Loading...
Logo TinLit
Read Story - unREDAMANCY
MENU
About Us  

Savage

***

 

"Oke, Bu. Kita bakal kasih ibu cabe yang montok-montok dan terong yang gede-gede di belakang sekolah. Iya kan, Gengs?"

***

Bahasa Indonesia.

Ini pelajaran dasar yang seharusnya telah dikuasai orang-orang berkebangsaan Indosesia. Anehnya, Dai tidak pernah mendapatkan nilai sempurna.

Pasti setiap ulangan nilai Dai nanggung-nanggung, Sembilan dua, Sembilan lima dan yang paling greget kayak sekarang ini nih Sembilan puluh Sembilan.

Nanggung banget kan? Udah macem tagline iklan sabun mandi aja yang 99% kuman mati itu loh. Lha padahal 1% aja bisa jadi bibit penyakit.

Pak Maman tidak mengajar hari ini. Ada rapat. Tidak ada tugas esai ataupun mengisi soal dari buku paket.

Hanya ada tugas melanjutkan mengisi LKS yang harus dikumpul minggu depan.

"Bang Kis, Ran kemana sih? Tau nggak?"

"Mabal kalik." Malah Kafka yang menjawab.

"Kalo mabal masa tasnya ditinggal." Protes Dai, "Bang kis."

"Gue nggak tahu. Tadi bukannya nyusulin lo ke toilet?" Kis hanya menoleh sekilas lalu kembali menyalin jawaban.

Dai mencebik mendengar jawaban cuek Kis.

"Coba tanya Sad, Dai." Jul menyarankan.

Kemudian matanya melihat ke sekeliling, berusaha mencari sosok Sad. Diantara teman lainnya yang duduk tak karuan. Tak sulit untuk Dai bisa menemukan Sad meski keadaan kelas yang sangat kacau. Dai pun menghampirinya.

"Yang dikumpulin hari ini Penjas sama SBK aja kan?"

Jul mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Farida.

"Ampun jari gue bisa cedera kalo gini caranya." Itu suara Kafka. Cowok itu duduk bergabung bersama Kis. Sama-sama nyontek jawaban dari LKS penjasnya Ran.

" Ini baru LKS Penjas yang kita salin, belum yang indo, sosio sama sejarah yang harus dikumpul minggu depan. Nggak usah cengeng lo." Suara Farida menimpali.

Ini minggu-minggu akhir sebelum hari tenang. Setiap guru berlomba-lomba menyuruh seluruh murid mengisi LKSnya untuk penambah nilai. Padahal sih cuma formalitas aja biar murid nggak pada gabut waktu guru pada rapat. Toh cuma dicatat nama aja nilainya, bukan dicek satu-persatu jawabannya.

Kaf hanya memberikan cengirannya seraya mencubit sekilas bibir Fay yang maju beberapa senti itu, “Judes amat tuh bibir, pengen gue sosor aja jadinya.”

Kis berdecak jengah, "Stop it, Kaf. Cukup si Fay aja yang lo racunin, Jul jangan."

Seketika Jul dan Fay kompak melemparkan kulit kacang di tangannya. Begitupun dengan Fay, “Iya, wooo.”

"Haha."

"Jangan mesum-mesum lo, Kaf. Gue nggak suka." Kata Fay jujur.

"Hehe, iya sayang. Gue mesumnya kalo ada lo aja kok."

“Jibang.”

"Duh, mual gue dengernya." Geram Jul.

"Lo baru duduk disitu sebentar aja udah ketempelan mesumnya si Sad, Kaf."

"Apaan lo Kis, nama gue lagi lo sebut-sebut!"

Dan teriakan Sad di ujung sana membuat mereka tertawa sejadinya.

"Denger aja tuh orang." Heran Fay.

"Jul, gue mau pinjem SBK punya lo ya?" Ijin Kis setelah reda dari tawanya.

Jul mengangguk. "Ambil aja di depan Kis, udah gue kumpul soalnya tadi."

Kis beranjak ke meja guru. Disana ada Sad yang berdiri membelakanginya dan Dai juga yang duduk di bangku guru.

"Kok nggak ada sih?"

Kis penasaran, "Apa yang nggak ada, Sad?"

"LKS penjasnya Salsa. Kata dia udah dikumpul."

"Lo nggak bener kalik nyarinya." Kata Kis. "Cari lagi coba. Di tumpukan SBK juga nih. Siapa tau nyelip."

