komentar namja bergigi kelinci itu.
Jimin langsung terkekeh. "Aku setuju. Kupikir darah para vampire hunter akan terasa pahit"
Tawa Jungkook meledak. "Apakah kita harus menguburnya?" Tanyanya setelah tawanya reda.
Jimin mengamati mayat Inha sesaat. "Mundur Kookie"
Meskipun tidak mengerti mengapa hyungnya itu menyuruhnya mundur menjauhi Inha, Jungkook tetap melakukannya.
Tiba-tiba Jimin menghentakkan kedua tangannya ke lantai. Listrik-listrik mini seketika muncul dan merambat menuju tubuh Inha. Listrik ungu itu membungkus Inha layaknya kain pembungkus mumi. Dan entah bagaimana listrik itu berubah menjadi api merah.
Terkejut dengan kobaran api itu, Jungkook berjengit menjauh. Jiminpun perlahan mundur menjauhi mayat Inha yang terbakar. Kedua vampir tampan itu menatap pembakaran tersebut tanpa ekspresi. Seolah sama sekali tidak mengenal orang yang terjebak dalam panasnya bara api.
"Ayo kita pergi, Kookie" kata Jimin. Setelah Jungkook mengangguk, kedua namja itupun menghilang dari ruang penjara itu.
Meninggalkan mayat Inha yang terbakar bersama dengan kursi kayunya.
???? Black Roses ????
Penyerangan telah selesai. Markas para vampire hunter telah hancur tanpa menyisakan seorangpun manusia.
Dan atas kemenangan itu, Raja Vampir mengumpulkan semuanya di aula pertemuan. "Mari bersulang atas kemenangan yang telah kita raih" ucap beliau sambil mengangkat gelas pialanya tinggi-tinggi.
Semua vampir mengikuti gerakan pemimpin mereka sambil bersorak-sorai. Setelah itu bersama-sama menenggak darah dalam gelas piala masing-masing.
Setelah euforia kemenangan itu reda, Sang raja kembali angkat suara. "Aku ucapkan terima kasih kepada kalian semua. Kemenangan kita tidak terlepas dari mereka yang telah mengorbankan nyawa. Setidaknya 20 saudara kita mati dalam peperangan kemarin. Harga yang cukup sedikit mengingat kita berhasil meratakan markas itu. Mari kita doakan dan selalu mengingat mereka sebagai pahlawan"
Seketika itu semua vampir menundukkan kepala untuk berdoa selama 1 menit penuh.
"Mereka memang tak lagi ada di dunia. Tapi ingatlah dalam hati kalian bahwa mereka adalah pejuang." Lanjut Raja sambil mengamati semua warganya. "Tapi ini belum berakhir. Pemimpin mereka entah bagaimana berhasil lolos. Bahkan keparat itu juga berhasil menyarangkan peluru di lengan anakku"
Semuanya terkesiap mendengar informasi itu. Sumin dan Jungkook bahkan langsung berpandangan. Karena mereka berdualah orang terakhir yang bertemu dengan pangeran sebelum anak pertama Raja Vampir itu mendatangi pemimpin organisasi vampire hunter.
"Youngwoo, tunjukkan apa yang terjadi saat itu" perintah Raja sambil duduk di singgasananya.
Namja yang dipanggil segera maju dan menghadap tembok kosong. Tangannya terulur dan gambaran kejadian hari itupun terlihat. Bisik-bisik mulai terdengar dari semua sudut ruangan. Dan saat visi itu berakhir, bisikan itu terdengar semakin keras.
"Itu bukan peluru biasa. Dan sudah pasti dia juga bukan manusia biasa" dua kalimat ini membuat semuanya kembali diam.
"Pria bertopeng itu bisa menghilang. Sudah pasti dia bukan manusia. Dan peluru yang bersarang di lengan pangeran Daehyun membuat daging disekitarnya membusuk. Peluru itu memang tidak terbuat dari perak. Tapi terdapat ukiran-ukiran aneh yang mengelilinginya." Jelas Raja dengan suram. "Saat ini peluru itu sedang diteliti. Dan pangeran Daehyun sepertinya tidak bisa melanjutkan tugasnya sebagai Dewan Vampir utama seperti biasanya." Raja menoleh ke sebelah kiri, tempat semua anaknya duduk. "Jadi siapa yang kau percaya untuk menggantikanmu, pangeran Daehyun?"
