Meskipun mereka saling mengenal sejak kecil tetapi mereka tetap saja seringkali bertengkar. Semua itu tidak berlangsung ketika saat pertama kali mereka bertemu tetapi setelah beberapa waktu setelah sekian lama mereka menghabiskan waktu bersama. Sebenarnya ketika mereka masih kecil mereka sangat akrab bahkan selalu bermain berdua, tetap suatu ketika ada kejadian yang membuat mereka berpisah. Itu adalah saat-saat yang menjadi kesakitan terbesar mereka. Terpisah jarak dan juga waktu yang tidak mengijinkan mereka untuk dapat menghabiskan waktu bersama lagi. Perpisahan itu adalah ketika radit dan keluarganya harus pindah keluar negeri tepatnya Australia.
“ Maaf ya ra aku harus pergi.” Ucap radit kala itu.
Kalimat sederhana itulah yang membuat tiara kecil itu menangis sejadi-jadinya. Tidak ada apa yang salah dengan kalimat itu tetapi kalimat itu sudah sangat menyakiti hati tiara yang kala itu masih berusia 12 tahun. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika malam yang indah itu menjadi moment perpisahan kedua sahabat kecil itu.
“ Ta.. tapi.. kenapa dit, kenapa kamu harus pergi?.” Air mata kembali menetes dipipi tiara.
Kemudian datang om adam menghampiri tiara yang sedang tersedu-sedu dan kemudian mengusap air mata yang menetes di pipi manis tiara. Ia kemudian memegang pundak tiara seraya mengatakan sesuatu untuk menenangkan gadis yang sedang menangis itu.
“ Tiara, kamu jangan nangis sayang radit ngak akan pergi lama kog nanti dia akan balik lagi kesini, nanti kalian bisa main lagi sama-sama ya.” Ucap om adam menenangkan tiara.
“ Iya ra, aku janji nanti aku bakal balik lagi kesini, kita akan main bareng lagi, dan aku janji deh nanti pas ulang tahun aku kamu pasti bakal dateng, dan aku bakal bawain kamu hadiah yang spesial buat kamu.” Ucap radit dengan tersenyum.
Kalimat yang dilontarkan oleh radit disambut dengan senyuman oleh tiara. Tiara kecil kini memahami dan menerima kepergian radit dan dia sudah memegang janji yang telah diucapkan sendiri oleh radit kepadnya. Mulai saat itulah janji itu yang selalu diingat oleh tiara dan selalu ia nantikan. Bahwa radit pasti akan menepati janjinya.
Tetapi semuanya tidak semudah seperti apa yang pernah terbayangkan sebelumnya. Semua tak semudah itu menjadi senyuman diwajah tiara. Penantian itu baginya hanya mimpi yang selalu ia harapkan menjadi kenyataan. Dan faktanya saat ulang tahun tiara janji itu seperti debu yang tersapu hilang begitu saja.
“ Tiara ayo masuk sayang ini udah jam 12 lho.” Ucap ibunda tiara dengan lembut sambil membangunkan tiara yang tengah tertidur di teras.
Tak ada pesta meriah. Kue ulang tahun. Kado yang banyak. Tetapi hanya ada satu nama yang selalu ia sebut radit. Tiara sangat berharap radit menepati janjinya yang kala itu ia ucapkan sendiri. Nyatanya hingga senja menjadi malam tak pernah ada wajah radit dihadapannya. Dia bohong. Dia penipu. Dia ngak menepati janjinya.
“ Tapi bun tiara masih pengen nunggu radit dia udah janji pas ulang tahun tiara dia akan datang.” Ucap tiara sambil mengucek-ucek matanya yang mengantuk.
“ Mungkin radit belum bisa dateng, lain kali pasti dia dateng, kita masuk yah besokkan kamu harus sekolah.”
“ Tapi bunda.”
Sejak saat itu setiap hari tiara terus menunggu berharap radit akan menepati janjinya. Tapi radit tetap tidak pernah datang menemuinya. Setelah sekian lama menanti tapi radit tak pernah datang menemui tiara. Tiara muali merasa bahwa radit telah melupakan dirinya. Meluoakan janjinya. Dan lupa kalau disini ada seseorang yang sedang menantinya. Tiara benar-benar kesal dan marah dengan radit semua barang-barang pemberian radit di buang dan tiara sangat membencinya.