Sad pun menurutinya. Satu persatu tumpukan LKS itu di periksanya dengan teliti.

"Sekalian yang Jul, Sad. Kalo lo nemu, pisahin ya gue mau pinjem." Terang Kis yang juga membantu mencari di tumpukan Penjas. Sedangkan Dai hanya duduk memerhatikan keduanya sambil sesekali membuka-buka salah satu LKS yang sejak tadi dipegangnya.

"Fix nggak ada. Udah bolak balik gue cek nggak nemu-nemu juga."

"Punya Jul, ada?"

Sad menggeleng, "Salsa gimana? Nemu?"

Kis juga menggeleng. Keduanya pun menjadi bingung. Berbeda dengan Dai yang sedang serius.

"Lo baca LKS punya siapa itu, Dai?" Tanya Sad kemudian.

"Salsa." Jawab Dai santai membuat Sad melotot.

"Kancut! Malah anteng ae lo. Bukannya bilang. Mana sini buru. Gue mau nyalin." Pinta Sad emosi.

Dai menoleh, "Nih" Sodornya, "Nyalin apaan. Orang kosong gitu, ngapain dikumpulin coba." Sungut Dai.

Sad menerimanya dengan alis mengerut. Karena penasaran segera di cek benar tidaknya omongan Dai.

"Nih, Bang Kis. Punya Kak Jul. Nggak jadi ah gue ngerjain lonya." Cengir Dai watados.

Kis hanya menggeleng jengah, namun tetap menerima sodoran dari Dai.

"Benerlah kosong. Salsa keder apa gimana ini LKS kosong mlompong udah dikumpul ae. Ah elah." Keluh Sad.

"Ada yang nggak beres nih." Ungkap Kis.

"Kenapa Bang Kis? LKS Kak Jul bersih juga yak?" Kis mengangguk.

"Kok lo tau, Cah?" Curiga Sad dengan panggilan singkatnya untuk Dai – Bocah, "Kerjaan lo ya ini pasti." Tuduhnya kemudian.

Sedangkan Dai hanya memutar bola matanya jengah. Ya kalik! "Serah lo deh, Bang."

"Nggak usah nuduh-nuduh dulu lo, Sad." Kata Kis mengingatkan, "Mending kita tanyain dulu Salsa sama Julnya, biar jelas." Ajak Kis.

Sad mengangguk dan segera menghampiri meja Salsa dengan membawa LKS kosong itu. Begitu pula yang dilakukan Kis.

Melihat kedua cowok itu pergi, Dai tetap di tempatnya. Membereskan LKS yang tadinya rapi. Tapi sekarang sudah berantakan lagi berceceran semeja-meja gara-gara ulah Sad dan Kis.

Emang bener-bener jadi cowok asal aja. Udah ngacak-ngacak main pergi aja. HIH!

"Ini jelas bukan punya gue!"

Oke suara itu terdengar hampir bersamaan, membuat Dai menoleh kearah sumbernya. Salsa dan Jul saling menatap. Sebelum akhirnya Salsa bergerak lebih dulu bergabung ke meja Jul dkk.

"LKS lo jadi kosong juga, Jul?" Tanya Salsa yang diangguki oleh Jul.

"Lo juga, Cha?" Gantian Salsa yang mengangguk, "Padahal udah gue isi penuh yang punya gue aslinya."

"Ya punya gue juga sama makanya udah gue kumpulin."

"Kok bisa sih?" Heran Fay. Keduanya hanya menggedikan bahu.

"Syalan!"

"Ada yang nuker ini mah FIX!"

"Kampret!"

"Tapi siapa?"

Dai memerhatikan keributan tersebut dari tempatnya, sambil tangannya terus merapikan tumpukan LKS itu ke susunan semula. Salsa mulai merengek dan sepertinya sebentar lagi akan menangis. Tak ada bedanya dengan Jul.

"Yaudah. Mending kita cek satu persatu dulu.

Wajar sih. Ya kalik ngerjain semua pertanyaan yang ada tujuh puluh lembaran gitu. Bukan capek lagi, gempor kalik. Ini seenak jidatnya aja ada yang nuker hasil kerja tangan kita sama berlembar-lembar kekosongan. Duh!

"Udah mau dikumpul?"

Dai terperanjat, entah muncul darimana tanpa tercium baunya tiba-tiba cowok itu udah berdiri aja di samping Dai.

