You are everything
Setelah beberapa minggu menempuh ilmu di sekolah baru, Herdino Ruzyafkar Pratama, seorang siswa laki-laki berpenampilan keren, cool, berwajah tampan, tinggi, suka kebersihan, pintar, lemah lembut, dan apabila sedang emosi Afkar tidak bisa dikendalikan. Selain itu, Afkar juga jago main gitar, hobi main basket, dan suka mendengarkan musik.
Setelah masa pengenalan lingkungan sekolah yang berakhir minggu lalu, kelas sudah mulai dibagikan sesuai tingkat kompetensi siswa masing-masing. Beruntung, Afkar masuk ke kelas MIPA. Kebetulan pula, Rena juga masuk di kelas MIPA satu kelas dengan Anta. Dan bagusnya lagi, kelas mereka juga berdampingan.
Di rumah, Afkar sangat suka mengoleksi jaket, jadi tak heran bila jaket yang dia pakai ke sekolah setiap hari kadang berbeda-beda warnanya.
Pagi ini di sekolah pukul 06.35, Afkar sedang berada di koridor atas sendirian sambil menggunakan earphone warna hitam miliknya. Dia meresapi setiap alunan lagu yang dia putar dengan mengangguk-anggukkan kepala dan sesekali bernyanyi lirih. Dan tiba-tiba, seseorang datang dan mengagetkannya dari belakang.
“Kar!! Lo ngapain disini? Dingin tahu, masuk yuk,” ajak Yoga, teman sekelas Afkar sambil memeluk tubuhnya sendiri.
“Gue lagi dengerin musik, emang kenapa sih? ngagetin aja,” ketus Afkar sambil memindahkan posisi earphonenya ke leher.
“Ooh kirain ngapain. Eh, ngomong-ngomong lo tau nggak bentar lagi sekolah kita bakal ngadain pesta seru? Tahu nggak?” tanya Yoga dengan antusias.
“Emang pesta apaan? Paling juga pestanya cuma gitu-gitu aja, nggak seru.” Afkar datar.
“Ya emang nggak seru sih, tapi kan romantis. Mungkin ada pengumuman lo tunggu aja,” ucap Yoga yakin.
Afkar hanya menjawab celotehan Yoga dengan anggukan kepala, setelah itu Yoga pergi meninggalkan Afkar sendiri di depan kelas.
Tiba-tiba dari arah samping....
“Halo, dek Afkar! Selamat pagi!” sapa seseorang dari samping kiri sambil menepuk pundak Afkar.
“Oh halo kak. Selamat pagi juga,” sapa balik Afkar dengan senyuman sekilas.
“Oh ya dek, kemaren kan aku minta nomor kamu, tapi belum kamu kasih. Boleh minta sekarang nggak? Sekalian tanda tanganin kertas ini, soalnya minggu lalu aku lupa mau kasih tahu kamu waktu di kelas gugus,” ucap orang itu sambil menyerahkan selembar kertas putih kepada Afkar.
“Iya kak, boleh. Tapi ini kertasnya...” jeda Afkar yang terlihat bingung melihat kertas yang dibawanya.
“Kertas apaan ya? Kok ada fotoku?” tanya Afkar.
“Pokoknya kamu tanda tanganin aja kertas itu, nanti biar aku bawa lagi sekalian nomornya kamu tulis disitu aja. Dan fotonya itu sebagai bukti, kalo wajah asli kamu itu kayak gitu,” suruhnya.
Tanpa pikir panjang Afkar segera menuliskan nomor ponselnya dan menandatangani kertas itu sesuai perintah kakak pendamping gugusnya dan berharap orang itu segera meninggalkan dia sendiri. Ya, orang yang tiba-tiba saja mengagetkan Afkar adalah kakak pendamping gugusnya pada saat masa pengenalan lingkungan sekolah. Namanya Kak Yani. Selama masa pengenalan lingkungan sekolah, Kak Yani selalu saja mencari cara untuk menarik perhatian Afkar. Salah satunya yang sedang ia lakukan sekarang, meminta nomor ponsel dan tanda tangan Afkar yang sebenarnya bukan untuk kepentingan sekolah.
“Ini kak. Ada yang lain?” tanya Afkar.
“Nggak kok dek, udah ini aja. Makasih banyak ya dek, kamu baik deh,” goda Kak Yani sambil mencubit pipi Afkar.
