Read More >>"> Kamu! (Bab 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu!
MENU
About Us  

1 Juli 2018

Namanya Sony anak X 5, entah kenapa saat pertama kali ngliat dia di depan papan pengumuman itu. Rasanya jantung ini deg-degan mulu, kalau setiap ketemu di jalan atau dimanapun kayaknya lemes pengen pingsan. tapi nggak bisa, lah gimana sih ya? Pokoknya gitu deh. Aneh kan!!

***

Sudah seminggu kelas berjalan seperti biasa, tugas dan PR saja sudah mulai banyak. Ditambah aku terpilih lagi menjadi perangkat kelas. Setelah sebelum-sebelumnya menjadi bendahara, sekarang aku menjadi sekretaris. Memang tanggung jawabnya tidak sebesar saat menjadi bendahara yang harus memegang uang kelas. Tapi tugasnya berat, aku harus membantu guru-guru yang malas mencatat di papan tulis, tapi gemar memberi catatan. Sehingga aku mau tidak mau, maju untuk menulis di papan tulis menggantikannya. Sudah lelah menulis di depan. Aku bahkan harus menulis ulang ke bukuku agar punya catatan. Jadi aku menulis dua kali! Belum lagi, selalu diminta mengambil kapur dan mengantarkan/mengambil buku paket saat pelajaran.

Perangkat kelas, kadang tidak ubahnya seperti budak kelas. Tapi sisi positifnya, bisa dikenal oleh guru-guru dan menjadi dekat dengan guru karena sering diminta tolong. Kadang pula bisa menambah nilai kerajinan.

"Sony tuh Ann.." bisik Giska saat kami memasuki area kantin, matanya jeli juga Giska. Seketika perutku kenyang mendadak. Hilang sudah rasa laparku.

"Sst… jangan berisik ihh. Norak dasar.!" Aku pura-pura acuh, padahal jantungku dag-dig-dug tak karuan.

"Kalo suka bilang aja, mumpung di masih kosong tuh katanya."

"Dihh apaan sih, rumah hantu kali kosong. Udah sono pesan bakso, katanya mau makan. Mas mau jus alpukatnya aja ya satu. Nih uangnya." Aku langsung duduk di bangku panjang yang kosong di dekatku. Giska memesan bakso seperti biasa, baksonya saja tanpa sayur atau mie.

"Loh kok nggak pesan bakso juga? Katanya tadi pagi belum sarapan Ann."

"Tiba-tiba kenyang nih. Minum jus juga ngenyangin kok." Kilahku. Aku diam-diam memperhatikan Sony yang tengah bercengkrama dengan teman-temannya disana. Melihatnya tersenyum dan tertawa rasanya menambah semangatku.

 

***

Siang, disekolah.

Duh BT juga ya jam kosong, Bu Diah guru matematika sakit katanya. Jadi selama dua jam ke depan kelas kosong, untunglah Bu Diah nggak ngasih tugas, aku jadi bebas nggak nulis tugas atau catatn yang biasanya di titipin guru-guru yang nggak masuk. Jadi kelas bebas, ada yang pada tidur, baca komik atau novel, main HP walaupun sebenarnya dilarang membawa HP ke sekolah. Kalau ketawan bisa-bisa disita dan boleh diambil semester depan, saat pengambilan rapot. Oh iyya, tadi siang pas istirahat aku ngliat Sony dikantin lagi makan sama temen-temennya. Apa aku suka ya beneran sama dia?? Dan apa ini memang yang dikatan jatuh cinta pada pandangan pertama, seperti yang di novel-novel itu??

Gak tau deh, aku pusing sendiri kalau mikirin tentang itu. Yang jelas kalau aku ketemu dia, rasanya seneng aja gitu.

***

 

"Nulis diary Ann?" Giska mengagetkanku. Dengan refleks aku menutup diaryku dan memasukkannya ke kolong meja.

"Rese deh, kaget tau!!"

"Hahaha..liat dong." Ia memelas. Aku menggeleng tegas, aku malu kalau ada orang yang membaca buku harianku. Bagiku menulis buku harian itu membebaskanku. Aku bisa menulis apa saja dan mengungkapkan apa yang ingin aku tulis. Aku tidak perlu berpura-pura baik-baik saja. Dan terkadang bebanku hilang seketika saat aku menuliskannya di buku harianku.

"Pelit dasar, yaudah anter gue ke toilet yuk."

"Siap ibu boss.." aku berjalan beriringan menuju toilet yang ada di ujung lorong. Udara diluar sedang panas-panasnya. Seragamku jadi sedikit lembab karena keringat yang merembas. Kelasku yang ada dilantai empat bisa melihat kompleks sekolah dengan jelas. Daun-daun kering berserakan ke tanah di tiup angin, kasian sekali Pak Karsim  tukang kebun di sekolahku itu. Pasti ia akan membutuhkan waktu yang lama, untuk membersihkan semuanya. Aku menopang daguku pada tembok pembatas gedung sekolah yang tingginya hampir sepundakku.