"Sam.Fak! Ngagetin aja lo! Gue kira Pak Gio." Kesal Dai pada Fak. Ya, cowok yang tiba-tiba muncul itu Samudera Fakrian alias Fak.

"Duh, nggak usah lo sebut-sebut tuh nama bapaknya si Joni. Horor gue dengernya."

Dai hanya tertawa mengejek, "Hororran juga muka lo, Fak." Celetuknya.

"Eh, si anjir. Hina aja terus gue semerdeka lo."

Dai nyengir, "Haha. As you wish, Fak."

"Ha?" Bingung Fak, "Asu swis? Haha Asu mah ya Asu aja. Gaya banget bawa-bawa Swis."

"Ha?" Gantian Dai yang melongo, namun sedetik kemudian Dai hanya menggedikan bahunya acuh. Fak emang bahasa inggrisnya minus. Diterangin juga bakalan gelap terus. Percuma.

"Nih punya gue." Kata Fak seraya menyodorkan dua LKS atas namanya ke Dai, "Susun paling depan ya, biar nggak kelewat tuh nama gue di nilai."

"Hem. Di cek dululah biar apdol." Kata Dai mengambil alis salah satunya dan mulai membuka LKS tersebut. Tadinya Dai Cuma ingin mengecek yang Fak kumpulin itu LKS kosong apa bener-bener udah diisi lengkap. Secara terkenalnya, Fak bukan tipe anak rajin yang peduli sama tugas. Kok tumben banget sekarang nih anak pede benerrr.

Dan dahi Dai mengerut seiring dengan lembar demi lembar yang dilihatnya. Dai sering banget denger acakadut alias ancur pakek bangetnya tulisan Fak setiap guru yang ngeluh meriksa hasil PRnya. Disini kok rapi banget.

Dai semakin curiga dan kecurigaannya itu terbukti waktu dia sampai di lembar paling belakang. Yang Dai ingat betul. Kemarin-kemarin, kalo Pak Hari – guru SBKnya lagi nerangin didepan. Dai suka bosen dengerinnya dan lebih milih buat ngobrol sama Jul lewat tulisan. Dan ya, LKS jul yang selalu jadi perantaranya.

Terbukti, nggak salah lagi! Di lembar paling akhir LKS yang sampulnya atas nama Fak yang lagi dia pegang sekarang. Disana ada tulisan percakapannya sama Jul.

Fix ini mah!

"BANGSAD, BANGKIS!" Panggil Dai berteriak refleks. Semuanya menatap Dai bingung.

Sret~

Dai berkedip dua kali saat apa yang tengah dipegangnya tiba-tiba diambil paksa.

"Hehe. Punya gue nggak jadi dikumpul sekarang nanti aja belakangan."

Belum sempat menjawab apa-apa. Fak sudah melesat secepat kilat membawa dua LKS itu kearah luar pintu kelas.

Dai kemudian memgarahkan telunjuknya kearah pintu.

"SAM.FAK TERSANGKANYA."

***

"Ngapain lo disini, Ran?"

"Biasa."

"Dicariin sama si Dai tuh dari tadi."

"Dimana sekarang?"

"Noh di belakang."

Ran baru akan beranjak dari duduknya saat suara berat itu terdengar menginterupsi.

"Si Joni denger nama cewek doang aja udah langsung berdiri." Ran akhirnya kembali ke tempatnya lagi setelah disindir Pak Sugio. Disusul oleh Sad dan Kis yang juga digiring ke ruang BK. Bukan Cuma mereka, tapi Jul, Cha, Kaf, Fay, Dai dan tentunya si biang dari segala biangnya yaitu Fak.

"Kalian ngapain sih?" Bisik Ran terheran-heran karena melihat rombongan kelasnya baru saja masuk. Membuat ruang BK yang tadinya sudah penuh menjadi semakin pengap, "Kenapa Dai ikut-ikutan?"

Baru saja Sad akan menjawab, Bu Win selaku guru pendidikan agama paling otoriter itu bergabung. Mengadu pada Pak Sugio.

"Kenapa ini Bu Win?" Tanya Pak Sugio.

"Ini, Pak. Saya ngeliat mereka kejar-kejaran di sepanjang koridor, bikin keributan dan kegaduhan sampai mecahin beberapa pot bunga dan pas saya ikutin saya malah nemuin mereka lagi guling-gulingan di tanah ngerusak tanaman cabe di sekitar halaman belakang tempat praktek PLH dibelakang lab komputer itu loh, Pak."