Namja yang lengannya masih dibalut itu segera berdiri. "Dengan segala hormat, Raja. Saya menunjuk pangeran Jaehyun untuk menggantikan posisi saya"
Mata pangeran Jaehyunpun seketika membulat terkejut. Bibirnya sedikit terbuka seolah ingin melayangkan protes.
"Aku menunjuknya bukan tanpa alasan. Karena aku tahu kau bisa melakukan hal yang lebih baik dariku, Jae" lanjut Daehyun sambil menatap adik terakhirnya. "Aku tidak bisa mempercayakan posisi ini pada orang lain selain dirimu"
Jaehyun awalnya terlihat bimbang. Kemudian iapun mengangguk. "Aku tidak akan mengecewakanmu" katanya setelah bangkit.
Namja bersurai hitam ungu itu mengangguk sambil tersenyum. "Sementara memulihkan diri, ijinkan saya untuk melatih pangeran Hoseok, Raja"
Kali ini Hoseok yang terkejut. Semua orang memandanginya, membuatnya semakin merasa gugup.
"Kemarilah, nak" pinta Raja disertai senyuman.
Hoseokpun bangkit dan berjalan menghampiri Raja Vampir yang ternyata adalah ayahnya.
"Saudaraku, kuperkenalkan pada kalian semua anak keduaku, Pangeran Jung Hoseok" ucap Raja dengan suara menggelegar.
Serempak, semua vampir yang berada di aula itu membungkuk hormat pada pangeran baru mereka. Hoseok tentu saja merasa tersanjung. Tapi iapun juga merasa terintimidasi dengan lingkungan baru dan orang-orang baru ini meskipun ia sudah menjadi vampir sepenuhnya.
Benar. Setelah ia berada di mansion keluarga Jung yang bak istana, Raja Vampir segera mengubahnya menjadi vampir. Menjadi makhluk nocturnal seperti ini tidak buruk juga baginya. Bahkan kini ia sudah terbiasa dengan pola aktivitas serta makanan pokoknya.
"Sebagai vampir baru, banyak hal yang harus kau pelajari. Dan kau akan mempelajari segala hal yang dibutuhkan dengan pangeran Daehyun dan Namjoon sebagai mentormu" kata Raja sambil menepuk punggung Hoseok.
"Suatu kehormatan bagi saya, Raja" ucap Namjoon sambil membungkuk.
???? Black Roses ????
Ini sudah seminggu sejak kematian Choi Inha, dan Sumin terlihat biasa saja. Yeoja bermata bulat itu seolah tidak merasa kehilangan sama sekali. Tidak ada sedikitpun kesedihan yang terpancar dari wajahnya.
Sebenarnya semua penghuni mansion merasa heran melihatnya. Tapi jika diingat seberapa teganya gadis itu ketika menyiksa sahabatnya sendiri, masuk akal juga kenapa Sumin bersikap seperti itu.
Ada pula satu hal yang membuat semua orang bingung. Ya, tentang hubungan Sumin dan Jimin. Hubungan mereka benar-benar tidak ada kemajuan sama sekali. Padahal saat memburu Inha, mereka berdua terlihat kompak dan saling bekerjasama. Tapi sekarang?
Mereka hanya saling mengangguk jika tidak sengaja berpapasan. Mereka hanya saling diam jika berada di ruangan yang sama. Mereka benar-benar terlihat sangat canggung. Dan itu sungguh membuat Taehyung dan Jungkook gemas. Pasalnya kedua namja itu memang pernah melihat keromantisan Jimin dan Sumin dulu. Lalu tidak adakah dari keduanya yang rela menurunkan gengsinya untuk kembali berbaikan? Sungguh sepasang kekasih itu terlalu gengsi hanya untuk memulai pembicaraan.
Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam. Semua penghuni mansion berkumpul di ruang makan untuk menikmati makan malam mereka. Seokjin, Yoongi, Namjoon, Jimin, Taehyung, Jungkook, dan bahkan Hoseok yang sedang menginap disana. Tapi satu-satunya gadis yang tinggal disana tak kunjung muncul bahkan sampai semuanya selesai makan.
"Dimana Sumin? Apa ia tidak mau makan?" Tanya Jimin akhirnya.
"Dia sudah makan terlebih dulu" jawab Seokjin.
Dahi Jimin mengerut. Ia merasa aneh karena biasanya Sumin akan makan bersama mereka juga. Apakah ini artinya gadis itu sudah mulai berusaha menjauhinya?