Waktu berlalu dengan cepatnya dan tanpa disadari sudah dua tahun setelah tiara melupakan nama radit dalam hidupnya takdir kembali mempermainkan hati, jiwa, dan perasaan tiara. Ditempat yang jauh setelah dua tahun meninggalkan Bandung dan pindah ke Jakarta dengan mudahnya takdir mempertemukan hati yang terbelah.
“ Itu ada apaan sich rame-rame di depan ruang guru?”. Guman tiara dalam hati.
Ruang guru memang sangat ramai sekali saat itu penuh sesak dengan para siswa-siswi yang berkerumun didepan ruang guru. Entah apa yang sedang mereka tunggu. Tiara hanya bisa celingukan mencoba mencari tahu tapi tidak berhasil menemukan apapun. Lalu tanpa sengaja nita sahabatnya baru saja tiba disampingnya.
“ ehh nit ada apaan sich .” Tanya tiara dengan penasaran
“ Ya ampun ra loe belum tau ya ada anak baru, kakak kelas kita keren banget pindahan dari Australi.” Jawab nita dengan mata kagum yang terpancar.
“Pindahan dari Australi siapa ya?.” Ucap tiara dalam hati
Lama berselang akhirnya kerumunan itu mulai menyingkir dari pintu untuk memberikan jalan kepada oarng yang baru keluar dari ruang guru. Tiara kemudian memanfaatkan keadaan itu untuk mendekat agar dia bisa melihat dengan jelas. Ada yang anaeh dengan dirinya kala itu. Tak biasanya tiara penasaran dengan hal seperti ini. Padahal biasanya dia sangat acuh. Tetapi kali ini ada sesuatu yang seakann-akan menariknya untuk dapat mengetahui lebih jauh. Moment ini benar-benar menarik nalurinya. Usaha Tiara untuk dapat melihat secara jelas siswa baru itu berhasil. Deg. Pandangannya terkunci pada satu titik. Beku. Dia benar-benar beku seperti patung. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tiara kaget bukan kepalang ternyata sesuatu yang membuatnya menembus jauh keujung kerumuman itu. Sesuatu yang menariknya untuk maju. Ternyata firasatnya benar. Dia mengenalnya. Siapa lagi kalo bukan radit sahabat masa kecilnya. Yang meninggalkannya 5 tahun lalu. Yang telah mengingkari janjinya. Yang sangat dia benci. Ada disini. Tiara benar-benar tidak percaya dengan ini. Tanpa sengaja radit jug menoleh kearah dimana tiara sedang berdiri. Mereka beradu pandang. Radit mengenalnya. Tiara. Belum sampai radit memanggil namanya, tiara memundurkan langkahnya dan kemudian pergi dari tempatnya berdiri itu.
Meskipun sudah 5 tahun mereka tidak bertemu harusnya semuanya sudah berubah. Harusnya tiara tidak mengenalinya lagi tetapi kenyataannya berbeda. Tiara tau itu radit dan radit tau itu tiara karena mereka masih sama-sama menyimpan kenangan itu dihati masing-masing. Sehingga tak perlu apapun lagi untuk mengenali satu hati yang telah saling terbelah.
Dia benar-benar tidak percaya takdir mempermainkannya semudah itu. Aku udah ngelupain dia. Tiara terus saja mengucapkan kalimat itu. Dia ngak siap bertemu dengan sahabat kecilnya itu dan ngak akan pernah siap untuk kapanpun. Sudah cukup sakit yang tertanam didalam hati ini.
“ tin..tin.. tiiin.” suara bel mobil terdengar ditelinganya, dan membuatnya sangat terkaget. lalu tiara menengok kebelakang, dipandanginya mobil itu dengan penasaran tapi tak keliahatan ada pengemudinya lalu tiara melanjutkan jalannya. Baru beberapa langkah sesorang keluar dari mobil sport warna hitam itu, dan alangkah terkejutnya tiara saat orang itu mengejar dan memanggil nama tiara. Sontak langsung tiara menghentikan langkahnya
“ Hai apa kabar, masih inget sama aku kan ?.”