“Kalau gitu. Tolong panggilkan Bu Nani ke sini, bu.”

Oke, ini sudah celaka dua belas namanya. Niatnya baik. Tapi apes banget malah berakhir di BK. Sudah begitu bagian piket gurunya Pak Sugio dan Bu Win. Sungguh perpaduan yang sangat padu. Atau kebetulan yang sangat salah.

"Jadi siapa yang mau jelasin kronologisnya?" Tanya Pak Sugio masih kalem.

Semuanya diem.

Pak menghela napasnya berat, "KM, coba kamu jelasin!" Titahnya kemudian.

Kafka yang ditunjuk pun mendongak, "Semua masalahnya berawal dari ulahnya Fakri, Pak." Dan mulai dari sanalah Kafka menjelaskan secara detail semuanya.

Dari mereka yang mengejar Fak keluar kelas, keliling koridor sepanjang kelas, naik ke lab computer di atas, turun lagi, terus ke kantin, ke rumah kaca, ke lapangan sampai berakhir di kebun cabe tempat prakteknya Mapel Pendidikan Lingkungan hidup setiap hari Jumat. Fak baru bisa diciduk setelah mereka kepung bareng-bareng. Meski masih belum nyerah dan ngebuat Kaf, Kis dan Sad turun tangan sampai guling-guling ngelindes pohon cabe-cabe disana.

Hanya demi menyelamatkan segulung LKS milik sang pujaan hati. Benar-benar pengorbanan.

"Kita jangan di skors ya, Pak. Kita minta maaf." Itu suara Fay yang baru kali ini masuk BK.

“Jangan dicabein juga ya, Pak.” Mohon Salsa.

Oke, Kis kelihatan banget nelen ludah kasar disini. Dia udah pernah sekali dapet hukuman kayak gitu dan nggak ada niatan sama sekali buat ngulangin lagi sekarang. NO!

"Kalian beruntung. Karena ini bukan ranah saya. Ini hak Bu Nani sepenuhnya."

Dan perkataan Pak Sugio barusan membuat Kaf dkk menghela napas lega.

Pasalnya Bu Nani-PLH adalah guru terkalem dan paling nggak macem-macem yang ada di sekolah ini. Kalo ngajar pun lempeng aja, tugas nggak kumpul ya di kasih kelonggaran waktu. Ulangan harian Open book. Oke punya kan tuh.

Jadi besar harapannya hukuman yang mereka dapet bakalan ringan kali ini.

Masalah terselesaikan.

"Jadi mereka semua orangnya, Pak Sugio?"

Semua menoleh kearah sumber suara dan mendapati Bu Nanih yang biasanya kalem itu sekarang berdiri di depan dengan raut berapi-api.

Mati ini mah mati.

"Saya nggak mau tahu. Kalian harus ganti rugi pohon-pohon cabe saya yang udah kalian rusak dengan cara bawa benih cabai satu orang satu plastik kecil dan berikan pada saya besok." Kata Bu Nani penuh penekanan.

Semuanya mengangguk lega, kecuali satu orang yang malah cengengesan, "Ibu bercanda aja. Masa kita sekolah suruh bawa benih cabe. Cabe-cabean aja banyak bu. Kalo gitu sekalian aja nanem terong juga. Biar pas kan tuh ada cabe ada terong, sepasang kan.tuh." Katanya enteng.

Semuanya melotot tak percaya. Tapi yang di kasih tatap setajam silet malah nggak tahu diri makin cekikikkan.

"Ya sudah kalau emang maunya begitu. Berarti kalian mulai dari sekarang bertanggung jawab atas semua tanaman cabai dan terong di zona hijau dari mulai proses pengadaan benih sampai akhirnya menghasilkan buah."

"Tapi, bu-"

Ya kalik! Ini udah deket masa ujian akhir, Dai tidak rela waktu belajarnya tersita untuk hal-hal yang tidak ada hubungannya sama sekali untuk nilai sekolahnya.

"Tidak ada tapi-tapian. Fakrian sudah mewakili kalian dan saya sepakat. Tidak ada negosiasi lagi kali ini."

"Oke, Bu. Kita bakal kasih ibu cabe yang montok-montok dan terong yang gede-gede di belakang sekolah. Iya kan, Gengs?"

"Auk ah bodo."

"Serah lu dah."

"Fak yu."