"Apa sekarang kau cukup peduli padanya hyung?" Tanya Jungkook yang sukses membuat semua orang tersentak, terutama Jimin. Sepertinya si maknae ini menangkap apa yang dipikirkan Jimin barusan.
Sejujurnya Jimin tidak memiliki kata-kata apapun untuk menjawab pertanyaan sarkas Jungkook.
Suasana ruang makan itu seketika berubah canggung. Sebenarnya semua orang merasa tidak enak untuk ikut campur dalam hubungan Jimin dan Sumin. Tapi jika Jungkook tidak berkata seperti itu, Jimin juga mungkin tidak akan menurunkan gengsinya.
"Hentikaaaaaan!!!" Teriakan itu sampai ke telinga semua orang.
Hoseok langsung menegang dengan pandangan horor. "Siapa itu?"
"Sumin" jawab Jimin yang sama tegangnya.
"Kumohon hentikan, Jimin!!!"
Mendengar teriakan Sumin yang kedua seketika membuat hati Jimin seolah longsor. "Apa yang terjadi?"
"Sekarang sedang bulan purnama" jawab Yoongi dengan santai seolah sedang membicarakan cuaca cerah.
Otak Jimin bekerja cepat. Dan jawaban dari pemikirannya langsung membuatnya terperanjat. Sumin sedang kesakitan!
Namja Park itu segera berteleportasi ke depan pintu kamar Sumin. Jantungnya bertalu-talu dalam rongga dadanya. Setelah menghela nafas panjang, iapun mendekatkan telinganya pada daun pintu kamar Sumin. Tapi sayang, telinganya tidak menangkap suara apapun.
Pikiran buruk langsung menghantui Jimin. Kenapa tidak ada suara apapun? Bagaimana jika Sumin mati? Tidak!
Jimin tidak akan membiarkan Sumin mati. Ia belum meminta maaf dan menebus kesalahannya. Sumin tidak boleh mati sekarang!
Pemikiran seperti itulah yang mendorong Jimin untuk memberanikan diri membuka pintu kamar Sumin. "Sumin?"
Tidak ada suara apapun.
Namja bersurai hitam kelam itu bergegas masuk dan mencari Sumin di setiap sudut ruangan. Tapi nihil. Gadis separuh vampir itu tidak ada di manapun.
"Sumin!" Teriak Jimin sambil membuka pintu balkon.
"Dia tidak ada disini, Jim" kata sebuah suara datar yang sudah pasti adalah Yoongi.
Jimin tiba-tiba berteleportasi ke hadapan Yoongi. "Dimana dia?"
"Gudang. Tapi-"
Tanpa mendengarkan penjelasan Yoongi lagi, Jimin menghilang dari sana.
Ia sampai di lorong yang menuju gudang mansion. Lorong itu biasanya lenggang. Tapi kali ini penuh sesak oleh barang-barang yang seharusnya berada di dalam gudang.
Dan dari sini, Jimin dapat mendengar teriakan teredam dari balik pintu besi gudang. Perlahan pria itu mendekati pintu dengan ekspresi tegang. Tangannya mencengkram gagang pintu dengan perasaan berkecamuk.
Sejujurnya ia tidak siap melihat Sumin yang sedang kesakitan. Apalagi gadis itu berkali-kali menyebut namanya untuk meminta ampun. Hatinya seperti diremas kuat bahkan sebelum ia melihat kengerian itu sendiri.
"Jangan dibuka"
Jimin tidak perlu menengok untuk tahu bahwa orang yang mencegahnya adalah Yoongi.
Tidak memperdulikan peringatan itu, jemari Jimin mulai membuka kunci pintu.
"Kuperingatkan kau, Jim!" Suara Yoongi meninggi.
Jimin seolah tuli. Ia sama sekali tidak mengindahkan perkataan hyungnya. Hingga kini ia siap untuk membuka pintu yang memisahkannya dengan Sumin.
"Bahkan jika kau masuk, tidak ada hal yang bisa kau lakukan untuk menolongnya" kali ini suara Yoongi terdengar rendah, seolah pasrah akan keputusan Jimin.
Dan inilah keputusan Park Jimin. Ia membuka pintu gudang itu, dan telinganya langsung berdenging oleh teriakan Sumin.
Sumin terlihat sedang berguling kesakitan sambil mencakari wajahnya sendiri. "AMPUNI AKU, JIMIN!!!"