“ (tiara tidak menjawab dan langsung memalingkan wajahnya lalu ia langsung bergegas meninggalkan radit).”
“ ra kamu udah ngak inget sama aku, aku radit sahabat kamu?.” radit terus mengikuti jalan tiara dan terus bertanya kepada tiara berharap tiara ingat dengannya
“ apaan sich aku mau pulang jangan ganggu aku lagi.” jawab tiara dengan nada ketus seraya melepaskan tangannya dari genggaman radit. kemudian tiara melanjutkan jalannya.
“ apa tiara udah lupa ya sama gue, ah tapi ngak mungkin, dia lupa sama gue, gue harus cari cara bikin dia inget lagi sama gue.” guman radit sendirian.
Ah mungkin tiara pangling sama gue, kan sekarang gue udah ganteng ngak kayak radit yang dulu masih bocah. Hibur radit didalam hati. Tak berhenti sampai disitu, keesokan harinya radit masih berusaha mendekati sahabat masa kecilnya yang sangat ia rindukan selama ini. Dia sangat rindu mencubit pipi apel tiara kecil itu.
Hari minggu menjadi moment yang tepat untuk melepaskan kepenatan. Seperti biasa buku selalu menjadi teman yang setia membantu tiara melepaskan kepenatan. Hujan, karya tere liye yang menjadi pilihan tiara untuk ia baca kali ini. Sebenarnya buku itu sudah ia beli 1 bulan yang lalu saat ia pergi ke toko buku bersama sahabatnya nita tetapi karena kesibukannya belajar dan mengerjakan tugas yang sangat menumpuk membuat tiara kelabakan dan belum sempat menyentuhnya sama sekali. Berhubung ini hari minggu tiara mempunyai tekad untuk balas dendam, ia harus bisa menumpas habis buku yang sejak lama telah ia idamkan ini.
“ Hai gue temenin ya..?.” sapa radit yang tiba-tiba datang menghampiri tiara.
Tiara hanya terdiam tanpa respon apapun untuk menanggapi radit yang baru saja datang dan mengusik quality timenya di hari minggu. Dia sudah bersumpah jika hari ini ada yang sampai menganggunya menyelesaikan novel ini dia tidak akan memaafkannya. Dan ternyata justru radit yang datang mengacaukannya. Ingin sekali tiara memaki orang yang saat ini ada disampingnya ini, tetapi dia memilih diam dia tidak mau mengatakan apa-apa. Tidak. Jangankan mengatakan satu kata menatap saja tiara tidak akan berani.
Melihat tidak ada respon dari orang yang dia ajak bicara, radit pun merasa geram dan kembali mengajukan pertanyaan dengan harapan tiara akan merespon.
“ Ra kamu tuh kenapa sih, kamu udah lupa sama aku, aku radit ra sahabat kecil kamu ?.” tanya radit kepada tiara dengan sangat penasaran.
Bukannya menjawab pertanyaan radit tiara malah langsung meninggalkan radit. Tiara sama sekali tidak memperdulihan ucapan apapun yang radit ucapkan. Sudah cukup baginya 5 tahun hidup dalam penantian dan bualan janji yang tidak pernah ditepati. Ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Dia sudah pernah menghancurkan kepercayaannya sekarang saatnya radit tau bagaimana rasanya kecewa.
Radit sangat tidak mengerti ada apa dengan semua sikapnya itu. Dia seperti bukan tiara yang dia kenal 5 tahun yang lalu. Apa semuanya sudah berubah, secepat itu. Radit masih saja penasaran dengan sikap tiara kepadanya lalu radit berdiri dan manghadang tiara. Apapun yang terjadi radit harus mendapatkan jawaban. Tiara merasa sangat kesal dengan ulah radit yang terus saja menghalangi jalannya.
“ kamu bisa minggir ngak aku mau lewat.” Ucap tiara dengan ketus.
“Enggak aku ngak akan minggir, sebelum kamu kasih jawaban alasan kamu kenapa kamu jadi berubah .” ucap radit dengan berapi-api.
“ aku ngak ada waktu buat pertanyaan yang ngak penting kayak gini.” jawab tiara dengan kesal sambil menyingkirkan tangan radit dari pundaknya.