“Iya kak, sama-sama,” jawab Afkar menghindar dari cubitan kakak pendamping gugusnya itu.
Setelah itu Kak Yani meninggalkan Afkar dan melambaikan tangannya ke arah Afkar. Namun, Afkar segera memalingkan wajahnya karena tidak ingin melihat kakak pendamping gugusnya melambaikan tangan ke arahnya.
“Kar! Ayo masuk kelas dulu, ada pengumuman nih,” Afkar seketika menoleh ke sumber suara. Ternyata ia adalah Nada, teman sekelasnya yang sekarang menjabat sebagai sekretaris di kelas.
Afkar pun masuk ke kelasnya dan duduk di bangkunya. Di depan papan tulis, sudah ada seorang laki-laki yang berdiri di hadapan teman-temannya.
“Oke semuanya, ada pengumuman penting nih. Jadi, bulan ini sekolah kita akan mengadakan pesta topeng. Dan acaranya akan diadakan pada malam hari di Aula sekolah. Semuanya harus terlibat dalam acara ini, karena acara ini ada absensinya. Kalo misalnya ada yang nggak ikut tanpa alasan yang jelas, hukumannya akan di serahkan kepada pihak sekolah. Dari sini ada yang ditanyakan?” jelas Ketua Kelas di kelas Afkar.
“Bentar-bentar, acara ini dalam rangka memperingati apa? Masa ngadain acara tanpa tujuan yang pasti?” tanya Nada sambil menglambaikan satu tangannya
“Oh iya, acara ini diadakan dalam rangka ulang tahun sekolah. Dan agenda acara pembukaan pertama yaitu diadakan pesta topeng. Acara ini akan diadakan minggu depan dan semua siswa harus memakai baju resmi kecuali untuk cewek yang harus memakai gaun saat pesta, terus topeng, sama aksesoris lain. Untuk topeng harus dipakai langsung dari rumah dan jangan dilepas sampai ada perintah dari Ketua Osis. Nanti bakal ada dansa cowok sama cewek.” Seketika kelas pun riuh.
“Wihh suasana jadi romantis dong kalo gitu? Ah jadi nggak sabar gue,” ujar Yoga sambil cengar-cengir sendiri.
“Bilang aja lo mau cari pacar kan?” ejek Igo.
“Ah lo, selalu bocorin rencana gue,” kesal Yoga.
Serentak satu kelas tertawa mendengar obrolan Igo dan Yoga. Begitu juga Afkar yang hanya tersenyum menanggapinya.
“Oke pengumumannya cuma itu doang. Dan pastikan semua ikut ya, soalnya nanti kalo nggak ikut nyesel banget tuh. Kan acara ini termasuk moment langka di sekolah,” jelas Ketua Kelas mengakhiri pengumuman ini.
Setelah pengumuman selesai, ketua kelas kembali ke bangkunya dan semua temannya bubar.
Afkar berjalan keluar kelas dan kembali ke posisi awal. Tanpa sengaja, saat Afkar berdiri di tepi koridor lantai dua, ia melihat seorang gadis yang wajahnya tidak asing lagi baginya sedang berjalan di bawah. Afkar seringkali berpapasan langsung dengan gadis itu tanpa sengaja.
Dalam hati, Afkar bertanya, kenapa setiap saat dia selalu bertemu dengan gadis itu? Seperti gadis itu ada dimana-mana. Afkar sedikit merasa aneh dengan keadaan ini. Namun Afkar sebenarnya juga sudah tahu bahwa kelas gadis itu bersebelahan dengan kelasnya. Jadi, pastinya hampir setiap hari selalu berpapasan dengannya. Gadis yang dia maksud adalah Rena, gadis yang dia antar pulang kemarin.
***
Satu minggu pun telah berlalu, tibalah saatnya acara pesta topeng dimulai. Semua siswa mulai berdatangan dengan penampilan yang sudah memenuhi ketentuan yang diminta sekolah. Tidak ada satu orang pun yang mengetahui wajah-wajah temannya. Karena semuanya memakai topeng, dan topeng itu akan dilepas ketika ketua osis memerintahkan mereka untuk membuka topeng.
Di tengah acara, terlihat dua orang cewek yang memakai gaun putih dan merah, yang satu rambutnya dibiarkan terurai yang satunya lagi digulung ke atas dan mereka memakai topeng dengan model sama namun warnanya berbeda. Mereka berdua adalah Rena dan Anta.