Hati Jimin seperti ditusuk oleh pisau tak kasat mata saat melihat orang yang ia sayangi sedang berdelusi seperti itu. Liquid bening mulai berkumpul di pelupuk matanya. Dan saat Jimin mengerjap, benda cair itu meleleh membasahi pipinya.
"HENTIKAN, JIM! KUMOHON HENTIKAN!!!" teriakan Sumin menggelegar. Dan di detik berikutnya, ia memuntahkan isi perutnya.
Jimin tidak sanggup melihat ini. Kakinya mulai beranjak mendekati Sumin. Tapi sebuah tangan mencengkram lengannya.
"Tidak ada yang bisa kau lakukan" kata Yoongi, mengulangi perkataannya beberapa saat lalu.
"Pasti ada, Hyung. Pasti ada yang bisa kulakukan untuk meringankan penderitaannya" jawab Jimin disela tangisannya. Kemudian dengan sekuat tenaga ia melepas cengkraman Yoongi dan segera berteleportasi ke dekat Sumin.
Namja elektrikon itu berjongkok untuk lebih dekat pada Sumin yang kembali mencakari wajahnya sendiri. Dengan lembut Jimin menarik tangan Sumin untuk menghentikan aksi cakarannya. Ibu jarinya mengusap pergelangan tangan Sumin agar gadis itu tenang.
"Hentikan, Sumin. Itu akan menyakiti dirimu sendiri" ucapnya dengan lembut.
Tapi Sumin malah menangis semakin kencang. Mata bulatnya menatap Jimin dengan penuh ketakutan. "Maafkan aku, Jim. Kumohon jangan bunuh aku" lirihnya sambil beringsut menjauhi namja itu.
Jimin terlalu syok hingga tanpa sadar ia melepas genggamannya pada tangan Sumin. Dan kesempatan itu digunakan Sumin untuk merangkak ke sudut gudang. Gadis itu duduk di pojok sambil memeluk lututnya. Matanya terus mengawasi Jimin yang masih mematung di tempatnya.
"Bukankah sudah kuperingatkan kau?" Ujar Yoongi sambil menepuk pundak Jimin.
Dengan itu si namja Park pulih dari syoknya. Ia menatap Sumin dengan sedih. Air matanya benar-benar tidak bisa dibendung. Perlahan ia bangkit meski matanya masih menatapi Sumin.
"JANGAN MENDEKAT!!!" Teriak Sumin saat menangkap pergerakan Jimin.
Jimin tidak merespon meskipun matanya masih menatap Sumin dengan sendu.
"Aku pernah berusaha menolongnya. Aku pernah menyembuhkannya disaat dia sedang kesakitan seperti ini. Tapi percuma. Dia kembali berhalusinasi dan mencakari dirinya sendiri lagi" jelas si namja Min. "Jika aku yang seorang vampir penyembuh gagal menyembuhkannya, lalu apa yang bisa kau lakukan untuk menyelamatkannya? Langsung membunuhnya dengan petirmu?"
Jimin menggeleng dengan lemah. "Aku tidak ingin dia mati. Tapi aku tidak bisa melihatnya seperti ini"
"Aku juga sudah memperingatkanmu untuk tidak melihatnya"
Jimin tidak menjawab. Itu memang salahnya. "Sampai kapan ia akan seperti ini?"
"Hingga bulan tak lagi nampak"
"Aku akan menunggunya disini"
"Tidak. Halusinasinya akan semakin nyata jika dia melihatmu"
"Baiklah aku akan menunggunya di luar" dengan linglung Jimin menyeret kakinya keluar dari gudang itu dengan Yoongi yang mengikuti di belakangnya.
Setelah keluar, si namja penyembuh menutup pintu dan kembali memasang kunci. Sedangkan Jimin langsung duduk di lantai dingin, bersandar pada pintu besi yang sama dinginnya.
"Kau tahu konsekuensinya jika kau masuk kesana lagi" ujar Yoongi yang mulai beranjak pergi.
"Hyung" panggil Jimin saat yang lebih tua mencapai belokan lorong. "Kau pasti tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkannya"
Yoongi berhenti. "Kau tahu sendiri apa jawabannya"
"Aku akan mengubahnya menjadi vampir besok"
"Perbaiki hubungan kalian sebelum kau berniat untuk melakukan hal itu padanya" kemudian Yoongi menghilang meninggalkan kalimat yang membuat Jimin berpikir keras.
TBC
Tanda-tanda akan tamat (?)
With love, Astralian ????