“ ini emang ngak penting buat kamu, tapi ini penting buat aku.” radit terus menghujani tiara dengan pertanyaanya.
Kamu tanya kenapa? Harusnya aku yang tanya seperti itu. Aku sama sekali ngak pantes tanya seperti itu. Tiara membatin dalam hatinya. Ia benar-benar tidak tau harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini. Ingin rasanya ia terus berlari meninggalkan semua ini. Ia hanya masa lalu yang udah pergi 5 tahun yang lalu. Tetapi kenap sekarang dia ada disini lagi. Apa dia udah ngak punya hati sampai-sampai dia berlaku seperti ini seenaknya mempermainkan hati.
Seketika suasana menjadi hening tak sepatah katapun keluar dari mulut tiara dan hanya tatapan kebekuan yang terpancar dari mata tiara. Tak ada banyak hal yang ingini dia katakan tetapi hanya satu kalimat. Aku mau kamu pergi dari sini. Hanya itu yang ingin tiara katakan. Karna bukan tak ada yang ingin ia katakan tetapi sudah tidak ada lagi kata-kata yang tepat selain ini. Ia ngak ingin melihat laki-laki ini. disisi lain radit terus memandang tiara menunggu jawaban dari tiara dengan sambil terus memegang pundak tiara. Lama berselang radit tak mendapat respon yang ia inginkan pelan-pelan radit melepaskan tangannya.
“oke, kalo kamu ngak mau jawab aku ngak akan maksa, sorry udah ganggu.” Radit melepaskan pandangannya dan melepaskan tangannya dari pundak tiara.
“ tunggu .” ucap tiara tanpa sadar
Astaga apa yang mau kamu katakan tiara sanggupkah kamu mengatakan itu didepan orang yang telah membuatmu menunggu 5 tahun. Ngak semudah itu tiara. Sekarang mereka berhadapan. Radit sangat menunggu tiara melanjutkan kalimatnya. Ayo ra lanjutin. Harap radit didalam hatinya. Waktu kembali membeku diantara mereka. Apa yang harus dia lakukan. Setelah menghela napas panjang tiara mulai mengatakan sesuatu yang entah yakin atau tidak untuk dia ucapkan.
“ aku bakal jawab pertanyaan kamu.” Ucap tiara dengan suara gemetar.
Mata radit sangat berbinar mendengar tiara akhirnya mengatakan sesuatu setelah berhari-hari radit tidak bisa tidur karena memikirkan tiara. Ini yang sangat dia nantikan tiara akan mengatakan bahwa dia merindukan radit dan dia akan menjawab bahwa dia juga merindukan tiara. Radit sangat berharap tiara mengucapkan kalimat itu. Tetapi tidak sesuai harapannya. Tiara tidak mengatakan itu dia mengatakan yang lebih menyakitkan dari apa yang dia bayangkan.
“ karna aku udah ngak mau kenal lagi sama orang pembohong kayak kamu.”
Deg. Apa tiara tidak berkata bahwa aku kangen kamu tapi dia ngak mau kenal lagi sama aku. Ini ngak mungkin. Radit langsung mengangkat pandangannya dan memandang tiara lekat-lekat. Mungkin ada yang salah dengan kalimat yang dia ucapkan. Menunggu beberapa detik untuk memberikan tiara memperbaiki kalimatnya. Tetapi tidak, tidak ada pembenaran lagi.
“ maksud kamu apa sih ra ? aku ngak ngerti, apa salah aku ke kamu?”. Radit mengajukan pertanyaan.
“ 5 tahun kamu kemana? ngak jelas, ngak ada kabar, kamu bohong. kamu bilang di ulang tahun aku kamu bakal dateng tapi apa nyatanya aku nungguin kamu sampai tengah malam tapi nyatanya apa? kamu ngak dateng dan kamu baru dateng sekarang saat aku udah bisa ngelupain kamu, dan dengan bodohnya kamu minta supaya aku jadi tiara yang dulu? setelah apa yang kamu lakuin ke aku, aku kecewa sama kamu, aku benci sama kamu radit, aku ngak mau lagi kenal sama kamu!.” Jawab tiara dengan nada tinggi.