“Wahh Ren, acaranya meriah banget disini, kita masuk aja udah pada joget-joget tuh. Pasti seru deh. Lo mau makan nggak? Disana banyak makanan juga loh. Pasti enak-enak semua, ya kan?” sahut Anta dengan kecepatan maksimum
“Iya, Ta, gue tahu. Lo udah laper ya? Ngiler terus nih kayaknya,” nasihat Rena.
“Enak aja lo kalo ngomong. Terus sekarang kita mau ngapain disini? Masa mau berdiri disini doang? Garing tahu.” tanya Anta.
“Kita berpencar aja, yuk. Kan disini banyak temen yang lain, nggak enak kalo nggak saling kenal. Gimana?” tanya Rena.
“Ya udah kalo gitu, nanti gue telfon lo ya kalo acaranya udah selesai. Kan kita berangkat bareng, jadi baliknya juga bareng dong,” jawab Anta.
“Iyaa gue tahu. Udah ah gue mau kesana dulu byee.”
Akhirnya Rena dan Anta memutuskan untuk berpencar sampai acara selesai.
Di sisi lain terlihat seorang cowok yang memakai jas warna putih dan kemeja dalam berwarna hitam lengkap dengan dasi serta memakai topeng biru. Ya, itulah Afkar. Di pesta sekolah kali ini, Afkar memutuskan untuk memakai jas putih karena dia memang sedang ingin memakai warna putih di malam hari.
Karena siswa sudah mulai banyak yang datang, acara puncak pun dimulai. Lampu aula dimatikan, dan hanya menyalakan lampu warna warni di sisi atas, bawah, kanan dan kiri. Lagu bergenre romantis pun mulai diputar. Kemudian, ketua osis mengambil microfon dan mulai memerintahkan semua siswa untuk menutup mata mereka dan meresapi lagu yang diputar agar masuk ke dalam hati yang paling dalam.
Semua siswa kemudian menutup mata mereka secara bersama-sama, dan para panitia acara pun mulai turun dari panggung untuk memulai aksinya.
Mereka menyatukan tangan cewek dan cowok yang hadir pada acara itu dan menyuruh mereka menggenggam tangan yang mereka pegang. Setelah semuanya sudah menggenggam tangan pasangan mereka masing-masing, panitia acara segera menepi dan mengamati para undangan dari atas panggung.
Rena yang berada di posisi tengah, terlihat gugup saat tangannya sudah digenggam oleh seseorang. Posisi yang sama juga di tempati oleh Afkar, Afkar berada di belakang seorang cewek. Dan tanpa sepengetahuan mereka berdua, panitia menyatukan kedua tangan mereka, dan otomatis Rena dan Afkar akan berpasangan saat dansa. Kebetulan pula, warna baju mereka sama-sama putih dengan kombinasi warna lainnya.
“Oke semuanya, silahkan buka mata kalian perlahan-lahan dan langsung berbalik ke mengahadap ke pasangan kalian,” ucap Ketua Osis membuat suasana jadi tegang.
Begitu membuka mata dan berbalik, Rena sangat terkejut mendapati bahwa seorang cowok berjas putih yang sedang memegang tangannya. Rena tidak mengetahui bahwa cowok di depannya itu adalah Afkar, begitu pula Afkar. Afkar juga tidak mengetahui bahwa tangan cewek yang dia pegang adalah tangan Rena.
Anjir. Rasanya gue pengen kabur dari sini. Cowok ini siapa ya? Semoga aja bukan Afkar, batin Rena tegang.
“Baiklah, kalian semua sudah mendapatkan pasangan masing-masing dan sekarang kami akan memutarkan lagu yang indah. Dan malam ini kita akan menikmati suasana cinta yang bergejolak di sekolah kita yang tercinta ini, oke?” ucap panitia.
“OKE!!” serentak semua yang memenuhi aula berteriak.
Kemudian panitia mulai memutarkan lagu romantis dan diikuti oleh para pasangan yang mulai berdansa.
Dengan menatap gadis di depannya dan tersenyum, Afkar bertanya...
“Kamu bisa dansa nggak?” tanya Afkar.
“Em enggak,” jawab Rena gugup
Dengan wajah tersenyum setengah pasrah, tangan Afkar sebelah kanan mulai menggenggam tangan Rena sebelah kiri, dan tangan Afkar satunya lagi memegang pinggang Rena bagian kanan. Sementara itu, tangan Rena sebelah kiri juga menggenggam tangan Afkar dan tangan satunya lagi berada di bahu Afkar sebelah kiri. Rena sangat gugup saat itu, karena dia selama ini belum pernah berdansa sama sekali.