Ku nikmmati semilir angin yang menerpa wajahku, suara gesekan dedaunan di dahan terasa merdu. Aku tak ingin ke toilet sebenarnya, aku hanya ingin mengalihkan perhatian Giska dari rasa penasarannya pada buku harianku. Tak akan aku izinkan semua orang untuk membacanya, termasuk Giska, sahabatku.

***

Aku menulis buku harian sejak kelas dua SMP, dari awalnya hanya iseng-iseng saja mencoret-coret di belakang buku saat moodku sedang tidak baik. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli buku khusus untuk menulia diary. Buku agenda dengan sampul berwarna biru langit dan pita putih yang membingkai. Menjadikannya sangat manis, walaupun saat dibuka tulisannya, tulisan ceker ayam. Kata halusnya 'tulisan dokter' hehehe.

Buku Diary yang kupegang tadi, adalah buku diaryku yang kedua. Buku itu telah penuh dengan tulisanku bertahun-tahun yang lalu. Walaupun tidak menulis setiap hari, aku menuliskan beberapa. Kadang malah jadi tempat aku mencatat pelajaran, saat aku tidak membawa buku catatan atau habis.

"Wey!! Kesambet entar"

"GISKA!! bisa nggak sih lu, nggak ngagetin gue. Kayaknya hobi banget ngagetin gue."

"Sttttt….!!" Ia menyuruhku diam dengan meletakkan telunjuknya dibibirku.

"Itu kelasnya Pak Meslo…! Loe belom tau apa, dia guru paling killer seantero jakarta!" Ia berbisik-bisik padaku sambil menunjuk kelas tepat di depanku.

"Masa iyya?" Aku tak percaya. Aku sedikit menjinjitkan kakiku, untuk melihat dengan jelas keseluruhan kelas itu melalui jendela. Kelasnya hening sekali. Bahkan jangkrik pun sepertinya enggan untuk buka suara disana. 'Sony!' Aku melihatnya disana, di bangku ketiga barisan tengah. Dia duduk sendiri, apa dia tidak punya teman sebangku? Aku mau jadi teman sebangkunya. Suer!! Giska yang ikut mengintip disebelahku menarik-narik bajuku. Tapi aku tak menghiraukannya, aku sedang menikmati pemandangan terindah ini.

"Ngapain kalian!!" Hardik sebuah suara yang lantang. Lebih tepatnya membentak dengan logat Batak, yang membuat suara itu terdengar semakin mengerikan. Aku mematung melihat laki-laki tinggi besar dan berkulit gelap di depan kami saat ini.

Pak Meslo!! Aduhh mati aku!!

"Nggak ngapa-ngapain pak. Ini saya liat cat jendelanya bagus banget. Ra…ra..rata gitu catnya.." jawabku tergagap. Giska disampingku hanya nyengir malu-malu.

Aku bisa mendengar anak-anak dikelas Sony tertawa, mendengar jawabanku yang konyol. Bahkan Sony, aku bisa mengenali suara tawanya.

"Kamu nggak ada kelas apa!!! Mau ikut pelajaran saya?!!" Bentak Pak Meslo lagi.

"Nggak ada pelajaran pak, sekarang jam kosong, Bu Diah sakit." Jawabku cepat.

"Sana masuk kelas…!!"

Tanpa menunggu untuk kedua kalinya, kami berjalan dengan cepat tapi sesopan mungkin saat melewati Pak Meslo.

"Hehh..hehh..mau kemana?!!" Aku dan Giska mematung dan memutar tubuh kami yang sudah tiga langkah di depan Pak Meslo.

"Masuk kelas saya maksudnya, bukan ke kelas kamu!!!" Pak Meslo tidak sabaran. Aku menunduk, tak berani menatap wajahnya yang pasti sangat menyeramkan. Tidak salah kalau ia dijuluki guru killer seantero Jakarta. Aku memang tidak diajarkan olehnya, tapi aku tahu reputasinya. Dan ini baru pertama kalinya aku berhadapan dengan makhluk fenomenal, ehh maksudnya legenda guru killer itu.

Giska diam saja dibelakangku, memegangi ujung seragamku. Kami berjalan kaku ke dalam kelas Sony, yang sudah kembali sunyi seperti kuburan di mute. Diikuti Pak Meslo yang berjalan masuk di belakang kami. Ia menyuruh Giska duduk di meja kosong depan barisan kiri. Tepat di depan meja guru. Sedangkan aku, aku disuruh duduk di meja kosong belakang. Tepat disamping Sony!

Sepertinya aku harus berhati-hati dengan apa yang aku harapkan. Memang terkabul, aku menjadi teman sebangkunya(Hari ini). tapi tidak dengan keadaan seperti ini. Rusak sudah reputasiku di depan Sony. ????????