Entah darimana kalimat itu tercipta begitu saja mengalir dari lidahnya. Entah dari mana dia punya keberanian itu. Ini seperti bukan tiara. Radit sangat terkejut dengan apa yang telah keluar dari mulut sahabatnya. Kini raut penuh pertanyaan itu berubah menjadi raut tidak percaya. Sahabat kecilnya sangat membecinya. Apakah itu yang dia harapkan selama 5 tahun pergi jauh dari tiara. Bukan. Bukan itu radit mengharapkan yang lebih yaitu kerinduannya bagai gayung bersambut, tapi kenyataanya kapal yang pernah berlayar itu diterjang ombak dan ngak berdaya.
Hujan datang secepat ini mengiringi kalimat yang baru saja ia lontarkan. Ini menyakitkan tetapi lebih saki dirinya. Apa yang selama ini ia hindari terjadi, ia benar-benar menangis padahal dia sudah bertekad tidak akan menunjukkan air mata ini didepan radit apapun yang terjadi. Nyatanya bendungan untuk menahan air ini agar tidak tumpah tidak sekuat itu. Dia benar-benar lemah sekarang dihadapan radit. Dia sangat membenci hal ini.
“ jadi itu alasannya, aku bener-bener minta maaf. Waktu itu.....” radit berusaha menjelaskan.
“cukup.. kamu ngak perlu cari alasan, aku udah benci banget sama kamu, mulai sekarang jangan pernah ganggu aku lagi.” Sahut tiara dengan nada tinggi.
Tiara langsung membalikkan badan lalu ia berlari meninggalkan radit dengan air mata yang semakin deras membasahi pipinya. Ia sudah tidak sanggup terus berhadapan dengan orang yang sebenarnya sangat dia tunggu kehadirannya kembali.
“ ra tunggu..”. panggil radit mencegah tiara agar tidak pergi.
Radit belari mengejar tiara ia tak mau kehilangan tiara dia ngak mau harus berpisah dengan tiara untuk yang kedua kalinya. Akhirnya radit berhasil merengkuh tangan tiara dan menariknya sehingga posisi mereka berhadapan sangat dekat. Mereka berpandangan beberapa detik. Lalu tiara meronta untuk melepaskan tangannya dari cengkraman radit. Tapi tidak, ia tak membiarkan tiara lepas darinya justru dia menarik tiara agar lebih dekat dirinya dan memeluk tiara dengan kuat. Tiara sangat terkejut dan tidak tau apa yang harus dia lakukan. Meronta untuk dilepaskan. Tidak. Tiara sangat merindukannya. Beberapa saat dia membiarkan dirinya menikmati pelukan dari orang yang sangat dia rindukan. Tetapi tidak dia tidak boleh terlalu hanyut dalam pelukan orang pembohong seperti radit. Semuanya sudah berubah. Aku ngak merindukannya lagi aku membencinya. Sontak tiara dengan sekuat tenaga mendorong radit dan berhasil melepaskan diri. Tanpa berkata apapun tiara berlari sekencangnya meninggalkan radit. Kali ini radit tak berkutik dia hanya mampu diam menyaksikan tiara pergi.
“ suatu saat kamu bakal ngerti ra.” guman radit dalam hati.
Sejak saat itu hubungan mereka benar-benar berubah tidak ada lagi persahabatan ataupun perbuatan baik ataupun buruk, semuanya hanya berupa kebekuan yang tak pernah bisa dicairkan oleh terik matahari sekalipun. Meski tak ada hentinya radit berulang kali meminta maaf tapi tiara tak pernah menghiraukannya justru apa yang dilakukan radit membuat tiara semakin membencinya. Hanya untuk mendapatkan perhatian dari tiara, radit selalu mencari masalah dengan tiara dengan harapan bahwa tiara akan akan kembali seperti dulu.
“ jika melepaskan menjadi yang terbaik, aku rela. Karena bahagia terbesarku adalah kamu.”
Hai .. hai .. Pembaca !!
ini cerita pertama ku
hehe .. maafkan kalau kurang bagus dan banyak typo bertebaran
semoga kalian suka ya
dan jangan lupa komentar nya ya !! sebab komentar Anda sangat praktis untuk pemutaran cerita ini
terima kasih, selamat membaca pembaca