“Karena kamu belum bisa dansa, kamu ikutin gerakan aku aja, oke?” ucap Afkar menatap Rena. Dibalas oleh Rena dengan anggukan kepala.
Setelah posisi mereka sudah benar, Afkar memulai gerakan ke belakang, ke kanan dan ke kiri dengan perlahan yang diikuti oleh Rena. Dengan gerakan ke kiri kemudian ke kanan, mereka bertatapan saat berdansa. Lagu yang diputar oleh panitia membuat mereka nyaman berdansa, karena lagu itu adalah kesukaan Rena. Dan Afkar lama-kelamaan juga terlihat mulai menikmati alunan lagunya.
Dengan mata yang menatap gadis yang berada di depannya, Afkar sesekali tersenyum menahan tawa dengan ulahnya yang terlihat kebingungan dengan gerakan dansanya. Namun, di sisi lain Afkar juga melihat senyuman gadis di depannya yang begitu menawan hingga memberanikan Afkar untuk bertanya hal yang seharusnya tidak penting untuk dijawab.
“Aku boleh tanya sesuatu ke kamu?” tanya Afkar.
“Tanya apa?” tanya balik Rena.
“Kenapa senyum yang kamu ukir malam ini manis banget?” tanya Afkar.
“Maksud kamu?” jawab Rena.
“Senyum. Aku nggak pernah lihat senyum cewek semanis itu kalo lagi berhadapan sama aku,” Afkar menyentuh bibir Rena dengan telunjuknya dan tersenyum
“Apaan sih? Gak jelas,” wajah Rena berubah merah.
“Ternyata bener ya? Cewek tuh nggak pernah mau jujur sama perasaannya sendiri. Ketahuan ada orang yang tahu kalo dia sedang jatuh cinta, tapi dia nggak pernah mau membocorkan isi hatinya,” ucap Afkar.
“Kamu nyindir aku atau cuma mencoba untuk menggombal doang?” bingung Rena.
“Kalo bisanya cuma gombal doang ke cewek, namanya bukan cowok. Cowok itu harus bilang jujur ke cewek tentang perasaannya, kalo dia mau kebahagiaan menghampirinya,” jelas Afkar.
Parah!! Dia cowok puitis, duhh bisa-bisa ngefly terus nih disini, batin Rena dengan menatap ke arah cowok itu.
Afkar melihat tingkah laku pasangannya yang dari tadi sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri. Afkar tahu arti dari tingkah lakunya.
“Aku cuma bilang doang tadi, dan kata-kata itu bukan buat kamu. Jadi nggak usah geer,” Afkar mencoba untuk membuat pasangannya kesal.
ANJIRR!! batin Rena.
“Siapa coba yang geer?” jutek Rena.
Afkar tersenyum saat itu. Malam itu suasana semakin romantis, para pasangan yang berdansa juga lama-kelamaan menjadi lelah dan bubar sendiri-sendiri. Namun, masih ada juga yang melanjutkan dansa mereka. Gerakan mereka semua mulai kontras dengan lagu yang diputar panitia. Ini adalah momen langka yang pernah terjadi di sekolah mereka. Acara pesta topeng yang awalnya penuh dengan pertanyaan siapa pasangan yang mereka ajak dansa, dapat terlupakan dengan alunan lagu yang indah.
Di tengah para pasangan yang berdansa, Rena dan Afkarlah yang menjadi pusat perhatian para tamu undangan serta panitia disana. Dansa yang mereka lakukan sangatlah simple namun romantis, sehingga membuat mereka yang melihat tidak menoleh kemana-mana.
Di sela-sela dansa, sesekali Afkar memulai gerakan memegang kedua tangan Rena, menariknya perlahan dan mendorong perlahan tubuh Rena ke belakang dilanjutkan dengan gerakan menarik satu lengan Rena. Setelah tarikan itu, Rena memutar tubuhnya hingga berada di dekapan Afkar. Rena tersenyum saat itu dan hal yang sama dilakukan juga oleh Afkar. Kemudian, mereka kembali ke posisi awal, dan kembali dengan gerakan ke kanan, ke kiri, ke belakang serta ke depan.