“Lu aja ama keluarga lu sono!” 

“Sempak dasar!”

Savage.

***

Tags: TWM18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sibling [Not] Goals
1198      657     1     
Romance
'Lo sama Kak Saga itu sibling goals banget, ya.' Itulah yang diutarakan oleh teman sekelas Salsa Melika Zoe---sering dipanggil Caca---tentang hubungannya dengan kakak lelakinya. Tidak tau saja jika hubungan mereka tidak se-goals yang dilihat orang lain. Papa mereka berdua adalah seorang pencinta musik dan telah meninggal dunia karena ingin menghadiri acara musik bersama sahabatnya. Hal itu ...
Varian Lara Gretha
5472      1687     12     
Romance
Gretha harus mempertahankan persahabatannya dengan Noel. Gretha harus berusaha tidak mengacuUhkan ayahnya yang berselingkuh di belakang ibunya. Gretha harus membantu ibunya di bakery untuk menambah biaya hidup. Semua harus dilakukan oleh Gretha, cewek SMA yang jarang sekali berekspresi, tidak memiliki banyak teman, dan selalu mengubah moodnya tanpa disangka-sangka. Yang memberinya semangat setiap...
Do You Want To Kill Me?
5971      1694     2     
Romance
Semesta tidak henti-hentinya berubah, berkembang, dan tumbuh. Dia terus melebarkan tubuh. Tidak peduli dengan cercaan dan terus bersikukuh. Hingga akhirnya dia akan menjadi rapuh. Apakah semesta itu Abadi? Sebuah pertanyaan kecil yang sering terlintas di benak mahluk berumur pendek seperti kita. Pertanyaan yang bagaikan teka-teki tak terpecahkan terus menghantui setiap generasi. Kita...
Tentang Kita
1933      827     1     
Romance
Semula aku tak akan perna menduga bermimpi pun tidak jika aku akan bertunangan dengan Ari dika peratama sang artis terkenal yang kini wara-wiri di layar kaca.
Ruang, Waktu Dan Cinta
5197      1698     0     
Romance
Piya Laluna, Gadis yang riang itu berubah kala ia ditinggal ayahnya untuk selama-lamanya. Ia kehilangan semangat, bahkan ia juga jarang aktif dalam komunitas sosialnya. Selang beberapa waktu, ia bertemu dengan sosok laki-laki yang ia temui di beberapa tempat , seperti toku buku, halte, toko kue, dan kedai kopi. Dan di ruang waktu itulah yang memunculkan rasa cinta diantara keduanya. Piya yang sed...
Memoria
344      287     0     
Romance
Memoria Memoria. Memori yang cepat berlalu. Memeluk dan menjadi kuat. Aku cinta kamu aku cinta padamu
the Overture Story of Peterpan and Tinkerbell
13982      9127     3     
Romance
Kalian tahu cerita peterpan kan? Kisah tentang seorang anak lelaki tampan yang tidak ingin tumbuh dewasa, lalu seorang peri bernama Tinkerbell membawanya kesebuah pulau,milik para peri, dimana mereka tidak tumbuh dewasa dan hanya hidup dengan kebahagiaan, juga berpetualang melawan seorang bajak laut bernama Hook, seperti yang kalian tahu sang peri Tinkerbell mencintai Peterpan, ia membagi setiap...
DANGEROUS SISTER
8888      2037     1     
Fan Fiction
Alicea Aston adalah nama barat untuk Kim Sinb yang memiliki takdir sebagai seorang hunter vampire tapi sesungguhnya masih banyak hal yang tak terungkap tentang dirinya, tentang jati dirinya dan sesuatu besar nan misterius yang akan menimpanya. Semua berubah dan menjadi mengerikan saat ia kembali ke korea bersama saudari angkatnya Sally Aston yang merupakan Blood Secred atau pemilik darah suci.
CAMERA : Captured in A Photo
1182      572     1     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
Hunch
39099      5520     121     
Romance
🍑Sedang Revisi Total....🍑 Sierra Li Xing Fu Gadis muda berusia 18 tahun yang sedang melanjutkan studinya di Peking University. Ia sudah lama bercita-cita menjadi penulis, dan mimpinya itu barulah terwujud pada masa ini. Kesuksesannya dalam penulisan novel Colorful Day itu mengantarkannya pada banyak hal-hal baru. Dylan Zhang Xiao Seorang aktor muda berusia 20 tahun yang sudah hampi...