 

***

Malam, dirumah

Aaduhhh ry…. Hancur sudah reputasiku di depan Sony. Masa tadi aku dihukum dikelasnya dia. Eh tapi nggak apa-apa sih. Kalau aku nggak dihukum, Sony nggak akan ngasih aku hadiah. Kertas dua lembar sih lebih tepatnya. Tapi tetap aja, bagi aku ini hadiah dari dia. Karena ini satu-satunya barang yang dia kasih untuk aku.

***

Aku menghempaskan tubuhku diatas kasur, membayangkan kejadian tadi siang. Malu, takut, bahagia dan deg-degan(pastinya) jadi satu.

"Ini buat catatt.." bisik Sony sangat pelan, tapi aku bisa dengan jelas mendengarnya. Entah kebisaanku apalagi jika menyangkut Sony, setelah mengenali suara tawanya dari sekian lusinan suara tawa dikelasnya, dan sekarang bisa mengerti gerak bibirnya.

Sony perlahan memberikan kertas dua lembar yang tadi ia sobek dari tengah-tengah halaman bukunya. Dengan perlahan ia menyobek kertas itu, agar tidak menimbulkan suara yang menarik perhatian Pak Meslo yang mulai menjelaskan pelajaran ekonomi.

"Makasih." bisikku meniru yang dilakukannya tadi. Entah dia mengerti atau tidak tadi. Atau malah dia, mengira aku menirukan ikan mas koki yang kehabisan nafas.

Tapi ia tersenyum(sunguh, dia benar-benar tersenyum untukku. Hanya untukku kali ini!) dan mengangguk. Berarti ia mengerti. Selama pelajaran tambahan bersama Pak Meslo, guru killer dan Sony, sang Lover disampingku, aku jadi lebih serius menerima pelajaran dari Pak Meslo. Bahkan rasanya baru kali ini, apa yang guruku jelaskan, langsung meresap di otakku. Apalagi Pak Meslo sepertinya mengincarku terus menerus, dengan memberikanku pertanyaan atau diminta mengulang menjelaskan apa yang tadi ia jelaskan. Tidak mau memperlihatkan kebodohanku dan menambah minus pada nilaiku dimata Sony, aku berusaha sekuat tenaga menjadi anak jenius di depan Sony. Beruntunglah otakku mau diajak kerjasama, sehingga aku tidak memalukan untuk kedua kalinya.

Ku lebarkan kertas yang diberikan Sony tadi keatas memggunakan kedua tanganku, sehingga cahaya dari lampu kamar tidurku diatas tertutup. Aku membayangkan wajah Sony diatas kertas itu sedang tersenyum. Senyuman yang ia berikan untukku, bukan untuk temannya, gurunya atau siapapun tapi untukku.

Aku mengendus kertas tersebut, barangkali ada sisa wangi dari Sony. Tapi tidak, aku sedikit kecewa. Karena ahanya ada atoma kertas buku dan wangi dari tinta penaku.

Aku melipat kertas itu menjadi bentuk hati yang besarnya hampir setelapak tanganku, tak lupa aku bubuhkan tulisan 'Dari Sony', kemudian aku tempel diatas tempat tidurku. Tidurku pasti akan selalu nyenyak nantinya, anggap saja itu sebagai penagkal mimpi buruk ala Anna.

 

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Ani

    Penasaran sama lanjutannya ????

    Comment on chapter Bab 1
Similar Tags
Petrichor
4109      1380     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
320      219     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
Perjalanan Kita: Langit Pertama
1328      651     0     
Fantasy
Selama 5 tahun ini, Lemmy terus mencari saudari kembar dari gadis yang dicintainya. Tetapi ia tidak menduga, perjalanan panjang dan berbahaya menantang mereka untuk mengetahui setiap rahasia yang mengikat takdir mereka. Dan itu semua diawali ketika mereka, Lemmy dan Retia, bertemu dan melakukan perjalanan untuk menyusuri langit.
Rêver
5500      1642     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
THE WAY FOR MY LOVE
406      311     2     
Romance
Mencintaimu di Ujung Penantianku
4184      1142     1     
Romance
Perubahan berjalan perlahan tapi pasti... Seperti orang-orang yang satu persatu pergi meninggalkan jejak-jejak langkah mereka pada orang-orang yang ditinggal.. Jarum jam berputar detik demi detik...menit demi menit...jam demi jam... Tiada henti... Seperti silih bergantinya orang datang dan pergi... Tak ada yang menetap dalam keabadian... Dan aku...masih disini...
Sanguine
4424      1448     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
ALVINO
4140      1839     3     
Fan Fiction
"Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan'kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowo dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga satu detik kemudian. Dia tersenyum.
in Silence
392      268     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
complicated revenge
17277      2761     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."