Malam itu adalah malam yang berarti bagi Rena, karena dia baru pertama kali ini berdansa dengan seorang cowok di acara sekolahnya. Namun, Rena juga masih penasaran siapa sebenarnya cowok yang sudah membuat hatinya bergejolak malam itu.
“Aku suka senyum kamu malam ini,” ucap Afkar tiba-tiba. “tapi aku masih belum suka sama orangnya, karena aku belum tahu wajahnya,” lanjutnya.
Dia ngomong apa barusan? Jantung gue berdebar hebat, Gilaa. Dia belum suka gue karena belum tahu wajah gue? batin Rena.
Rena terlihat salah tingkah saat cowok di depannya berbicara dengan blak-blakan seperti tadi. Rena sesekali menoleh ke arah kanan atau ke bawah karena tidak ingin cowok di depannya tahu bahwa wajahnya sedang memerah saat ini.
Kamu kan pake topeng Renaaa!! Nggak akan mungkin ketahuan!!
Sambil tertawa kecil, “Nggak usah salah tingkah gitu kali. Kan aku udah bilang, aku belum suka sama kamu. Jadi santai aja, nggak usah dipikirin terlalu dalam,” ucap Afkar sambil menahan tawa, melihat tingkah laku cewek di depannya itu.
Berhubung waktu acara sudah hampir berakhir, ketua osis segera menghentikan lagu yang diputar dan memerintahkan untuk mengakhiri dansa para pasangan. Setelah itu, menyuruh mereka untuk berpisah dan berpencar di sisi aula.
Afkar tersenyum ke cewek di depannya, “Makasih ya, buat dansanya malam ini. Aku nggak akan lupa sama senyum kamu yang manis itu. Dann..” jeda Afkar yang tersenyum lebar.
Tiba-tiba Afkar meraih kedua tangan Rena dan mencium keduanya dengan mata tertutup. Rena yang mengetahui hal itu kaget mendadak.
“I will to find out who you are. Because tonigth I have fallen in love with you,” ucap Afkar dalam bahasa inggris dan tersenyum lagi kepada Rena.
WHATT!! Parah!! gue meleleh tingkat dewa nih disini. Dia udah jatuh cinta sama gue. Aaaa, batin Rena.
Kemudian, Rena dan Afkar melepaskan genggaman tangan mereka, sama-sama tersenyum, dan berpisah menepi di sisi kanan kiri Aula. Rena memutuskan untuk menepi sangat belakang, agar tidak terlihat oleh cowok yang berdansa dengannya tadi.
“Semuanya sudah menepi kan? Saya minta sekarang kalian membuka topeng kalian dan jatuhkan topeng kalian masing-masing ke bawah,” perintah Ketua Osis.
Para tamu undangan pun membuka topeng mereka dan terlihatlah semua wajah asli mereka. Dan tanpa Rena ketahui, Anta sudah berada di samping Rena saat itu. Mereka saling bertabrakan dengan posisi membelakangi satu sama lain.
“REN!! Kok lo bisa disini?” kaget Anta.
“Anta!! Lo juga udah disini?” kaget Rena.
“Oh iya, gimana dansa lo tadi?” lanjutnya.
“Biasa aja, nggak ada romantis-romantisnya.” Anta cemberut.
“Loh kok gitu? Ada apaan sih? Cerita aja nggak usah gengsi.” sambil merangkul Anta.
“Tadi tuh gue kesel banget tahu, Ren. Pas dansa tadi kaki gue diinjek-injek terus tahu sama pasangan gue. Dan lebih parahnya lagi, dia yang injek-injek kaki gue tapi malah nyalahin gue karena dansa gue nggak ngikutin dia. Padahal gue udah ngikutin dia sampek gue hampir jatuh ditarik-tarik dia terus. Resek banget sih tuh cowok!!” emosi Anta membludak saat, menceritakan kejadiannya barusan.
Hahaha, Anta emang selalu kena apes ya
“Ya udah, yang sabar ya, Anta. Ini emang udah jadi takdir lo. Tapi kejadian ini bisa jadi pengalaman pahit lo kan?” goda Rena tertawa.
“Ish, ngeselin lo, Ren,” ketus Anta
Mereka kemudian tertawa terbahak-bahak sambil berjalan keluar aula, dan berkeliling mencari cemilan di sekitar sana.
rena dan afkar menjadi renafkar, hehe... nice hit. keep writing. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Kata Pengantar